Kamis, 19 Oktober 2017

Dollar Variatif Meski Yield Naik, Fed Hawkish

 Dollar bergerak variatif atas major currencies meski terjadi kenaikan yield obligasi AS dan pernyataan pejabat the Fed yang hawkish. Namun masih bisa mengangkat performanya atas yen. Fokus terdekat adalah keputusan Presiden Trump mengenai kandidat ketua the Fed selanjutnya.

Yield obligasi tenor 10 tahun naik ke 2,352%, sudah naik 6 bps minggu ini. Bahkan yield tenor 2 tahun naik ke level tertinggi sejak 2008 di tengah ekspektasi pengetatan moneter global. Dibanding negara maju lainnya, yield obligasi AS tergolong tinggi. Yield AS jauh lebih tinggi dari Jerman yang 0,40% dan Inggris yang 1,31%, dan Italia yang 2,03%. Bahkan Jepang di bawah 0,1%. Prospek kenaikan suku bunga the Fed terus mengangkat yield AS.

Sayangnya dollar hanya mampu menguat atas yen dan melemah atas lainnya. Dollar gagal meraih momentum meski Presiden the Fed distrik New York William Dudley mengatakan suku bunga bisa naik sampai 2,5%. The Fed akan menggelar rapat pada 31 Oktober-1 Nopember, kemungkinan akan mengukuhkan rencana kenaikan suku bunga pada Desember nanti.

Dengan the Fed diperkirakan menaikkan suku bunganya untuk ketiga kalinya tahun ini pada Desember, pasar kini sedang mencari informasi mengenai siapa pengganti Yellen setelah masa jabatannya berakhir pada Februari nanti. Informasi terbaru menyebutkan Presiden Trump punya lima kandidat dan kemungkinan akan diumumkan sebelum kunjungannya ke Asia Nopember nanti.

Para pengamat menyebut siapa ketua the Fed selanjutnya menjadi salah satu fokus penting di pasar saat ini. Siapapun itu, the Fed akan terus melanjutkan normalisasi kebijakan moneter dan kenaikan suku bunganya. Dollar terangkat setelah muncul berita ekonom Stanford University John Taylor muncul sebagai kandidat utama. Taylor dikenal sebagai ahli moneter dan menurut formulanya, yang disebut dengan Aturan Taylor, Fed fund rate harus lebih tinggi dari 1,0-1,25%.

Indeks dollar turun 0,1% ke 93,36 setelah gagal menembus resistance 93,75 kemarin. Penutupan di bawah 93,35 menjadi pertanda untuk lanjut menuju 93,00. Terhadap yen, dollar diperdagangkan di 113,00 setelah menguat 0,6% kemarin. Penutupan di atas 113,30-113,50 menjaga momentum bullish dengan target 114,00.


Sumber berita : Nizar Hilmy | Strategydesk

Akankah Shinzo Abe Memenangkan Pemilu Jepang?


Shinzo Abe diprediksi akan bertahan di kursi kekuasaannya karena popularitas yang membaik.
 
Korea Utara menjadi alasan mengapa Abe ngotot memajukan jadwal pemilu.
 
Akhir September lalu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan akan mengadakan pemilihan lebih awal. Keputusan Abe untuk memajukan jadwal pemilihan didasari atas kegelisahannya atas ketegangan regional yang diciptakan Korea Utara lewat serangkaian uji coba rudal balistik. Sedianya, jadwal pemilihan umum di Jepang diselenggarakan tahun depan.

“Keputusan ini diambil untuk merespon permasalahan yang sedang terjadi. Khususnya dalam kapasitas saya sebagai pemimpin nasional. Hal ini adalah misi saya selaku Perdana Menteri,” ujarnya seperti dilansir The New York Times.

Abe melihat kekuatan oposisi mulai melemah dan terbagi semenjak mundurnya pemimpin Partai Demokrat, Renho Murata pada Juli lalu. Momentum tersebut ingin dimanfaatkan Abe dengan memajukan agenda pemilihan.

Di samping faktor yang ditimbulkan Korea Utara, alasan Abe mengadakan pemilihan lebih cepat dari jadwal seharusnya ialah untuk memastikan sekaligus mempertahankan jabatan Perdana Menteri. Tujuan lainnya yaitu memantapkan peluangnya sebagai pimpinan Partai Demokrasi Liberal (LDP).

Keyakinan Abe untuk bisa melanggengkan jabatannya bukan tanpa dasar. Tingkat elektabilitasnya perlahan pulih dalam beberapa waktu terakhir semenjak skandal korupsi yang melibatkan pejabat pemerintahan di bidang pendidikan pada musim panas lalu.

Penyebab naiknya elektabilitas Abe adalah keberhasilan nya membalikkan prediksi banyak orang mengenai pertumbuhan ekonomi. Dalam tiga bulan terakhir, rata-rata pertumbuhan GDP Jepang menyentuh angka 2,5 persen.

Selama menjabat, banyak pihak menyebutkan terdapat dua tantangan yang sedang dihadapi pemerintahan Abe. Tantangan pertama ialah Korea Utara, yang dianggap Abe sebagai ancaman nasional yang harus segera diselesaikan.

Keadaan tersebut membuat Jepang berpikir ulang mengenai strategi pertahanannya. Awal tahun lalu, Abe memasang tenggat waktu tahun 2020 untuk mengubah pasal 9 konstitusi Jepang. Hakikatnya, pasal itu merupakan warisan Amerika yang diberlakukan pasca Perang Dunia II. Poin terpenting yang termaksub dalam pasal tersebut adalah Jepang dilarang mempertahankan kekuatan militernya.

Maka dari itu, Abe hendak menghapus pasal larangan tersebut agar Jepang mampu mengelola ancaman yang ditimbulkan Korea Utara dengan kekuatan militernya sendiri. Guna memuluskan langkahnya, koalisi Abe (LDP dan Komeito) harus meraih dua per tiga kursi mayoritas di majelis rendah.

Wacana ini sudah ditentang China dan Korea Selatan yang berpendapat hadirnya militer Jepang hanya akan membangkitkan “memori masa lalu tentang peperangan.” Florian Kohlbacher, direktur Economist Corporate Network Asia Utara menjelaskan, perubahan konstitusi yang diinginkan Abe merupakan salah satu ambisinya untuk meneruskan kesuksesan reformasi ekonomi Abenomics.

Kemudian yang tak kalah penting adalah kenaikan pajak konsumsi. Program ini dianggap tidak populer untuk publik Jepang. Secara garis besar, kenaikan pajak konsumsi digunakan untuk mendanai pengeluaran jaminan sosial serta membayar hutang pemerintah. Untuk memuluskan program itu, Abe menjanjikan paket stimulus sebesar 2 triliun yen ($17,8 miliar) untuk perawatan anak, pendidikan, sampai jaminan sosial bagi orang tua.
  
Yuriko Koike: Lawan Baru Abe dari Tokyo

Tanggal pemilihan sudah diputuskan: 22 Oktober 2017. Masa-masa kampanye mulai digencarkan. Nyatanya, Abe tak sendirian. Perlawanan dipastikan muncul dari sosok Yuriko Koike dengan partai yang baru didirikannya, Kibo no to atau Partai Harapan.

“Kami menawarkan alternatif kepada para pemilih agar bisa mengkoreksi politik yang didominasi Abe,” jelas Koike saat acara debat pada Minggu (8/10/2017) kemarin.

Keberadaan Koike tidak bisa dianggap remeh oleh Abe. Pada musim panas 2016 lalu, Koike menggemparkan dunia politik Jepang ketika berhasil memenangkan pemilihan gubernur. Singkat kata, Koike menjadi gubernur perempuan pertama Tokyo. Lalu, saat pemilihan regional di Tokyo, partai Abe kalah oleh Partai Koike Tomim yang menaungi Koike. LDP memperoleh 23 kursi, sedangkan Koike Tomim mendapat 79 kursi. 

Pertarungan Abe dan Koike diperkirakan tak jauh dari isu seputar Korea Utara, pajak konsumsi, serta pengelolaan energi nuklir. Untuk Korea Utara, Koike sepakat dengan usulan Abe mengubah pasal konstitusi tentang kekuatan militer. Sementara untuk pajak konsumsi, keduanya berbeda pendapat. Abe mendorong terwujudnya program itu untuk mendanai pengeluaran sosial. Sedangkan Koike menolak wacana tersebut dan cenderung mengalokasikan dana untuk keluarga miskin.

Kemudian untuk sektor energi, Abe ingin mendorong pengelolaan nuklir guna menurunkan ketergantungan Jepang pada impor bahan bakar yang mahal. Bagi Abe, tenaga nuklir membantunya memenuhi komitmen perubahan iklim. Di lain sisi, Koike ingin menghapuskan tenaga nuklir pada 2030 dan berupaya meningkatkan energi terbarukan.

Berbagai hasil jejak pendapat menempatkan Abe dan koalisinya sebagai pemenang pemilu. Berdasarkan polling yang dikeluarkan Kyodo News, 30 persen koresponden memilih partai Abe, 8 persen oposisi, serta 42,2 persen belum menentukan pilihannya. Majalah Nikkei juga merilis hasil serupa; koalisi Abe diprediksi mendapatkan 290 kursi dan partai Koike hanya 69 kursi.

Sumber berita : tirto.id - Reporter: M Faisal Reza Irfan


GBP/USD Turun Menjelang Penjualan Ritel Inggris


Pasangan GBP/USD gagal mempertahankan tingkat yang lebih tinggi lagi dan memangkas kenaikan selama satu jam terakhir, karena pasar menunggu rilis penjualan ritel Inggris untuk arah berikutnya.

GBP/USD terjual habis di dekat level 1,3225

Pasangan tersebut terlihat mempertahankan tawaran beli kecil di awal Eropa, karena investor tetap waspada terhadap hasil penjualan ritel Inggris. Penjualan ritel diperkirakan turun menjadi 0,1% bulan/bulan di bulan September, sementara secara tahunan, pertumbuhan terlihat melambat menjadi 2,1% dari 2,4%.

Selain itu, meningkatnya kewaspadaan menjelang pidato PM Inggris Theresa May pada hari pertama KTT Brexit/UE yang dimulai akhir hari ini, juga membebani Pound. Sementara itu, terhentinya penjualan Dolar AS secara luas mendukung penurunan baru yang terlihat di Cable.

Fokus sekarang tertuju pada laporan penjualan ritel Inggris

Aussie Menguras Perolehannya Pasca GDP China


Sempat melonjak setelah laporan Employment Change, Dolar Australia tampak bergerak turun menghapus perolehan di level tingginya menyusul data GDP China. China merupakan negara partner perdagangan nomor satu bagi Australia, sehingga laporan data ekonominya memiliki pengaruh terhadap nilai tukar Dolar Australia. 

AUD/USD melonjak ke angka 0.7871 dari 0.7848, setelah data Ketenagakerjaan Australia (Employment Change) dilaporan menguat. Biro Statistik ABS mencatat, Tingkat Pengangguran Australia melorot ke level rendah empat tahun, yakni di 5.5 persen pada bulan September, sesuai dengan ekpektasi pasar.

Level tersebut, yang juga lebih baik daripada level pada bulan Februari 2013, berkombinasi dengan tambahan 19,800 lapangan kerja pada bulan September. Padahal menurut prediksi pasar, tambahan lapangan kerja di Australia pada bulan tersebut hanya akan mencapai 15,000.

Tren pertumbuhan tenaga kerja usia produktif Australia juga meningkat sebanyak 0.7 persen, menjadi 61.6 persen. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak bulan Agustus 2012. Tenaga kerja purna waktu (full-time) bertambah sebanyak 6,100 orang sedangkan tenaga kerja paruh waktu bertambah 13,700 orang.

Apiknya data Ketenagakerjaan Australia kali ini membuat para ekonom dari NSW menambah pandangan optimistis. Apabila tingkat pengangguran mampu mencapai 4.6 persen, maka Australia akan memasuki babak full employment.

Akan tetapi, begitu data GDP China dirilis setelahnya, AUD/USD tak menambah kenaikan dan menguras perolehannya. AUD/USD turun ke level 0.7846 setelah Biro Statistik China melaporkan GDP negara tersebut untuk kuartal ketiga berada pada persentase 6.8 persen, sesuai ekspektasi.

Kendati perkembangan ekonomi China masih stabil dan bergerak ke arah yang positif, ada tantangan dari lingkungan internasional di tengan perubahan struktural dalam negeri China.

BoJ Tak Butuh Stimulus Ekstra, USD/JPY Melejit



Makoto Sakurai, anggota dewan Bank Sentral Jepang (BoJ), mementahkan pernyataan bahwa bank sentral tersebut membutuhkan tambahan kebijakan moneter longgar. Sakurai mengatakan, bank sentral tidak seharusnya mengambil langkah yang tak perlu untuk mengakselerasi waktu pencapaian target inflasi dua persen. Walaupun, kebijakan moneter longgar memang masih perlu dipertahankan.

Komentar Sakurai itu sangat kontras dengan pejabat BoJ yang lainnya dalam rapat pada bulan September lalu. Mayoritas anggota komite pengambil kebijakan BoJ masih memperingatkan untuk menambah langkah ekstra demi menggenjot inflasi Jepang yang tak kunjung menanjak.

"Tak perlu lagi melakukan tambahan kebijakan apapun untuk mencapai target inflasi dengan cepat," kata Sakurai setelah rapat dengan para pengusaha di Hakodate, Jepang Utara. "Kebijakan kami saat ini, Yield Curve Control YCC, sudah cukup."

BoJ telah mengundurkan waktu pencapaian inflasi sejak meluncurkan program stimulus masifnya tahun 2013 lalu. Alih-alih berhasil, pada bulan Agustus lalu kenaikan inflasi inti Jepang tercatat hanya 0.7 persen (YoY). Padahal, waktu pencapaian target inflasi sudah diundur lagi hingga Maret 2020.

BoJ akan kembali mengadakan rapat pada tanggal 30-31 Oktober 2017 sekaligus memperbarui forecast inflasinya. Sakurai menegaskan, pandangan BoJ bahwa CPI sedang dalam jalur mencapai 2 persen, adalah karena perusahaan-perusahaan juga harus memenuhi kenaikan gaji pegawai untuk mengiringi kenaikan inflasi.


Dolar Bertahan, Pasar Menunggu Kandidat Baru Ketua The Fed

 Dolar AS mempertahankan penguatannya terhadap mata uang-mata uang mayor di sesi perdagangan Rabu (18/Okt). Para investor sedang mencerna kembali seberapa besar kemungkinan terpilihnya Ketua The Fed yang bersentimen lebih hawkish dibandingkan dengan ketua saat ini, Janet Yellen.


Indeks Dolar berada pada level 93.475, memperpanjang rebound dari revel rendah dua setengah minggu yang tercapai pada hari Jumat lalu, yakni di angka 92.749. Indeks Dolar mengukur kekuatan Dolar AS terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya.

Mengenai kandidat ketua The Fed Presiden AS Donald Trump memiliki lima kandidat untuk dipilih sebagai pemimpin bank sentral negara tersebut. Kemungkinan yang diperkirakan oleh para pengamat, Trump akan mengumumkan hasil pilihannya sebelum bertolak ke Asia dalam rangka kunjungan kenegaraan pada awal November mendatang.

"Siapa yang akan menjadi Gubernur The Fed selanjutnya adalah fokus terpenting bagi pasar saat ini," kata Yukio Ishizuki, ahli Strategi Senior dari Daiwa Securities. Namun, siapapun yang terpilih nanti, The Fed tetap akan melanjutkan normalisasi kebijakan dan suku bunga AS akan naik tahun depan, imbuhnya.

Dolar AS kemarin mendapatkan dorongan dari munculnya nama John Taylor ekonom Stanford University, sebagai kandidat baru ketua bank sentral AS. Taylor dikenal memiliki pandangan lebih hawkish dibanding Janet Yellen, ketua The Fed saat ini.

Senin, 16 Oktober 2017

Mata Uang Dunia

Rebound AUD/USD Terhambat    

Dolar Australia melemah pada hari Senin setelah para investor dan pedagang terlihat berkonsolidasi pasca kenaikan baru-baru ini, sementara berita ekonomi yang lebih optimis dari China, mitra dagang terbesar Australia, diharapkan masih mendukung sentimen terhadap mata uang terkait komoditas.

Faktor lain yang masih menahan tekanan terhadap Aussie adalah penguatan harga bijih besi, penghasil ekspor terbesar di negara itu, di tengah kenaikan harga baja di China.
Data pada hari Senin menunjukkan harga produsen China naik pada kecepatan 6,9 persen pada bulan September, sebagian besar didorong oleh kekuatan komoditas.

Perspektif Analisa Teknikal AUD/USD

Sebelumnya pada hari Jumat, AUDUSD melonjak ke 0,7895 lalu berakhir positif 0,86% pada kerangka waktu harian dan naik 1,55% pada kerangka waktu mingguan.
Penutupan tersebut juga terjadi sedikit di atas level 38,2% Fibonacci retracement di 0,7880 yang berarti masih ada ruang untuk berlanjutnya pergerakan naik AUDUSD di awal pekan ini, targetnya adalah 0,7917/27.
Meskipun saat ini sedang sedikit tertekan, potensi naik AUD/USD hari ini akan tetap terjaga selama pair ini tetap bergerak di atas support kuat pada grafik 4-jam yang saat analisa ini ditulis berada di 0,7855.
Hingga siang ini terlihat level Fibonacci tersebut juga masih menjadi hambatan serius bagi kelanjutan rebound AUD/USD. Jadi, penting untuk terus mencermati penutupan pada kerangka waktu 4-jam terhadap level Fibonacci tersebut. Sebuah penutupan yang cukup jauh di atasnya akan mengembalikan potensi naik AUD/USD.
  
Harapan Bearish Akan Dominasi GBPUSD di Bawah 1.32846 

GBPUSD terus berada di jalur bullish walaupun harus sedikit tertahan karena pada akhir minggu lalu, GBPUSD hanya bergerak dalam range sempit, 1.32845 – 1.33375.
 
Sebenarnya pasar ingin meyakini bawah BREXIT akan menguntungkan Inggris dan pada akhirnya GBPUSD akan menguat. Namun ada beberapa poin atau wacana pada perundingan BREXIT yang mengindikasikan ‘deadlock’. Di sinilah pasar harus berhati – hati. Ditambah langkah bank sentral AS, The FED kemungkinan akan berbeda dengan langkan bank sentral Inggris , BoE. Ini menjadi faktor ekstra hati – hati bagi pasar.

Berdasarkan grafik 1 jam, GBPUSD berpeluang untuk menguji level resistance di 1.33368 jika berhasil kembali ke atas level 1.32846. Sedangkan level support terdeteksi di level 1.32421.
Harapan bearish akan mencoba mendominasi jika GBPUSD gagal berada di atas level 1.32421.
  
Laju Bearish USDJPY Bergelombang 

 USDJPY masih terus terkoreksi sejak gagal bertahan di atas level 113.000. Pergerakannya pada akhir minggu lalu masih terbatas oleh garis tren turun dan di bawah level kritis 112.217.

Gerak bearish USDJPY terlihat bergelombang dan mengindikasikan bertahap dengan dominasi Seller. Ada yang harus dideteksi lebih lanjut, apakah Seller di sini bagi posisi baru ataukah aksi ambil untung dari gerak bullish kemarin dengan potensi Buyer masih berada di pasar.

Berdasarkan grafik 1 jam, USDJPY kembali berada di bawah garis tren resistance dan level kritis 111.950 yang saat ini berperan sebagai resistance. Kedua garis ini akan sedikit membatasi peluang rebound. Target bearish terlihat di level 111.569.

Terbebani Politik, NZD/USD Mendatar di Bawah SMA 200 

Pergerakan naik dolar Selandia Baru terhadap greenback pada hari Senin ini terlihat tertahan meskipun cenderung berlanjut. Ketidakpastian politik kemungkinan akan tetap membuat para investor terus menunggu pengumuman mengenai pemerintah baru negara tersebut yang direncanakan di akhir pekan ini.

Sebelumnya pada hari Jumat dolar Selandia Baru diuntungkan setelah inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan melukai dolar AS namun mungkin tidak akan mendorong jauh lebih tinggi sampai pemerintah baru terbentuk.

Perspektif Analisa Teknikal NZD/USD

Sejak akhir pekan lalu hingga sore ini pergerakan NZD/USD terlihat mendatar atau sideways di bawah simple moving average 200-periode pada grafik 4-jam, sebuah zona resistance penting bagi tren jangka pendek. SMA 200 tersebut kini berada di 0,7210.
Di sisi lain pergerakan naik NZD/USD yang berpangkal di 0,7056 masih memiliki peluang cukup bagus untuk berlanjut dengan dukungan dari support kuat pada kerangka waktu yang sama yang sore ini berada di 0,7160.
Jadi kemungkinan besar hari ini NZD/USD akan tetap bergerak di antara support dan resistance tersebut.

Sumber analisa: ForexSignal88

Kenapa Catalunya Ingin Merdeka dari Spanyol?

Catalonia, dalam bahasa Catalan disebut Catalunya dan dalam bahasa Spanyol disebut Cataluña, adalah sebuah provinsi dengan otonomi khusus di wilayah timur laut Kerajaan Spanyol.
 
Catalunya, yang beribukota Barcelona dan berbatasan dengan Perancis, adalah rumah dari 16 persen populasi Spanyol dan menyumbang 20 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara tersebut. Catalunya adalah daerah industri dan keuangan dengan PDB per kapita sebesar $27.000 ($30.000), di belakang Madrid (€31.000), The Basque Country (€30.000) dan Navarre (€28.000).

Ada beberapa perusahaan besar yang berasal dari Catalunya seperti Caixabank, perusahaan pakaian Mango, produsen otomotif SEAT dan tentunya tim sepak bola FC Barcelona. Beberapa perusahaan besar asal Asia, Eropa dan Amerika Serikat juga bermarkas di Catalunya untuk mengendalikan operasi bisnis mereka di seantero Spanyol.
Namun kini rakyat Catalunya, tidak seluruhnya, bersiap untuk memberikan suara mereka pada referendum kemerdekaan yang rencananya diadakan pada Minggu, 1 Oktober 2017. Parlemen Catalunya menyetujui referendum tersebut namun tentangan keras datang dari parlemen dan pemerintah Spanyol sehingga mereka memerintahkan pihak kepolisian untuk menindak tegas pada pendukung referendum tersebut. Dunia akan melihat apakah kemauan para Catalan (orang Catalunya) akan terwujud dalam beberapa hari ni atau tidak.

Jika dilihat sekilas, tampaknya situasi di Catalunya baik-baik saja. Bahkan yang lebih santer terdengar adalah tuntutan kemerdekaan dan aksi teror dari separatis Basque. Namun ternyata ada bara dalam sekam yang membuat banyak Catalan ingin memisahkan diri dari Spanyol. Tulisan bersambung ini akan secara sekilas mengungkap alasan dari tuntunan kemerdekaan Catalunya tersebut.

Latar Belakang Sejarah

Wilayah Catalunya, terletak di timur laut Spanyol, adalah wilayah otonom dengan struktur politik, legal dan budaya yang ada sejak berabad-abad lalu.
Bahasa Catalan bukanlah sebuah dialek bahasa Spanyol dan digunakan oleh sembilan juta orang di Catalunya, Valenica, Kepulauan Balearic dan Andorra.

Catalan mengklaim bahwa siapapun dapat melacak bagaimana nenek moyang mereka membentuk sebuah negara yang terpisah dengan mempelajari sejarahnya di abad ke-1 hingga 12. Sedangkan Spanyol adalah sebuah bangsa yang terbentuk melalui perkawinan para bangsawan dan wanita dari berbagai wilayah di Semenanjung Iberia.

Pada tahun 1162, Pangeran Barcelona Ramon Berenguer IV menikahi Putri Petronilla dari Aragon, sehingga terciptalah sebuah wilayah yang kemudian dikenal sebagai Mahkota Aragon yang kemudian berkembang hingga mencakup Majorca, Valencia hingga wilayah yang kini menjadi bagian dari Italia yaitu Sisilia, Sardinia dan Naples.

Pada abad ke-15, Isabella dari Kastilia dan Ferdinand dari Aragon menikah, membentuk kesatuan yang mengikat dasar-dasar Kerajaan Spanyol. Selanjutnya Kastilia atau Castille (bahasa Spanyol), menjadi bahasa pilihan untuk pengadilan dan sastra, namun bahasa Catalan masih digunakan sebagai bahasa lisan.

Pada tahun 1640, Raja Philip IV dari Spanyol memaksa orang Catalan untuk berperang dalam 'Perang Suksesi Spanyol', yang kemudian mendorong pemberontakan melawan mahkota tersebut.
Perang pun berakhir dengan kemenangan Philip V dari French House of Bourbon dan pada tahun 1714 Catalunya dibombardir hingga jatuh ke tangan tentara Franco-Spanyol.

Raja Philip menindas negara Catalan dan wilayah Aragon yang tersisa di wilayah Mahkota Aragon dan menyatukan mereka di bawah apa yang sekarang kita sebut sebagai Spanyol.
Langsung menuju ke abad 20, pada tahun 1936, sebuah kudeta militer untuk menggulingkan Republik akhirnya memicu perang sipil di mana kaum nasionalis menerima bantuan dari Italia dan Nazi Jerman.

Di bawah kekuasaan diktator Jenderal Francisco Franco Bahamonde, otonomi, bahasa, dan budaya Catalan menjadi hal yang terlarang sejak akhir Perang Saudara pada tahun 1939 hingga saat kematian sang diktator pada tahun 1975.
 
Tertindas Semasa Diktator Franco, Budaya Jadi Alasan Para Catalan

Para Catalan telah lama melihat diri mereka secara fundamental berbeda dengan Spanyol dan selama dekade terakhir, dukungan untuk memisahkan diri dari Spanyol semakin berkembang. Lebih dari 7,4 juta orang menganggap diri mereka sebagai Catalan, yang mewakili 16 persen populasi Spanyol.
Dosen senior studi Spanyol dan Catalan di Monash University, Dr. Stewart King, mengatakan alasan finansial dan budaya telah menyebabkan gesekan tersebut.

"Ada alasan finansial dan ada juga alasan budaya, di mana semuanya saling terikat. Ketika Spanyol keluar dari kediktatoran pada tahun 1975, salah satu hal yang mereka lakukan adalah memikirkan kembali apa artinya menjadi orang Spanyol," kata Stewart.

"Ini berasal dari sebuah gagasan bahwa menjadi Spanyol  adalah, saat di bawah kekuasaan rezim Franco, berbahasa Spanyol dan memiliki budaya yang homogen, untuk kemudian menjadi masyarakat plurikultural (pluricultural society), yang mengakui perbedaan dan bahasa dari semua wilayah Spanyol," kata dosen tersebut.

Stewart mengatakan bahwa tekanan dari berbagai pemerintahan konservatif telah menjadi tekanan tersendiri kepada para Catalan untuk membatasi pengajaran bahasa Spanyol tersebut.
"Semakin banyak orang Catalan merasakan gagasan tentang Spanyol multikultural telah lenyap akhir-akhir ini dan mereka merasa bahwa mereka ‘kurang Spanyol’, karena mereka berbicara bahasa Catalan atau mereka mempromosikan pengajaran bahasa Catalan di wilayah mereka," katanya.
 
Catalan Frustasi dengan Pembagian Keuangan yang Tak Adil

Argumen lain yang mendukung kemampuan Catalunya untuk sukses setelah berpisah dari Spanyol adalah produk domestik bruto (PDB) yang sedang berkembang.
Transformasi Barcelona menjadi salah satu gerbang desain dan bioteknologi Eropa serta daya pikat sektor pendidikan yang menggoda para calon siswa dan orang tua mereka, membantu Catalunya tetap menjadi wilayah terkuat yang berkontribusi sebesar 20 persen terhadap ekonomi Spanyol sejak 2006, menurut data OECD.

Pada tahun 2013, PDB per kapita Catalunya adalah 23 persen di atas rata-rata Spanyol dan 17 persen di atas rata-rata Uni Eropa, menurut IDESCAT. Jadi jika Catalunya menjadi sebuah negara, akan menempati peringkat kesembilan sebagai sebuah negara di Uni Eropa.
Wilayah Catalunya juga terus meningkatkan perdagangannya dan menghasilkan 25 persen, atau €65 miliar, dari seluruh ekspor Spanyol. Mayoritas ekspor berasal dari barang konsumsi dan energi juga produk industri.

Banyak pihak di Catalunya melihat ekonomi mereka yang berkembang pesat sebagai indikator kuat yang akan berkembang sebagai negara berdaulat. Catalan melihat ekonomi mereka selama ini hanyalah sebagai alat bagi pemerintah Spanyol.
Catalan juga kecewa karena sebagai daerah kaya, Catalunya hanya menerima lebih sedikit pengeluaran dari pemerintah Spanyol daripada untuk daerah semi otonom lainnya.
Stewart mengatakan redistribusi sumber daya pemerintah telah membuat banyak orang di Catalunya frustrasi.

"Banyak hal kecil telah memberi kontribusi untuk itu (dorongan untuk sebuah referendum) dan salah satunya adalah orang Catalan merasa mereka telah menyumbangkan lebih banyak dana ke wilayah lain di Spanyol. Dan uang yang mereka (pemerintah Spanyol) dapatkan di wilayah lain dari Spanyol telah banyak digunakan dengan buruk," katanya.
"Jadi, mereka merasa ada banyak uang yang telah disia-siakan dan ketika pemotongan terjadi, terutama setelah Krisis Keuangan Global, banyak penduduk Catalunya merasa sasaran mereka (pemerintah Spanyol) tidak adil karena Catalunya adalah salah satu daerah terkaya di Spanyol dan memproduksi lebih banyak," jelas Dr. Stewart.

Para pembayar pajak Catalan sudah kehilangan 8,8 miliar euro lebih banyak dari yang diterimanya dari pemerintah Spanyol dan kehilangan 8,5 persen dari PDB per tahun, demikian menurut Bloomberg Politics, yang menyebabkan timbulnya gesekan di antara kaum separatis.
Namun harus diingat bahwa tidak jarang sebuah pemerintahan berusaha menjembatani kesenjangan kekayaan antar wilayah dan membelanjakan lebih banyak untuk wilayah-wilayah yang relatif miskin di suatu negara.

Risiko yang akan dihadapi Catalunya

Risiko perpisahan Catalunya dengan Spanyol bisa menimbulkan kenaikan hutang Catalunya kepada Spanyol. Pemerintah otonom tersebut telah memiliki utang kepada Spanyol dan menurut The Guardian UK sebagai hutang yang terbesar untuk ukuran sebuah wilayah.
Catalunya juga berpotensi untuk sementara waktu tetap berada di luar Uni Eropa dan akan menderita karena tarif perdagangan dan risiko tersendatnya aliran investasi.
Selanjutnya, menciptakan atau memperkuat struktur, administrasi, pertahanan dan keamanan sebuah negara baru membutuhkan biaya yang sangat mahal. Meskipun demikian separatis Catalunya berpendapat biaya tersebut bisa diimbangi dengan pembayaran pajak yang didistribusikan ulang di wilayah tersebut, demikian menurut Generalitat de Catalunya.

Sumber berita: ForexSignal88, CNN, Politico, SBS Australia, Wikipedia


Yen dan Dolar Australia Berbalik Ditekan Dolar AS Perlahan-lahan


Pada perdagangan pasar uang Asia Pasifik hingga jelang siang di Senin awal pekan ini, secara umum dolar AS kali ini bergerak sedikit memberikan tekanan kepada mata uang utama Asia, dengan pemicu akan naiknya suku bunga the Fed 4 kali lagi di tahun depan serta memburuknya beberapa data ekonomi Asia.

Sejauh ini USDJPY untuk sementara berada di level 111,93 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 111,79.

Untuk mata uang Australia, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7872 dibanding penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 0,7881. Untuk mata uang China, yuan, atau USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,5675 setelah tadi pagi ditutup di level 6,5666.

Tadi pagi hingga siang, terdapat beberapa data ekonomi dari Jepang serta China yang dirilis, seperti dari Jepang ada data revisi produksi industri yang mengalami penurunan tipis dari 2,1% menjadi 2,0% di bulan lalu. Sedangkan dari China terdapat data inflasi di tingkat produsen maupun konsumen.

Inflasi produsen naik dari 6,3% menjadi 6,9%, tertinggi sejak 8 bulan lampau, sedangkan inflasi konsumen turun dari 1,8% menjadi 1,6%. Hal ini membuat yuan sedikit terkoreksi. Sedangkan dari Australia tidak ada data ekonomi, namun data inflasi China membuat dolar Australia kurang bertenaga di awal pekan ini meskipun harga minyak juga positif.

Namun nyatanya bagi yen sendiri malahan terjadi pelemahannya yang tidak begitu bergejolak hari ini meski juga ada bayang-bayang kondisi Korea Utara serta Timur Tengah/Irak yang juga masih belum reda suasananya, namun tetap tidak ada aksi safe haven. Ini semua karena investor setelah masih melihat hasil pernyataan Janet Yellen semalam.

Dalam sebuah forum perbankan di AS dan dihadiri hampir semua ketua bank sentral utama dunia, Yellen berpendapat bahwa kondisi ekonomi AS masih akan melaju dengan moderat alias berkelanjutan sehingga suku bunga yang naik sangat membantu the Fed untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam negeri AS. Yellen juga mengisyaratkan bahwa di Desember nanti sekitar 99,99% suku bunga the Fed naik, dan ditambah pula kondisi inflasi yang masih dibawah target the Fed 2%, kemungkinan kurang dari 2 tahun akan diatas target tersebut.

Kejutan pernyataan keseriusan Yellen ini ditambah pula pernyataan Eric Rosengren, kepala cabang the Fed di Boston, bahwa tahun depan dimungkinkan suku bunga the Fed naik 4 kali. Pernyataan konfrontatif tersebut memang membingungkan pasar di awal pekan setelah di akhir pekan kemarin investor membuang dolar AS pasca kecewa dengan data inflasi dan penjualan eceran AS yang dirasa kurang gregetnya.

Namun buru-buru Yellen semalam menyanggahnya bahwa the Fed maklum dengan buruknya performa ekonomi AS di kuartal ketiga lalu karena faktor bencana alam, namun Yellen menegaskan bahwa kondisi tersebut jangka pendek semata, dan di akhir kuartal 4 nanti akan kembali memuncak kondisi laju ekonomi AS.

Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg

Yellen: Ekonomi AS Menunjang Kenaikan Suku Bunga



Ketua Federal Reserve atau bank sentral AS, Janet Yellen menyatakan bahwa prospek cerah untuk ekonomi AS disertai prospek inflasi AS dalam beberapa bulan kedepan sehingga suku bunga masih aman untuk dinaikkan secara bertahap.
 
Yellen juga menegaskan bahwa dampak dari beberapa badai di September memang akan sedikit mengguncang ekonomi secara sesaat, sehingga dalam waktu dekat juga akan pulih kembali bagi ekonomi AS. Yellen mengatakan bahwa kondisi ekonomi AS melaju dengan moderat dalam beberapa waktu lalu dan komentar tersebut sepertinya membangkitkan kembali bahwa suku bunga bank sentral AS akan segera dilanjutkan kenaikannya karena cerminan kuatnya ekonomi AS.

Beberapa ekonom pasar dunia juga melihat bahwa suku bunga the Fed akan naik sekali lagi di akhir tahun ini. Tetapi Yellen juga menggambarkan bahwa inflasi yang rendah dan berjalan sanagt persisten di tahun ini, membuat dirinya dan beberapa peserta rapat suku bunga the Fed merupakan sebuah keterkejutan, sehingga the Fed sangat berhati-hati untuk mengambil kebijakan baru.

Yellen juga optimis bahwa inflasi dalam beberapa bulan kedepan juga akan semakin meningkat, selain didorong turunnya harga layanan konsumen ponsel akan memudar, dorongan itu muncul ketika pasar tenaga kerja AS makin mengetat dan dirinya juga tidak kuatir dengan munculnya bencana alam.
Situasi bencana alam menurutnya hanya akan mempengaruhi laju pertumbuhan di kuartal ketiga saja, dan memasuki awal kuartal keempat sekarang, perlahan-lahan ekonomi mulai menampakkan peningkatannya kembali. Pernyataan Yellen dalam sebuah pertemuan perbankan di AS ini juga merupakan penegasannya kembali ketika dirinya menyatakan sesaat setelah FOMC meeting di pertengahan September lalu, dimana saat itu the Fed membiarkan suku bunganya bergerak berimbang diantara tingkat 1% hingga 1,25%.

Yellen semalam juga menjelaskan fokus kerja the Fed untuk mengurangi defisit neracanya dan menghadapi perubahan pajak di AS, dimana dirinya menyambut baik pengurangan pajak yang akan terjadi di AS dengan harapan bahwa daya beli konsumen akan naik disertai pula kondisi belanja investasi yang mengikutinya sehingga langkahnya dalam menaikkan suku bunga akan semakin mudah mengendalikan ekonomi AS agar tidak cepat memanas.
Namun Yellen juga tidak mau gegabah dalam menyikapi reformasi pajak tersebut, karena the Fed intinya masih menantikan detail pelaksanaan undang-undang pajak yang baru.

Sumber Berita: Reuters

Carney: Kenaikan Suku Bunga Inggris Menunggu Waktu Yang Tepat


Gubernur bank sentral Inggris Mark Carney menyatakan bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga di Inggris akan segera dilakukan dengan upaya bank sentral dalam mengendalikan inflasi karena proses perundingan Brexit yang masih terus berlangsung.
 
Banyak kalangan memperkirakan bahwa suku bunga Bank of England ini akan naik 25 basis poin di November bulan depan ini. Namun Carney tidak menyatakan secara spesifik tentang waktu penaikan suku bunga yang tepat, tetapi Carney hanya menyatakan bahwa pihaknya akan menaikkan suku bunganya dalam waktu beberapa bulan kedepan.

Dalam sebuah wawancara langsung dengan media setempat pasca berbicara dalam pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional atau IMF bersama dengan World Bank di Washington DC, Carney juga menegaskan bahwa bank sentral Inggris telah mentolerir tingginya inflasi di Inggris saat ini. Meskipun melebihi target bank sentral, namun dia tegaskan masih melihat perkembangan lebih lanjut.

Toleransi tingginya inflasi di Inggris menurutnya masih tetap dipertahankan dengan tidak menaikkan suku bunganya karena Carney menyatakan bahwa semenjak referendum Brexit di Juni 2016, kondisi pasar tenaga kerjanya sangat tidak kondusif, sehingga pihaknya sekarang memberikan upaya dengan suku bunga yang tetap rendah maka serapan lapangan kerja diharapkan juga akan meningkat.

Upaya lain yang dilakukan bank sentral Inggris adalah memperingatkan lembaga-lembaga keuangan di Inggris bahwa kenaikan kredit konsumen terhadap pinjaman dan kartu kredit dapat mengancam sistem keuangan Inggris jika tidak dilakukan kontrol yang super ketat, dimana beberapa waktu ini kondisi tingkat pinjaman yang tinggi akan cukup mudah menjadikan kegagalan sistem perbankannya karena situasi gagal bayar yang tinggi.

Sejauh ini pula, selain bank sentral Inggris yang ingin menaikkan suku bunganya 25 bps atau seperempat poin dari 0,25% menjadi 0,5%, the Fed juga menginginkan kondisi suku bunganya juga naik 25 bps dari kisaran 1,25% menjadi 1,5%. Seperti kita ketahui sejak krisis 2008 lalu, bank-bank sentral di seluruh dunia menurunkan suku bunganya demi meningkatkan rangsangan ekonomi serta menurunkan biaya-biaya pendanaan.

Sejauh ini pula, Carney dan beberapa pejabat di Inggris masih optimis bahwa proses Brexit akan berjalan dengan tertib dan pihaknya terus berusaha melakukan penyesuaian diri. Butuh penyesuaian yang lebih komprehensif bagi bank sentral Inggris dan bergantung kepada hasil kesepakatan perdagangan baru dari perundingan Brexit tersebut.

Sumber Berita: Reuters

Mata Uang Euro Terpengaruhi Situasi Politik di Austria dan Spanyol

 Mata uang euro berada pada posisi tergerus dalam perdagangan Senin setelah pemilu Austria dan kekhawatiran akan konfrontasi Catalonia dengan Madrid, meskipun dollar juga kurang memiliki momentum setelah data inflasi AS yang lambat (16/10).

Euro turun sebanyak 0,3 persen pada perdagangan Senin siang WIB ini di $1,1791, tergelincir dari 2,5 mingguan tertingginya di $1,1880 pada Kamis yang lalu. Bintang konservatif muda Austria Sebastian Kurz berada di jalur untuk menjadi pemimpin berikutnya setelah pemilihan umum pada hari Minggu. Dia kemungkinan akan mencari koalisi dengan partai kanan jauh yang bangkit kembali karena partainya yang masih jauh dari mayoritas. Investor juga mengawasi Spanyol, di mana pemimpin Catalan Carles Puigdemont memiliki waktu sampai pukul 10:00 pagi waktu setempat (0800 GMT) pada hari Senin untuk mengklarifikasi apakah dia meminta kemerdekaan wilayah tersebut.

Perdana Menteri Mariano Rajoy telah memberinya batas waktu Senin untuk mengklarifikasi posisinya – dan sampai Kamis untuk mengubah pikirannya jika dia bersikeras untuk berpisah – dan mengatakan bahwa Madrid akan membatalkan otonomi Catalonia jika memilih kemerdekaan, demikian dilansir dari Reuters (16/10). 

Namun demikian, penurunan mata uang bersama ini akan terbatas karena investor mengharapkan Bank Sentral Eropa akan mengungkapkan rencana di akhir bulan ini untuk memulai skema pembelian obligasi. Sementara itu, investor juga kurang excited dengan pergerakan dollar, setelah data indeks harga konsumen AS pada hari Jumat menunjukkan tingkat inflasi yang rendah. Indeks dolar sedikit naik ke 93,19, kekurangan momentum setelah mencatat penurunan mingguan pertamanya pekan lalu, didorong oleh ekspektasi kenaikan suku bunga Fed pada bulan Desember dan harapan pemotongan pajak oleh Presiden AS Donald Trump. Dilihat euro masih bisa tergerus menuju level support di 1,1718 jika tidak ada tekanan tambahan baru ke dollar AS.

Kamis, 12 Oktober 2017

Inggris Bisa Gabung NAFTA Jika Perundingan Perdagangan Brexit Gagal

 Inggris dapat bergabung dengan aliansi perdagangan resmi dengan AS, Kanada dan Meksiko jikalau Uni Eropa menolak melakukan kesepakatan perdagangan yang baru pasca Brexit, demikian ungkap media Daily Telegraph semalam.
 
Daily Telegraph melihat bahwa menteri-menteri Inggris sepertinya melihat North American Free Trade Agreement atau NAFTA sebagau bagian rencana jalan keluar Inggris ketika meninggalkan Uni Eropa di Maret 2019 jika tidak ada kesepakatan perdagangan yang baru.

Departemen Perdagangan Inggris sendiri sudah mencari jalan keluar yang paling buruk ketika hal tersebut terjadi, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa Inggris harus mempertahankan jumlah perdagangan secara pasti, keberlanjutan dan stabilitas hubungan perdagangan serta investasi Inggris.

Inggris sendiri sebetulnya sangat yakin akan menemukan jalan keluar bagi kesepakatan baru antara Inggris dengan Uni Eropa. Namun juru bicara Departemen Perdagangan Inggris juga tidak menolak upaya yang ditulis oleh Daily Telegraph tersebut karena Inggris sendiri sedang menyiapkan segala kemungkinan yang dapat terjadi.

Inggris saat ini sedang melakukan negoisasi persyaratan perceraiannya dari Uni Eropa, meski dilain pihak PM Theresa May mendorongnya untuk beralih ke diskusi tentang kesepakatan perdagangan bebas seperti dengan NAFTA sebagai alternatif jika eksplorasi kesepakatan Brexit dengan Eropa gagal terwujud.

Kalangan pro-Brexit selain ikut ambil bagian dalam NAFTA, mereka juga tengah memikirkan untuk membentuk kelompok perdagangan baru semacam NAFTA meskipun Presiden Trump sendiri sedang mengambil ancang-ancang untuk keluar dari NAFTA karena tidak sesuai dengan tujuan ekonomi AS.
Jikalau Inggris bergabung dengan NAFTA maka produsen yang ingin ekspor ke Eropa dan Amerika, harus memproduksi barang sesuai dengan 2 aturan terpisah dimana harus juga beralih ke model Amerika Utara seperti memperbaharui layanan, barang, kebijakan persaingan dan perlindungan data.

Selama ini, Uni Eropa adalah pasar ekspor tunggal terbesar bagi Inggris, dimana sekitar 50% di Agustus lalu disumbang dari wilayah tersebut. Sedangkan AS merupakan negara tujuan tunggal terbesar kedua bagi Inggris karena sekitar 14% total ekspor Inggris adalah ke AS di Agustus lalu.

Sumber Berita: Reuters

USD/CAD Coba Jaga Momentum ke Selatan, Pasar Tetap Tunggu Risalah FOMC



Hingga Rabu sore dolar Kanada masih menunjukkan kecenderungan menguat terhadap dolar AS. Sebelumnya pada hari Selasa, dolar Kanada menekan dolar AS karena harga minyak menguat tajam, sementara data perumahan domestik juga memberikan dukungan terhadap loonie.
 
Pada Rabu sore pasangan USD/CAD terlihat mendatar di $1,2510. Di akhir sesi Selasa, USD/CAD tercatat turun 0,31 persen saat berakhir negatif di $1,2513 setelah sempat turun ke $1,2480.

Pengurangan ekspor yang direncanakan oleh Arab Saudi dan tanda-tanda lain dari rebalancing pasar mendorong harga minyak lebih tinggi pada hari Selasa, dengan data MetaTrader yang digunakan tim FS88 Research Division mencatat harga minyak mentah AS melonjak 2,79 persen hingga berakhir positif di $50,93 per barel.

Korelasi yang biasanya ketat antara harga minyak, komoditas ekspor utama Kanada, dan loonie sempat tidak selaras dalam beberapa bulan terakhir karena keputusan kebijakan moneter bank sentral Kanada menjadi faktor utama yang mengarahkan alur investasi para investor.
Namun kini fokus pada pedagang adalah rilis FOMC meeting minutes pada Kamis dini hari nanti yang mungkin dapat mengubah peta kekuatan di perdagangan USD/CAD.

Perspektif Analisa Teknikal USD/CAD

Pergerakan USD/CAD masih tipis sejak pagi hingga sore ini, tipikal pasar yang sedang menunggu sebuah data atau agenda penting. Setelah menembus uptrend line pada sesi kemarin, kini di 1,2560 dan telah berubah menjadi resistance, USD/CAD berusaha untuk tetap mengarah ke selatan.
Namun di sisi lain sebuah support dinamis pada grafik harian yang kini berada di 1,2480 juga masih menjegal langkah turun pair ini.
Jadi kemungkinan besar penentuan arah selanjutnya baru akan terlihat di awal sesi Amerika Utara atau saat rilis FOMC meeting minutes.

Sumber analisa: ForexSignal88

Gerakan Bullish AUD/USD Belum Bisa Tembus Resistance Kuat di H1



Menjelang rilis risalah pertemuan kebijakan FOMC bulan September pada Kamis dini hari nanti, AUD/USD terus berupaya melangkah ke utara.
 
Tidak ada faktor khusus yang menggerakkan AUD/USD hari ini selain sebuah kelanjutan dari momentum pelemahan dolar AS kemarin di tengah membaiknya indeks bisnis lokal dan kembali merebaknya isu geopolitik serta kekhawatiran pasar terhadap perjalanan reformasi pajak yang diusulkan Presiden AS Donald Trump.

Perspektif Analisa Teknikal AUD/USD

Rebound AUD/USD sudah mencapai 0,7807, relatif dekat dengan target koreksi pertama terhadap pergerakan turun yang sebelumnya terjadi yang berawal dari 0,8123 yaitu level 23,6% Fibonacci retracement di 0,7823.

Selain itu pada grafik 1-jam hingga menjelang sore ini terlihat AUD/USD belum mampu untuk menembus simple moving average 200-jam yang berada di 0,7806.

Jelas kini pasar menunggu agenda FOMC. Jadi, saat risalah FOMC dirilis, sebaiknya tetap diperhatikan aksi harga terhadap kedua resistance tersebut dan support-support di 0,7767 dan 0,7731.

Sumber analisa: ForexSignal88

Dolar Selandia Baru Rebound Tipis Namun Faktor Politik Tetap Menahannya


Dolar Selandia Baru sedikit menanjak, diperdagangkan dalam kisaran yang sempit setelah partai New Zealand First (NZF) menunda keputusannya tentang siapa yang akan memimpin pemerintahan berikutnya, sementara prospek kenaikan suku bunga AS dan ekonomi AS yang membaik tetap berpotensi mengangkat greenback.

 
Negosiasi politik telah menciptakan tingkat ketidakpastian tinggi mengenai pembentukan pemerintah berikutnya, yang semakin meningkat setelah penghitungan akhir hasil pemilu yang menempatkan blok National Party dan Labour-Green dalam sebuah persaingan ketat untuk mendapatkan dukungan NZF.

Pemimpin NZF Winston Peters, yang kini menjadi seorang kingmaker, awalnya mengindikasikan sebuah keputusan akan diambil besok namun kemarin dia mengatakan bahwa pengumuman tentang itu mungkin akan segera terjadi nanti, tanpa memberikan penjelasan pasti kapan waktunya.

Perspektif Analisa Teknikal NZD/USD

NZD/USD rebound ke 0,7099 pagi tadi namun tak lama kembali ke selatan lagi hingga mendekati level terendah sesi kemarin di 0,7056 yang berperan sebagai yang menjadi area kunci sebelum support kuat jangka menengah di 0,6990.
Selama tidak terjadi penetrasi kuat terhadap zona 0,7800 dan pergerakan naik yang stabil di atasnya, NZD/USD akan tetap diselimuti kabut bearish.

Sumber analisa: ForexSignal88

Dolar AS Terombang-Ambing, Notulen FOMC Diprediksi Hawkish

Dolar AS terhuyung-huyung menghadapi mata uang-mata uang mayor di sesi perdagangan Rabu (11/Okt) pagi ini, beringsut menjauh dari level tinggi 10 pekan yang pekan lalu diraih setelah adanya kemajuan dari rencana reformasi pajak dari Presiden Donald Trump.

 Meski demikian, USD/JPY masih menjadi pasangan mata uang yang berhasil menghapus sebagian besar loss-nya. Saat berita ini ditulis, USD/JPY diperdagangkan pada angka 112.438 menjauhi low 112.007 yang tercapai tadi malam. Aksi jual USD/JPY kemarin dipicu oleh laporan bahwa rudal Korea Utara dapat mencapai jarak 3000 km, yang artinya dapat menjangkau wilayah AS. Para investor pun memburu Yen Jepang mata uang safe haven.

Sementara itu, EUR/USD tampil flat di kisaran 1.1808, setelah menyentuh 1.1828, tertinggi sejak tanggal 28 September. Penguatan Euro terhadap Dolar AS diperkuat oleh pernyataan Pemimpin Catalonia, Carles Puidgemont, bahwa dampak dari proklamasi kemerdekaan wilayahnya dari Spanyol dapat tertunda karena menunggu perundingan lebih lanjut.

GBP/USD juga flat dengan diperdagangkan di angka 1.3202. Sterling mengalami kenaikan sekitar 0.5 persen malam kemarin setelah laporan data industri Inggris yang memuluskan jalan bagi BoE untuk menaikkan tingkat suku bunga bulan depan.

The Fed Hampir Pasti Hawkish

Di sisi lain, Presiden The Fed untuk wilayah Dallas, Robert Kaplan, memberikan komentar bernada hawkish. Dikutip dari Reuters, Kaplan mengatakan bahwa terlalu lama menaikkan suku bunga dapat membuat The Fed tertinggal dari kenaikan kurva yield obligasi (behind the curve), yang bisa berujung pada resesi. Hal ini dapat menjadi tambahan bagi Dolar AS untuk menguat.

Menurut Kathy Lien, Direktur BK Asset Management, fokus utama hari ini adalah rilis notulen FOMC The Fed, disusul dengan pidato dari Presiden ECB, Mario Draghi. Lien mengatakan bahwa performa mata uang-mata uang mayor, khususnya Euro, akan didikte oleh minat pasar terhadap Dolar AS. Lien sendiri memperkirakan bahwa notulen FOMC dini hari nanti akan hawkish.

Dollar AS Tetap Berada di Bawah Tekanan

 
Dollar AS terpantau mengalami pelemahan secara luas terhadap mata uang utama pada hari Rabu, karena adanya keraguan mengenai rencana pajak AS.

Greenback mendapat tekanan karena perseteruan publik Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Senator Tennessee dan rekan senegaranya Bob Corker, memicu kekhawatiran mengenai kelanjutan reformasi pajak.

Pelaku pasar juga melihat ke depan hasil rapat kebijakan terbaru Federal Reserve, yang akan dirilis dini hari. Pada pertemuan September, Fed telah memberi sinyal kemungkinan kenaikan tingkat ketiga tahun ini.

EUR / USD naik 0,08% menjadi 1,1817, tertinggi sejak 26 September, karena ketegangan politik Spanyol untuk sementara mereda.

Presiden Catalan Carles Puigdemont pada hari Selasa menandatangani sebuah dokumen yang memproklamirkan kemerdekaan wilayah tersebut dari Spanyol, namun dia juga menghentikan langkah tersebut untuk beberapa minggu mendatang untuk memungkinkan perundingan dengan pemerintah Spanyol.

Di tempat lain, GBP / USD turun 0.09% menjadi 1,3191. Yen menguat, dengan USD / JPY turun 0.15% pada 112.26, sementara USD / CHF berada pada 0.9753.

Dolar Australia menguat, dengan AUD / USD naik 0.12% pada 0.7786, sementara NZD / USD bertahan stabil di 0.7067.

Perkiraan Data Ekonomi Tgl 12 Okt 2017


FOMC Meeting Minutes : Kamis, 01:00 WIB. Pada pertemuan bulan September, the Fed mengumumkan akan memulai pengurangan neraca seperti yang diperkirakan dan membuat proyeksi kenaikan suku bunga akan dinaikkan satu kali pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 akan dinaikan 3 kali. Keinginan untuk terus menaikkan suku bunga akan dilakukan ketika inflasi masih melambat. Penting untuk dicatat bahwa fokus akan tetap pada seberapa dalam inflasi bergerak rendah.

PPI AS : Kamis, 19:30 WIB. Perubahan harga produsen akhirnya akan terlihat pada inflasi konsumen. Data PPI naik sebesar 0.2% di bulan Agustus sementara PPI inti naik hanya 0.1%. PPI diperkirakan akan meningkat sebesar 0.4% sedangkan PPI inti diperkirakan akan naik sebesar 0.2%.

Pidato Mario Draghi : Kamis, 21:30 WIB. Presiden ECB akan berbicara di Washington dan mungkin akan menyoroti keputusan yang akan datang untuk mengurangi skema pembelian obligasi. Apakah dia masih mengungkapkan kekhawatiran tentang nilai tukar?

Pidato Lael Brainard: Kamis, 21:30 WIB. Brainard adalah anggota tetap di FOMC dan sering berpendapat sesuai dengan suara mayoritas. Dia bisa memberikan laporan pekerjaan terbaru yang berharga dan yang lebih penting, tentang potensi kenaikan suku bunga di bulan Desember.

Pidato Jerome Powell : Kamis, 21:30 WIB. Powell merupakan Gubernur Fed yang jarang membahas kebijakan moneter. Namun, kata-katanya lebih penting karena dia adalah salah satu kandidat untuk memimpin The Fed.