Rabu, 10 Februari 2021

Fenomena Bitcoin: Mungkin Dunia Sudah Tak Butuh Bank Sentral!

Tak banyak orang mengetahui apa yang ada dibenak 'Satoshi Nakamoto' kala itu. Sang pencetus Bitcoin, mata uang digital atau cryptocurrency yang fenomenal ini kini menjadi legenda. Entah nama tersebut merupakan figur seseorang wanita cantik, pria ganteng atau organisasi, atau justru sistem komputasi pintar seperti Jarvis, di film Iron Man. Satoshi Nakamoto adalah pseudonym, nama samaran, yang sejak tahun 2008 belum ada yang pernah mengaku bahkan mengungkap siapa di balik nama tersebut yang cukup fenomenal menciptakan uang digital berbasis kripto, Bitcoin. Tahun 2008, Satoshi Nakamoto mempublikasikan 9 lembar 'white paper' yang untuk pertama kalinya menyebut uang digital bitcoin. Peer-to-peer electronic cash atau mungkin bisa disebut sistem elektronik gotong royong. Infografis/ Ini 5 Alasan Kenapa Orang Tergila-gila Sama/Arie PratamaFoto: Infografis Beberapa bulan kemudian, Satoshi Nakamoto merilis software Bitcoin untuk pertama kalinya dengan berpatrner bersama pengembang dan pengkoding online untuk membuktikan kepada khalayak. Pengembangan Bitcoin berlanjut sampai akhirnya sosok Satoshi Nakamoto pun menghilang bak ditelan bumi. Tapi, Satoshi Nakamoto ini tidak hilang begitu saja tanpa membawa 'sesuatu'.

Kabar Baik! Setelah Bitcoin, Tesla Berencana Borong Emas

Harga emas dunia menguat tipis pada perdagangan hari ini, Rabu (10/2/2021). Pelaku pasar dibuat sumringah karena rencana stimulus fiskal di Negeri Paman Sam berjalan mulus. Pekan lalu, Kongres sudah merestui proposal stimulus dari pemerintahan Presiden Jospeh 'Joe' Biden senilai US$ 1,9 triliun. Kemungkinan stimulus bisa mulai bergulir dalam hitungan minggu. Stimulus akan menambah likuiditas di perekonomian. Pasokan dolar AS yang berlimpah akibat kebijakan moneter longgar yang ditempuh bank sentral AS The Fed membuat greenback mengalami depresiasi terhadap mata uang lainnya. Pelaku pasar mulai mengantisipasi adanya inflasi yang tinggi akibat banjir stimulus fiskal dan moneter. Investor pun mencari alternatif aset yang dapat melindungi kekayaannya dari erosi akibat inflasi. Emas adalah salah satunya. Berbeda dengan mata uang fiat yang bisa dicetak kapanpun dan dalam jumlah berapapun (meski tidak bisa seenaknya sendiri), pasokan emas relatif lebih stabil, sehingga cocok digunakan sebagai aset untuk lindung nilai (hedging). Perlahan-lahan harga emas mulai merangkak naik. Di arena pasar spot harga emas dunia sudah tembus US$ 1.840/troy ons atau menguat 0,17% dibanding posisi penutupan kemarin. Kini harga emas kian mendekati level psikologis US$ 1.850/troy ons. Tidak hanya investor saja yang melirik emas, korporasi seperti Tesla Inc pun ikut tertarik pada logam kuning ini. Belum lama ini Tesla mengumumkan membeli Bitcoin senilai US$ 1,5 miliar untuk hedging dan rencananya bakal digunakan untuk transaksi. Dalam laporannya ke Securities Exchange Commission (SEC), Tesla Inc ternyata juga menyebut aset lain yaitu emas. Perusahaan yang memproduksi mobil listrik tersebut berupaya untuk mengkonversi kasnya dalam bentuk mata uang fiat ke dalam alternatif aset lain. "Kami dapat menginvestasikan sebagian dari uang tunai tersebut dalam aset cadangan alternatif tertentu termasuk aset digital, emas batangan, exchange traded fund berbasis emas dan aset lainnya seperti yang ditentukan di masa depan," kata perusahaan dalam laporan ke Komisi Bursa Efek (SEC). Bahkan sampai mencetak rekor terbarunya di atas US$ 40.000 per kepingnya. Kenaikan harga Bitcoin yang tinggi juga menunjukkan adanya aksi spekulasi oleh pasar. Di tengah likuiditas yang berlimpah dan sentimen terhadap risiko yang mulai membaik, pelaku pasar lebih agresif mengincar aset-aset berisiko yang memberikan cuan lebih tebal seperti saham dan cryptocurrency. Inilah yang menyebabkan mengapa harga emas cenderung tertekan selain rebound dolar AS. TIM RISET CNBC INDONESIA

Semua Borong Bitcoin! Tesla, Square, PayPal, Ada Apa ?

Satu per satu perusahaan besar mulai berinvestasi di Bitcoin. Paling tidak ada tujuh perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa saham global yang investasi di mata uang digital (cryptocurrency) termasuk Tesla. Apa yang terjadi? Ketujuh perusahaan itu adalah Silvergate Capital (Bank Kanada), Mogo (fintech kanada), Microstrategy (perusahaan IT), PayPal (pembayaran digital) Square (pembayaran digital) Galaxy Holdings (perusahaan investasi) dan Tesla (produsen mobil listrik). Lantas apa artinya kenaikan harga Bitcoin dan masuknya Tesla ke Bitcoin? Dalam risetnya Bahana Sekuritas dalam satu tahun terakhir harga cryptocurrency sudah reli 400% karena kapitalisasi pasarnya yang kecil. Saat ini kapitalisasi pasar cryptocurrency mencapai US$5,1 triliun. "Ini relatif kecil dibandingkan dengan kapitalisasi pasar emas yang mencapai US$11 triliun, obligasi pemerintah US476 triliun, dan saham global US$105 triliun," tulis analis Bahana Satria Sambijantoro, Dwiwulan, dan Raden Rami Ramdana. Kapitalisasi pasar yang kecil ini menawarkan ruang kenaikan harga di tengah-tengah aliran likuiditas dari stimulus bank sentra, meningkatnya minat investor ritel. Bahkan di Indonesia berinvestasi di Bitcoin kian mudah karena adanya startup yang mengembangkan platform transaksi.

Jalan Stimulus Fiskal di AS Alus, Harga Emas Mulai Bangkit

Harga emas bergerak menguat pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (9/2/2021). Pendongkrak harga emas kali ini masih sama seperti yang sudah-sudah, apalagi kalau bukan melemahnya dolar AS. Tren penguatan greenback sejak awal tahun membuat harga emas lesu. Namun indeks dolar yang mengukur posisi dolar AS terhadap mata uang lain mulai melorot. Investor dan pelaku pasar sumringah karena rencana stimulus fiskal di AS sepertinya berjalan mulus. Kongres sudah memberikan restu terhadap anggaran negara 2021 yang di dalamnya Kemungkinan stimulus ini bisa mulai digelontorkan dalam beberapa pekan ke depan. Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, optimistis stimulus ini bakal berdampak besar bagi rakyat AS. Eks ketua bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) itu memperkirakan stimulus akan merangsang penciptaan lapangan kerja hingga ke titik optimal (full employment) dalam waktu setahun. "Tidak ada alasan kita harus melalui masa pemulihan ekonomi yang terlampau lama. Dengan paket stimulus ini, saya perkirakan kita akan menuju full employment pada tahun depan," tegas Yellen, sebagaimana diwartakan CNBC International. Stimulus fiskal yang bernilai jumbo ini turut mengerek aset-aset keuangan berisiko seperti saham dan Bitcoin. Selain itu emas sebagai aset lindung nilai juga diuntungkan. Harga emas naik 0,28% pada 08.20 pagi ini. Di pasar spot harga emas sudah tembus US$ 1.835,61/troy ons setelah sempat ambles ke bawah US$ 1.800 pekan lalu. Kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif di AS membuat greenback tertekan. Pasokan dan likuiditas yang berlimpah diyakini bakal menyebabkan inflasi yang tinggi. Berbeda dengan mata uang fiat seperti dolar AS yang bisa dicetak kapan saja dan berapapun nilainya, pasokan emas cenderung stabil. Hal inilah yang membuat emas digunakan sebagai aset lindung nilai terutama dari risiko inflasi yang tinggi. Kendati likuiditas berlimpah, tingginya angka pengangguran dan kemiskinan membuat daya beli dan permintaan terhadap barang dan jasa masih lemah. Di sisi lain, adanya pandemi Covid-19 membuat kecepatan uang berpindah tangan (velocity of money) menjadi lebih lambat. Pasokan uang beredar yang banyak dan kecepatan uang berpindah tangan yang tinggi adalah dua syarat utama terjadinya inflasi. Namun karena keduanya belum terlihat maka inflasi masih berada di bawah sasaran target bank sentral. Emas pun menjadi susah untuk terkerek naik. Apalagi saat ini aksi spekulasi lebih marak terjadi di pasar. Pasokan uang yang melimpah bukannya mendongkrak kenaikan harga aset-aset riil tetapi justru membuat aset-aset keuangan mengalami inflasi tinggi karena banyak pihak yang memilih mengalokasikan asetnya dalam bentuk aset finansial seperti saham dan mata uang digital seperti Bitcoin, terutama bagi mereka yang memiliki dana besar dan akses ke pasar. TIM RISET CNBC INDONESIA

Elon Musk Buat Geger, Tesla Borong Bitcoin hingga Rp 21 T

Tesla Inc mengumumkan membeli bitcoin senilai US$ 1,5 miliar (Rp 21 triliun). Melansir CNBC International ini tertuang dalam pengajuan ke Komite Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS). Perusahaan mengatakan langkah ini diambil agar lebih fleksibel mendiversifikasi dan memaksimalkan pengembalian dalam bentuk tunai. Produsen mobil listrik ini juga akan menerima pembayaran produk dengan bitcoin. Hal itu menjadikan Tesla sebagai produsen mobil besar pertama yang resmi menggunakan mata uang digital (crypto) ini sebagai alat pembayaran. Meski demikian, perusahaan menegaskan transaksi dilakukan terbatas dan tetap akan tunduk pada hukum yang berlaku. Pengumuman ini dilakukan pasca dua pekan lalu Hal tersebut sempat membuat harga uang crypto itu melonjak hingga 20%. "Pada saat ini, saya berpikir bahwa bitcoin adalah hal yang baik dan saya adalah pendukungnya," ujarnya dua hari kemudian di situs obrolan media sosial Clubhouse. Investasi Tesla ke bitcoin menjadi representasi baru yang signifikan tentang perpindahan dari uang tunai ke crypto dalam investasi. Perusahaan ini mencatat memiliki US$ 19 miliar dalam bentuk tunai dan setara kas di akhir 2020 lalu. Pernyataan Tesla ini membuat bitcoin kembali naik 12% dalam perdagangan Senin (8/2/2021) pagi di AS. Bahkan rekor baru dicetak, di atas US$ 44.000. Tak Stabil Sejumlah analis menilai langkah Tesla merupakan berita baik bagi perkembangan asset digital. Ini menegaskan meningkatnya minat dan kepercayaan para pemain ekonomi penting di Bitcoin. "Ini mengikuti tren yang telah diamati sejak Microstrategy, PayPal, dan beberapa lagi dan penerimaan mata uang crypto, " kata Alhi Startegi dari Natixis di Prancis, Nordine Naam dikutip dari Reuters. Tapi ia menggarisbawahi bahwa "pasar" ini sangat tidak stabil. Menurutnya kenaikan yang terjadi mungkin hanya spekulasi yang bermain karena pemberitaan. "(Meski demikian), bagaimanapun, Tesla mungkin akan menjadi contoh bagi perusahaan besar lainnya dan ini dapat memperkuat bitcoin di masa depan. Sementara itu Manajer Portopolio Senior di Dakota Wealth Management AS, Robert Pavlik meyakini langkah Tesla akan mengangkat 'status' perusahaan. Terutama di kelompok yang tertarik dengan produknya. "Jika Anda tertarik pada kendaraan listrik dan tertarik pada Elon Musk, maka menerima bitcoin," katanya.

Tesla Inc Borong Bitcoin US$ 1,5 Miliar

Tesla Inc mengumumkan pada Senin (8/2/2021) telah membeli bitcoin senilai US$ 1,5 miliar atau setara Rp 21 triliun (kurs Rp 14.000/US$). Dalam pengajuan kepada US Securities and Exchange Commisson, Tesla mengutarakan alasan di balik langkah tersebut. tulis Tesla Inc seperti dikutip CNBC Indonesia. Tesla juga menyatakan akan mulai menerima pembayaran dalam wujud bitcoin atas produk-produk mereka. Ini akan membuat Tesla menjadi produsen mobil pertama dalam konteks penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran. Langkah ini sontak menimbulkan pertanyaan. Sebab, beberapa waktu belakangan, CEO Tesla Inc Elon Musk kerap mengunggah pesan di Twitter yang menaikkan harta cryptocurrency seperti bitcoin dan dogecoin. Hal itu tak ayal membuat banyak orang membeli mata uang digital.
Dua pekan lalu, Musk menambahkan tagar #bitcoin ke bio Twitter-nya. Langkah itu mendorong kenaikan bitcoin hingga 20%. "Pada saat ini saya berpikir bitcoin adalah hal yang baik dan saya adalah pendukung bitcoin," ujar Elon Musk di situs obrolan media sosial Clubhouse. Usai pengumuman Tesla Inc, harga bitcoin melesat ke level US$ 44.200 atau naik 2,5% dalam perdagangan premarket. Tesla memperingatkan investor tentang volatilitas harga bitcoin dalam pengajuan ke US Securities and Exchange Commisson. Langkah Tesla Inc juga berdampak kepada persentase uang tunai dalam investasi perseroan. Perusahaan memiliki lebih dari US$ 19 miliar dalam bentuk tunai per 2020.