Rabu, 08 November 2017

Analisa Mata Uang Dunia

EUR/USD
Pada akhir sesi Selasa EUR/USD ditutup di 1,1586 atau 0,23% lebih rendah daripada penutupan sesi Senin. Pasangan mata uang tersebut sempat anjlok ke 1,1554, level terendah sejak 20 Juli.
Setelah rebound dari level terendah tersebut, hingga Rabu pagi EUR/USD masih tertahan oleh salah satu resistance kuat pada grafik 4-jam di 1,1595 dan saat analisa ini disusun EUR/USD sedang berjuang untuk dapat menghasilkan penutupan yang cukup jauh di atasnya. Resistance selanjutnya di 1,1625.
Jika penutupan bullish gagal diraih, EUR/USD berisiko untuk kembali tertekan. Level terendah sesi kemarin menjadi support pertama dan berikutnya di 1,1515.


USD/JPY
USD/JPY tetap di fase konsolidasi jangka pendek, bergerak bolak-balik di antara support dan resistance kuat selama beberapa hari terakhir. Kemarin USD/JPY ditutup positif di 113,99 atau naik 0,26% dibandingkan penutupan sesi sebelumnya.
Selanjutnya sejak pembukaan sesi hari ini USD/JPY kembali bergerak ke selatan dengan level terendah intraday sementara di 113,64, tepat di uptrend line pada grafik harian yang berdekatan dengan support kuat lainnya di 113,68.
Jadi kini ada peluang rebound bagi USD/JPY dengan level tertinggi intraday sementara pagi ini di 114,00 yang berperan menjadi resistance pertama. Resistance berikutnya adalah 114,40.


GBP/USD
Pergerakan positif GBP/USD di sesi Jumat dan Senin terbentur oleh level 50% Fibonacci retracement di 1,3178. Pada akhir sesi Selasa GBP/USD ditutup negatif di 1,3167 namun tercatat hanya turun 0,06% dibandingkan penutupan sesi Senin. Jadi peluang bullish masih ada di hari ini.
Support-support kuat untuk hari ini terlihat di 1,3160 dan 1,3125. Untuk sementara waktu GBP/USD berpotensi untuk bergerak di kisaran 1,3125 hingga 1,3178. Apabila kekuatan bullish bertambah dan dapat menembus resistance pertama itu maka GBP/USD dapat bergerak naik lebih jauh dengan target-target berikutnya di 1,3213 dan 1,3254.


AUD/USD
Setelah terbentur resistance kuat pada grafik harian, kini di 0,7692, pada hari Selasa AUD/USD terdesak turun ke 0,7625 hingga berakhir negatif di 0,7642 atau turun 0,61% dibandingkan penutupan sesi Senin.
Meskipun pada Rabu pagi rebound, AUD/USD tetap dibayangi tekanan bearish yang memiliki wilayah pertahanan pertama di 0,7670. Hingga dapat terjadi penetrasi kuat terhadap area tersebut, setidaknya pada grafik 1-jam, AUD/USD masih berisiko turun lagi.
Zona support 0,7623/25 akan menjadi incaran para penjual. Jika ditembus, AUD/USD dapat tergelincir ke support berikutnya di 0,7569.


XAU/USD
Pada akhir Selasa harga emas (XAU/USD) berakhir di 1274,95 atau turun 0,53% lebih rendah dari penutupan sesi Senin. Namun demikian pada grafik 4-jam atau harian terlihat jelas harga emas masih di fase konsolidasi jangka pendek. Artinya, pola pergerakan bolak-balik masih sangat mungkin untuk terjadi.
Meskipun demikian harus tetap diwaspadai kekuatan simple moving average 200-periode pada grafik 4-jam yang pagi ini bertengger di 1281,80. Selama pada kerangka waktu tersebut tidak terjadi penetrasi kuat terhadap resistance tersebut maka harga emas masih dapat tertekan lagi setelah terjadi rebound.
Zona support intraday terdekat pagi ini terlihat di 1273,75. Support berikutnya adalah trend line menanjak pada grafik harian yang berada di 1265,35.

Sumber berita : Forex Signal 88

Dollar Kanada Tertekan Setelah Komentar Poloz



Dolar Kanada melemah terhadap mata uang AS pada hari Selasa karena Gubernur Bank of Canada (BoC) Stephen Poloz mempertahankan nada netral mengenai pergerakan suku bunga dalam pidato dan konferensi pers yang diadakan pagi ini di Indonesia.
Data MetaTrader yang digunakan oleh tim Divisi Penelitian FS88 menunjukkan pada hari Selasa pasangan USD / CAD naik (melemahkan dolar Kanada terhadap dolar AS) menjadi $ 1,2817 dan ditutup positif di $ 1,2773 atau naik 0,57 persen dibandingkan dengan penutupan sesi sebelumnya di $ 1 , 2701.
Berbicara di Montreal, Poloz mempertahankan penggunaan target inflasi dan mengulangi pesan bank sentral bahwa mereka akan terus memantau pertumbuhan dan inflasi upah dan kemampuan ekonomi Kanada untuk melihat bagaimana ekonomi disesuaikan dengan kenaikan suku bunga pada bulan Juli dan September.
Mazen Issa, ahli strategi FX senior di TD Securities di New York, berpendapat bahwa komentar Poloz benar-benar menunjukkan bahwa hambatan dalam kebijakan moneter dalam waktu dekat adalah hambatan besar.
"Pada saat yang sama, saya masih sedikit optimis bahwa data berkembang dengan agak konstruktif," kata Issa.
Dewan Komisaris diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil di bulan Desember menyusul kenaikan kedua di bulan September. Namun data pada hari Jumat menunjukkan kekuatan tak terduga di pasar kerja negara tersebut telah mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga tahun depan.
Sementara dolar AS rebound terhadap sekeranjang mata uang utama karena sorotan investor berada pada perbedaan kebijakan moneter antara AS dan zona euro.
Faktor lain yang juga membebani dolar Kanada adalah profit taking pada perdagangan minyak. Harga minyak turun sedikit setelah rally sekitar tiga persen pada hari Senin pada saat itu didorong oleh mahkota mahkota Saudi yang memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan di kerajaan tersebut serta meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Iran.
Harga minyak mentah WTI berakhir pada $ 56,93 per barel, turun 0,54 persen dari penutupan hari Senin. Pada hari Rabu pagi harga komoditi tersebut bergerak di $ 57,08.


Sumber berita : Reuters

Harga Emas Tertekan Setelah Greenback Kembali Meraih Momentum Bullish



Pada hari Selasa harga emas kembali berada di bawah tekanan karena permintaan terhadap aset-aset safe haven berkurang seiring memudarnya kekhawatiran pasar karena ketidakpastian politik di Timur Tengah yaitu aksi penangkapan sejumlah bangsawan dan tokoh tingkat atas Arab Saudi atas tuduhan korupsi.
Pasar juga sempat khawatir dengan ekskalasi ketegangan antara kerajaan tersebut dengan musuh bebuyutannya yaitu Iran dan Lebanon yang didukung militan Hizbullah yang berafiliasi dengan Iran, yang menurut Arab Saudi telah mendeklarasikan perang terhadapnya.
Selain itu, harga emas juga tertekan karena pada sesi perdagangan kemarin setelah dolar AS berhasil meraih momentum bullish tambahan setelah sebuah data ketenagakerjaan yang optimis dirilis.
Data MetaTrader yang digunakan tim FS88 Research Division menunjukkan pada sesi Selasa harga emas turun ke $1271,65 dan ditutup negatif di $1274,95 atau turun 0,53 persen dibandingkan dengan penutupan sesi Senin di $1281,75.
Harga emas juga melepas sebagian besar keuntungan yang diraih pada sesi Senin karena dolar AS menguat seiring munculnya tanda-tanda kemajuan pada reformasi perpajakan dan data pasar tenaga kerja yang bullish.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS terakhir yaitu Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTs), sebuah ukuran permintaan tenaga kerja, menunjukkan lowongan pekerjaan pada bulan September meningkat menjadi sekitar 6,1 juta, mengalahkan ekspektasi sebesar 6,091 juta.
Namun dolar AS mengurangi sebagian kenaikannya pasca data tersebut karena para pedagang bersiap untuk mendengar pidato Presiden AS Donald Trump tentang Korea Utara yang dijadwalkan pada hari Rabu waktu setempat. Trump akan menggunakan pidato tersebut untuk menutup kunjungannya ke Korea Selatan sebelum terbang ke Beijing pada hari Rabu sebagai bagian dari tur Asia selama 12 hari.
Dolar AS juga masih cenderung menguat setelah data CFTC pada akhir pekan lalu menunjukkan para spekulan pasar uang mengurangi posisi jual atau net short positions dolar AS.
Harga emas sensitif terhadap pergerakan dolar AS dengan greenback yang lebih tinggi berpotensi membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi para pembeli yang menggunakan mata uang asing, sehingga mengurangi permintaan terhadap logam kuning tersebut.

Sumber berita: Reuters

Harga Minyak Tak Kuasa Hadapi Aksi Ambil Untung



Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak akhirnya takluk juga untuk ditutup dengan mengalami pelemahan setelah sebelumnya harga minyak Brent dan WTI berada di area yang tidak pernah terjadi sejak Juni 2015 atau 2 tahun lebih dengan friksi-friksi kecil yang terjadi antara Arab Saudi dengan Iran yang membuat investor minyak kuatir dengan sisi geopolitik tersebut.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Desember di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,38 atau 0,66% di level $56,98 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Januari di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,71 atau 1,10% di harga $63,56 per barel.
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman atau MBS, yang sangat mendukung pembatasan pasokan minyak dunia agar harga minyak tetap naik, telah melakukan bersih-bersih kabinet Arab Saudi, namun tampaknya Iran tidak berkenan dengan pergerakan MBS ini sehingga sedikit mengirim peringatan kecilnya kepada MBS, dan pasar memberi respon aksi ambil untungnya kuatir dengan program pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph yang bisa terganggu.
Agenda di pertemuan evaluasi komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph di 30 November, dapat dipastikan akan membahas perpanjangan waktu komitmen tersebut hingga akhir 2018, demikian ungkap Sekjen OPEC Mohammad Barkindo. Selain itu, Barkindo menyatakan bahwa akan mengundang negara-negara lain yang sebelumnya tidak ikut komitmen tersebut untuk diundang ke Wina juga.
Namun usaha Arab Saudi untuk membujuk Brasil sebagai produsen minyak terbesar di Amerika Latin telah gagal guna ikut serta dalam komitmen tersebut sehingga pasar menanggapinya dengan sisi jual minyak.
Meski Baker Hughes pekan lalu mengumumkan bahwa jumlah kilang minyak AS mengalami pengurangan jumlah yang aktif sebanyak 8 buah rig sehingga menjadi 729, jumlah terkecil sejak Mei lalu, namun menurut EIA bahwa produksi minyak AS masih akan mengalami kenaikan dalam waktu ke depan ini.
EIA memperkirakan produksi minyaknya akan naik 720 ribu bph menjadi 9,95 juta bph di 2018, atau meningkat dari produksi 668 ribu bph menjadi 9,92 juta bph di minggu lalu, serta memperkirakan harga WTI rata-rata naik 0,9% menjadi $51,04 per barel. Sedangkan API tadi pagi menyatakan bahwa persediaan minyak AS turun 1,562 juta barel di pekan lalu, sedang persediaan bensin naik 520 ribu barel, persediaan solar dan minyak bakar mengalami penurunan 3,133 juta barel.
Menurut laporan World Oil Outlook hingga tahun 2040, permintaan minyak akan mengalami kenaikan rata-rata tahunan 1,2 juta bph dari 95,4 juta bph menjadi 102,3 juta bph.

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters, CNBC

Harga Emas Naik Tipis Setelah Powell Resmi Ditunjuk Sebagai Pengganti Yellen



Harga emas berakhir positif untuk hari kedua setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan Jerome Powell adalah pilihannya untuk memimpin Federal Reserve setelah masa jabatan Janet Yellen berakhir pada Februari 2018.
Data MetaTrader yang digunakan tim FS88 Research Division menunjukkan pada sesi Kamis harga emas naik ke $1283,90 dan ditutup negatif di $1275,80 atau naik tipis 0,1 persen dibandingkan dengan penutupan sesi sebelumnya.
Emas telah bergerak naik sekitar 11 persen tahun ini, meningkat pada tahun 2016 setelah para pembuat kebijakan The Fed dua kali menaikkan suku bunga acuannya. Mereka juga mengambil langkah pertama dalam mengurangi neraca $4,5 triliun yang dikumpulkan saat The Fed melakukan sebuah program yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghidupkan kembali ekonomi terbesar di dunia tersebut pasca krisis keuangan.
Ketua Fed berikutnya akan menjadi kelanjutan dari Yellen, demikian menurut Bob Haberkorn, seorang ahli strategi pasar senior di RJO Futures di Chicago.
Menurutnya, dengan terpilihnya Powell mungkin akan menjadi kelanjutan dari rencana tingkat suku bunga yang sama yang telah pasar lihat selama dua tahun terakhir. Keuntungan emas akan terbatas antara sekarang dan pertemuan Fed berikutnya. Akan ada keengganan pasar untuk menambah posisi kecuali ada beberapa peristiwa geopolitik.
Namun bagaimanapun juga, pengangkatan Powell ke posisi terpenting di dunia keuangan itu akan bergantung pada konfirmasi Senat AS. Powell telah menjadi Gubernur Fed sejak 2012, dan pada saat itu tidak pernah menolak keputusan kebijakan moneter. Penduduk asli Washington tersebut akan mengambil alih posisi tersebut pada masa sulit, dengan inflasi jauh di bawah target 2 persen bank tersebut, sementara harga aset berada pada tingkat yang dianggap tinggi oleh para pembuat kebijakan.
Sebelumnya, bank sentral AS meningkatkan penilaian ekonomi dan memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga pada bulan Desember di akhir pertemuan penetapan kebijakannya pada hari Rabu lalu.
Para investor juga mempertimbangkan ketidakpastian mengenai prospek pemotongan pajak Trump. Pemimpin Republikan di DPR AS mulai mengeluarkan RUU pajak pada hari Kamis yang berisi perubahan besar untuk pajak bisnis dan perorangan.

Sumber berita:  Investing

Selasa, 07 November 2017

MBS Mendukung Perpanjangan Waktu Pemotongan Produksi Minyak Dunia



 Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak ditutup menguat dengan minyak Brent dan WTI di daerah yang tidak terjadi sejak Juli 2015 atau lebih dari dua tahun yang lalu dengan bantuan beberapa komitmen anggota OPEC untuk memperpanjang waktu pembatasan produksi minyak sebesar 1,8 juta bph sebuah penurunan penyuling minyak AS pekan lalu setelah pembersihan korupsi di Arab Saudi.
Akibatnya, harga minyak West Texas Intermediate pada bulan November di divisi New York Mercantile Exchange dari divisi Comex untuk sementara naik $ 1,61, atau 2,89%, pada $ 57,25 per barel. Sementara itu, minyak Brent dikontrak pada Desember di pasar ICE Futures London sementara naik $ 2,08 atau 3,35% pada $ 64,15 per barel.
Pangeran Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman atau MBS, telah semakin memperkuat dirinya sebagai penguasa potensial Arab Saudi kemudian setelah menangkap beberapa menteri kabinetnya yang mengalami korupsi dan pendanaan terorisme, sehingga pasar minyak menyambut positif, karena MBS sangat mendukung pembatasan pasokan minyak dunia harga minyak terus meningkat.
Kapitalisasi Arab Saudi memang memiliki tujuan untuk mengamankan rencana produsen minyak terbesar dunia asal Arab, Saudi Aramco yang akan melakukan IPO-nya pada 2018 nanti. Presiden Trump pada kunjungan hari Sabtu juga menginginkan saham Aramco Saudi diperdagangkan di Wall Street.
Selain MBS, yang mendukung perpanjangan waktu pemotongan produksi minyak dunia sebesar 1,8 juta bpd, Nigeria juga sepakat, meski Nigeria belum ikut mengurangi produksi minyaknya.
Menteri minyak Arab, Khalid al-Falih juga menegaskan bahwa hampir semua negara yang berpartisipasi dalam komitmen pemangkasan 1,8 juta bph telah sepakat untuk memperpanjang pemotongan tersebut. Sementara tingkat kepatuhan pengurangan produksi minyak OPEC dan 11 negara lainnya, meningkat dari 86% menjadi 92%, dan peningkatan kepatuhan agak dipengaruhi oleh konflik di Kurdi. Produksi OPEC turun 80 ribu barel per hari menjadi 32,78 juta barel per hari sementara produksi minyak Rusia masih 300 ribu bpd di bawah target 11.277 bpd.
Dan dipastikan bahwa agenda pada pertemuan evaluasi komitmen untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,8 juta bpd pada 30 November, tentunya akan menyinggung perpanjangan komitmen tersebut pada akhir 2018.
Produksi minyak AS juga diperkirakan akan turun setelah Baker Hughes pekan lalu mengumumkan bahwa jumlah kilang AS telah mengurangi jumlah 8 rig aktif menjadi 729, jumlah terkecil sejak Mei. Sebagian besar kilang tersebut dinonaktifkan karena mereka dirawat di musim dingin.

Sterling Memperkuat Tapi Tetap Ketidakpastian Negosiasi Brexit

Pada hari Senin, pound sterling mengurangi beberapa kerugian sebelumnya setelah tergelincir terhadap dolar AS selama tiga minggu berturut-turut, namun keuntungan mata uang yang kuat dapat terhambat oleh ketidakpastian lanjutan seputar perundingan Brexit dan ketidakstabilan di Partai Konservatif yang berkuasa di Inggris.
Investor memantau negosiasi seputar hubungan Inggris di masa depan dengan Uni Eropa karena dampaknya tidak hanya pada kepercayaan bisnis dan pertumbuhan ekonomi namun juga kenaikan suku bunga lebih lanjut setelah keputusan Bank of England menaikkan suku bunga minggu lalu.
Gubernur BoE Mark Carney mengatakan pada hari Kamis bahwa bank tersebut merencanakan kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam tiga tahun ke depan, namun hasil perundingan Brexit tetap menjadi faktor dalam membentuk kebijakan tingkat suku bunga di masa depan.
"Semua asumsi BoE saat ini didasarkan pada transisi Brexit yang mulus," kata Craig Erlam, seorang analis pasar pada perusahaan perdagangan valuta asing OANDA.
"Jadi, jika kita mengalami masalah, akan negatif bagi pound, karena akan berpotensi dua kenaikan suku bunga mungkin tidak terwujud," tambah Erlam.
Sterling berakhir 0,76 persen terhadap dolar AS pada hari Senin di $ 1,3174, setelah jatuh selama tiga minggu berturut-turut. Sterling juga membebani euro sehingga pasangan EUR / GBP berakhir turun 0,73 persen pada £ 0,8813.
Kelompok lobi bisnis paling kuat di Inggris mendesak Perdana Menteri Inggris Theresa May pada hari Senin untuk memberikan kejelasan tentang bagaimana Brexit akan bekerja, namun PM May menanggapi dengan sedikit rincian selain mengulang rencana untuk mencari kesepakatan transisi sesegera mungkin.
Kelompok tersebut, Konfederasi Industri Inggris (CBI), mengatakan pada hari Minggu bahwa hampir dua dari tiga perusahaan Inggris akan memiliki rencana darurat pada bulan Maret untuk mempersiapkan kemungkinan bahwa Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (kesepakatan Brexit).
Inggris akan memasuki babak berikutnya perundingan Brexit pada akhir minggu ini, di mana topik penting dari hubungan dagang masa depannya dengan UE akan dibahas untuk pertama kalinya.
Namun, proses tersebut memasuki masa ketidakstabilan, karena Westminster juga terganggu oleh skandal pelecehan seksual yang menyebabkan pengunduran diri seorang tokoh terkenal, mengancam posisi mayoritas kekuatan politik PM May.

Aksi MBS Sustains Harga Emas




Harga emas naik cukup tinggi pada hari Senin, melampaui kisaran gerakan sideways selama sembilan sesi perdagangan sebelumnya.
Data MetaTrader yang digunakan oleh tim Divisi Riset FS88 menunjukkan awal pekan ini harga emas naik setinggi $ 1282,70 dan berakhir $ 1281,75, naik 0,94% dibandingkan penutupan hari Jumat.
Harga emas diperdagangkan lebih tinggi pada hari Senin karena ketidakpastian politik di Timur Tengah memicu permintaan untuk aset safe haven. Harga emas membuat awal yang kuat minggu ini karena investor segera menumpuk investasi di logam mulia di tengah ketidakpastian politik yang berkembang di Timur Tengah setelah Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) memimpin operasi anti-korupsi yang menghasilkan serangkaian penangkapan tokoh-tokoh terkemuka. memimpin di Arab Saudi termasuk beberapa pangeran seperti Al-Waleed bin Talal yang menjadi orang terkaya di kerajaan tersebut.
"Kami memiliki ketidakpastian politik, risiko ketidakstabilan politik di negara penghasil minyak utama ini (Arab Saudi) serta implikasi yang tak terduga untuk keseluruhan wilayah," kata analis Commerzbank Carsten Fritsch.
Faktor lain yang juga menambah beban bagi dolar AS adalah ketidakpastian mengenai kepemimpinan Federal Reserve setelah Federal Reserve Bank of New York memastikan bahwa William (Bill) Dudley bersiap untuk pensiun lebih awal dari yang direncanakan pada pertengahan 2018 sementara masa jabatannya berakhir pada bulan Januari 2019
Harga emas yang sensitif terhadap pergerakan dolar AS dengan nilai greenback yang lebih rendah bisa membuat emas lebih murah bagi pemegang valuta asing, sehingga meningkatkan permintaan.
Meski data pekan lalu menunjukkan pelaku pasar menaikkan posisi bullish mereka di logam mulia, para pedagang memprediksi harga emas akan tetap terikat dengan bias terhadap sisi negatifnya.
Posisi bersih pada emas naik menjadi 193.100 dari 191.400 di minggu sebelumnya, menurut sebuah laporan dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) pada hari Jumat.
"Investor keuangan spekulatif masih menarik diri dari emas," kata analis Commerzbank.

RBA Tak Ubah Suku Bunga, Dolar Australia Stabil


Dolar Australia stabil di level tinggi yang terbentuk sejak kemarin, dengan diwarnai kenaikan tipis terhadap Dolar AS di sesi perdagagan Selasa (07/Nov) siang ini pasca kebijakan moneter RBA. Bank Sentral Australia tersebut, sesuai ekspektasi, mempertahankan suku bunganya. Mereka juga mengungkapkan bahwa fokus saat ini akan tertuju pada gaji pegawai dan harga rumah.

 Suku bunga Official Cash Rate (OCR) RBA masih ditahan di level 1.50 persen pada bulan November 2017 ini dan menjadi rekor rendah dalam 14 bulan berturut-turut. RBA pun masih berkutat dengan prediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Australia akan naik sekitar 3 persen dalam beberapa tahun ke depan. Sementara itu, Tingkat Pengangguran saat ini berada pada level 5.5 persen.

"Saat ini, inflasi masih akan rendah untuk beberapa waktu, merefleksikan lambannya pertumbuhan upah pekerja serta menaikkan tekanan kompetitif, khususnya dalam penjualan ritel," kata Gubernur RBA, Philip Lowe, dalam pernyataan kebijakan moneter hari ini. "Pendapatan masyarakat tumbuh secara lamban dan level-level utang masih tinggi."

Ini berarti, RBA tentu tidak memberikan kesan ingin segera menaikkan suku bunga. Seperti yang sering ditekankan bank sentral tersebut, bahwa kebijakan-kebijakan moneter di bank-bank sentral negara maju lainnya, tidak akan memengaruhi kebijakan RBA.

Begitu Konsolidasi Berakhir, Aussie Lanjutkan Downtrend

Oleh sebab itu, para analis memperkirakan Dolar Australia masih akan berada dalam mode downtrend, utamanya dalam rentang harian hari ini. Menurut catatan DailyFX, AUD/USD sudah downtrend sejak tanggal 20 September, dan dalam cakupan yang lebih luas, downtrend tersebut terjadi setelah level tinggi yang terbentuk pada tanggal 8 September.

Analis teknikal DailyFX memperkirakan bahwa AUD/USD akan berada pada rentang konsolidasi di antara 0.7729-0.7624 dalam poin-poin high dan low intraday. Jika periode konsolidasi tersebut selesai, maka downtrend kemungkinan akan berlanjut.

By: N Sabila  (Seputar Forex)