Kamis, 21 Mei 2020

Klaim Pengangguran AS Menipis, Dolar AS Masih Sideways

Pasangan mata uang USD/JPY bergerak sideways pada kisaran 107.70 dalam perdagangan hari ini (21/5) menyusul rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat. Namun, indeks Dolar AS (DXY) masih melanjutkan penurunan dan terpuruk pada kisaran 99.15. Data klaim pengangguan mingguan AS menunjukkan kenaikan melampaui ekspektasi, meskipun trennya sudah menurun dibanding beberapa periode sebelumnya. Dolar AS Masih Sideways Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran (initial jobless claims) dalam periode sepekan yang berakhir pada tanggal 16 Mei 2020 bertambah 2.44 juta. Angka tersebut merupakan pertambahan klaim yang terendah sejak pertengahan bulan Maret, tetapi lebih tinggi dibanding estimasi pasar yang hanya dipatok pada 2.40 juta. Hal ini menandakan bahwa lockdown dalam rangka membendung pandemi virus Corona masih terus berimbas negatif terhadap pasar tenaga kerja AS. Dalam periode sembilan pekan sejak lockdown mulai diberlakukan di sejumlah negara bagian, sebanyak 38.6 juta pekerja telah mengajukan klaim pengangguran. Total klaim pengangguran berkelanjutan (Continuing Claims) memberikan gambaran yang lebih konkrit dengan besaran 25.07 juta per tanggal 9 Mei 2020. Pasar New York nyaris tak bergerak sama sekali dalam merespons rilis data-data ini. Saham-saham Wall Street hanya turun tipis, sedangkan Dolar AS menampilkan performa beragam. Kebanyakan investor boleh jadi sudah kebal menyaksikan rentetan data ketenagakerjaan AS yang buruk selama dua bulan terakhir. “Negara-negara bagian boleh jadi mulai dibuka kembali, tetapi pasar tenaga kerja masih tertutup untuk jutaan orang di seluruh Amerika dan hilanganya pendapatan dan belanja dari orang-orang yang tak punya pekerjaan itu akan cukup mempersulit bagi pemulihan ekonomi ini,” kata Chris Rupkey, seorang ekonom keuangan dari MUFG Union Bank. Tingkat pengangguran AS kini berada pada tingkat tertinggi dalam sejarah. Di samping data ini, pelaku pasar juga memperhatikan data klaim dalam program Bantuan Pengangguran Pandemi sebanyak 2.23 juta dan program Pengangguran Darurat Pandemi yang sebanyak 167,727. Kedua program ini menyediakan pendanaan bagi negara-negara bagian untuk memberikan tunjangan pengangguran khusus selama 39 minggu bagi para pekerja yang tidak dapat mengakses tunjangan pengangguran biasa maupun telah menghabiskan jatah tunjangan reguler mereka. analisaforexotcom

Sterling Tetap Lesu Meski Data PMI Inggris Ungguli Ekspektasi

Pasangan mata uang GBP/USD tertatih-tatih di kisaran 1.2210-an dalam perdagangan sesi Eropa hari ini (21/5). Sterling menampilkan bias bearish yang cukup kuat, meskipun laporan Purchasing Managers’ Index (PMI) untuk sektor manufaktur dan jasa menunjukkan kinerja lebih baik dari ekspektasi. Sterling Tetap Lesu Meski Data PMI Inggris Ungguli Ekspektasi IHS Markit melaporkan hasil survei PMI untuk sektor manufaktur mengalami kenaikan dari 32.6 menjadi 40.6 pada periode Mei 2020, lebih baik ketimbang estimasi yang dipatok pada 35.1. Sektor jasa yang mencakup lebih dari 80 persen perekonomian Inggris, juga berhasil menanjak dari 13.4 menjadi 27.8 versus estimasi 24.1. Terlepas dari perbaikan dan keunggulan kinerja kedua indeks tersebut, patut untuk diperhatikan bahwa skor masing-masing masih berada di bawah ambang 50.0. Ambang 50.0 merupakan batas pemisah antara kondisi kontraksi dan ekspansi. Posisi indeks jauh di bawha 50.0 mengisyaratkan pemulihan ekonomi belum akan terjadi dalam waktu dekat. “PMI Inggris mencatat perbaikan mencolok pada Mei, rebound dari kejatuhan ke rekor terendah yang terjadi pada bulan April,” kata Nikesh Sawja, seorang ekonom dari Lloyds Bank, “Namun, perlu diperhatikan, berbagai kemajuan ini tiba setelah sebulan penurunan pada bulan April karena Inggris mengalami mode lockdown penuh. Itu artinya, perbaikan (wajar) dalam neraca utama selalu mungkin terjadi.” “Perekonomian Inggris masih tetap terkunci dalam perlambatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan aktivitas bisnis dan ketenagakerjaan terus terpuruk dengan laju yang mengejutkan pada Mei. Meskipun laju penurunan telah melamban sejak kolaps terparah pada bulan April, Mei menunjukkan kejatuhan bulanan terbesar kedua dalam output dan pekerjaan yang tercatat dalam 22 tahun sejarah survei ini. Laju penurunan terus melampaui apa pun yang pernah terjadi sebelumnya,” ungkap Chris Williamson dari IHS Markit. Menurut Markit, volume aktivitas bisnis yang lebih rendah secara khusus berhubungan dengan lockdown bisnis, pembatalan besanan konsumen, dan permintaan yang ambruk secara umum di tengah pandemi COVID-19. Ada ekspektasi untuk perbaikan outlook sehubungan dengan rencana pelonggaran lockdown mulai bulan Juni. Akan tetapi, responden survei masih mengkhawatirkan masalah rendahnya permintaan konsumen. Sejumlah perusahaan di sektor jasa tetap sangat pesimistis terhadap prospek jangka pendek mereka. analisaforexdotcom

Adam Back Berpendapat Pergerakan BTC Terbaru Bukan Dari Satoshi

Adam Back adalah seorang Cryptographer dan juga menjadi penemu dari Hashcash. Dirinya saat ini berpendapat bahwa transaksi yang menggerakkan Bitcoin baru-baru ini dari dompet berumur 11 tahun bukan merupakan dompet dari Satoshi. Pada postingan akun Twitternya, Back mengatakan orang-orang perlu santai. Jika memang Satoshi melakukan penjualan BTC, pasti dia akan menjual BTC yang baru saja keluar dari penambangan dan jadi anonim terlebih dahulu. Dipindahkan Dari Dompet Lama Saat pagi di hari Rabu kemarin 21 Mei, pasar Crypto sangat kaget setelah ada hembusan angin transaksi. Berdasarkan data, transaksi itu dikirimkan oleh sebuah dompet dengan umur yang paling tua dari semua dompet Bitcoin. Dompet itu dibuat pada 2009 lalu beberapa pekan setelah Bitcoin dirilis dan menerima hadiah dari proses penambangan 50 BTC. Bitcoin itu diduga telah tersimpan ke dalam dompet selama kurun waktu 11 tahun sejak 2009 sampai 2020 ini. Memang selama bertahun-tahun banyak pihak yang berusaha untuk membuka identitas asli dari pembuat sistem Bitcoin dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Mereka juga terus berjuang untuk bisa menemukan dompet yang ditempatkan secara berbeda dan diduga menyimpan banyak sekali Bitcoin sampai 1 Juta BTC. Bahkan rumor paling baru menyebutkan Adam Back adalah Satoshi Nakamoto yang sebenarnya. Tapi Tone Vays dan Jimmy Song memberikan penolakan atas rumor itu pada akun Youtube mereka. Dari Penambang Tua Baca Juga: Poin Komunitas Reddit Pada Blockchain Baru Bisa Dikendalikan Seperti Bitcoin Pada sebuah postingan blog untuk investigasi 2019 lalu berusaha mencari para penambang awal Bitcoin. Dari hasil investigasi itu menemukan satu penambang tua dengan nama Pathosi dan telah menambang sekitar 1,1 Juta BC. Penulis dari blog itu menduga penambang itu bisa jadi adalah Satoshi Nakamoto yang selama ini dicari banyak orang. Tapi blog kembali lagi, Back mengatakan penelitian terhadap Pathosi itu masih banyak yang tidak pasti. Tidak ada bukti yang cukup untuk membuktikan dugaan tersebut. Memang sampai saat ini dunia internet terus menebar cerita terbaru mengenai siapa sebenarnya Satoshi Nakamoto. Bahkan Co-founder blockchain heran mengapa bukan dirinya saja yang menciptakan Bitcoin. analisaforexdotcom

Alasan Founder Cardano Memilih Wyoming

Pendiri atau founder dari Cardano, Charles Hoskisson memberikan komentar terkait alasannya mengapa University of Wyoming memberikan pilihan yang jauh lebih menarik dibandingkan lab Harvard, MIT atau juga Cornell untuk Input Output IOHK. Sementara itu IOHK merupakan perusahaan yang memiliki tanggung jawab atas proses pengembabngan Cardano, menyumbangkan dana sampai $500.000 dalam bentuk ADA menuju ke lab blockchain di universitas Wyoming pada awal tahun 2002 ini. Memang negara bagian Wyoming adalah salah satu negara bagian dengan UU Crypto yang sangat progresif. Sehingga akan memungkikan pendirian bank asli Crypto pertama di AS. Pendirian bank Crypto itu dilakukan oleh mantan eksekutif Wall Street yaitu Caitlin Long. Kemudian Hoskisson mengatakan bahwa universitas tersebut merupakan lembaga negara pertama di seluruh kawasan AS yang telah memperlakukan ADA layaknya memperlakukan Dolar AS. Studi Gender dan Ego Hoskisson berpendapat bahwa bekerjasama dengan universitas yang sedang naik daun akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang sangat lebih baik. Seluruh sumbangan akan dihabiskan untuk inisiatif terkait dengan blockchain dibandingkan dengan proyek-proyek yang tidak dikenal. “Sangat mudah bagi banyak orang untuk pergi ke Cornell, Harvard ataupun MIT dan mereka semua memiliki ego yang sangat besar. Dan disaat Anda melakukan bisnis dengan mereka maka mereka akan menghargainya sesuai dengan ego dan talenta. Sehingga seringkali untuk setiap yang yang Anda masukkan, Anda akan mendapatkan kembali 60% dalam bentuk lain-lain seperti jurnal atau studi gender atau lainnya” Negara bagian dan universitas sendiri telah menyumbangkan dana untuk proyek ini jauh meningkat sampai menuju ke $1,3 Juta. Hoskinson mengatakan dirinya menempatkan $500K dalam ADA dan kemudian mereka mencocokan $500K dalam Dolar AS. Cardano juga menambah lebih banyak uang, jadi untuk investasi atau donasi $500 K bisa mendapatkan hibah sampai $1,3 Juta. Pada laboratorium universitas ada beberapa kegiatan utama yaitu pengembangan software, pilot dan juga penelitian mengenai microchip alsi Crypto yang baru. Kursus blockchain akan ditawarkan pada sekolah yang fokus ke Cardano. Sehingga ketika siswa lulus maka mereka akan menjadi pengembang asli Cardano. analisaforexdotcom

Salah Satu Anggota Parlemen AS Ingin Pemerintah Federal Mempertimbangkan Strategi Blockchain Nasional

Hari Selasa kemarin Wakil Presiden AS yaitu Brett Guthrie mempublikasikan RUU yang pada akhirnya meminta agar Federal Trade Commision untuk melakukan survei prarelevansi teknologi blockchain. Jika memang RUU itu bisa disahkan menjadi UU, maka akan memberikan FTC jangka waktu selama dua tahun untuk melakukan survei. Lalu selanjutnya diberikan waktu enam bulan untuk memberikan nasihat kepada Kongres mengenai hasil pembelajaran. Guthrie meminta rekomendasi adopsi blockchain pada tingkat negara bagian, adopsi pada sektor bisnis, pengembangan blockchain, mitigasi risiko, kerangka kerja legislatif dan juga mengkonsolidasikan UU Federal yang bisa menghambat. Dengan paket rekomendasi maka akan secara efektif menjabarkan strategi blockchain yang sangat komprehensif untuk AS. Mengejar China Apalagi beberapa rekan AS juga telah memiliki kerangka kerja blockchain seperti Jerman. Pada rencana survei FTC, disarankan agar melakukan penelitian pada paling tidak 10 negara. Dimana negara-negara itu memiliki strategi blockchain yang relatif terhadap Amerika Serikat. Namun tampaknya tujuan utama dari Guthrie untuk membuat strategi blockchain nasional adalah untuk melawan China. Dia mengatakan bahwa AS tidak bisa diam saja dan membiarkan Cina mengalahkan AS. Pada bulan April kemarin, China telah merilis jaringan layanan blockchain. Bahkan saat ini China juga telah mengebut proyek pengujian mata uang digital bank sentral atau CBDC Yuan Digital. Dengan banyaknya perkembangan ini maka China telah melangkah sangat agresif. Terutama mendekati penggunaan blockchain dimana AS masih tertinggal sangat jauh pada masalah tersebut. “Pandemi virus Corona yang saat ini masih berlangsung akan menjelaskan bahwa Kita perlu terus mempertahankan kepemimpinan dalam dunia teknologi. Amerika adalah negara dengan perusahaan dan inovasi dan semua itu harus bisa kita pertahankan.” Perlu diketahui China dan AS saat ini juga sedang terlibat masalah perdagangan yang terjadi sejak beberapa tahun lalu. Kemudian saat ini AS menuduh bahwa China adalah penyebab terjadinya pandemi virus Corona ini. Hubungan kedua negara pada semua sektor mulai dari perdagangan sampai teknologi tampaknya akan terus memanas dan bersaing secara ketat. analisaforexdotcom

Dolar Australia Lesu Pasca Pidato Gubernur RBA

Pasangan mata uang AUD/USD terkoreksi lebih dari 0.5 persen ke kisaran 0.6564 dalam perdagangan hari ini (21/5). Minat risiko pasar merosot akibat eskalasi ketegangan hubungan AS-China merembet ke kawasan Antipodean. Aussie juga gamang menanggapi pidato gubernur bank sentral Australia (RBA) Philip Lowe. Pergerakan AUD/USD ke depan kemungkinan akan lebih dipengaruhi oleh data-data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis pada sesi New York. Dolar Australia Lesu Pasca Pidato Gubernur RBA Berbicara dalam webinar FINSIA tadi pagi, Gubernur RBA Philip Lowe mengungkapkan dengan optimis bahwa sistem keuangan Australia itu tangguh dan sanggup menghadapi tantangan ekonomi yang timbuk akibat pandemi COVID-19. Namun, ia memaparkan pula berbagai ketidakpastian yang akan dihadapi Australia dan dunia selama beberapa waktu ke depan. Philip Lowe menjelaskan, “Cadangan likuiditas dan modal yang ada dapat ditarik jika dibutuhkan untuk mendukung perekonomian… Perbankan utama terus mendukung arus kredit ke perekonomian.” Di tengah keyakinan tersebut, Lowe tetap memberikan peringatan tentang beberapa ketidakpastian yang layak diperhatikan. Beberapa ketidakpastian ini kemungkinan akan disoroti secara khusus oleh investor dan trader dalam data-data ekonomi yang akan datang. “Satu sumber ketidakpastian nyata adalah laju pelonggaran berbagai pembatasan (yang dilakukan demi menanggulangi pandemi COVID-19 -red)…Suatu hal kritis bagi kami di Australia adalah memulihkan keyakinan masyarakat. Kami tetap siap untuk menaikkan pembelian obligasi lagi jika diperlukan. (Namun) ada batas sejauh mana yang bisa dicapai dengan kebijakan moneter.” Menyusul pidato Lowe, Dolar Australia tertolak oleh level resistance penting pada kisaran 0.6600 versus Dolar AS. Sejumlah analis mensinyalir sentimen pasar juga semakin berhati-hati dalam menanggapi eskalasi konflik perdagangan AS-China yang kini meluas pula kepada hubungan dagang Australia-China. Padahal China merupakan salah satu destinasi ekspor utama Australia. Niat pemerintah Australia bersama AS untuk menyelidiki sumber virus Corona di Wuhan, China, telah memancing reaksi keras dari Beijing. Sejumlah produk ekspor asal Australia ditolak masuk China dengan alasan prosedural dan perijinan dalam beberapa hari terakhir, tetapi banyak pihak mencurigai ini merupakan peringatan dari Beijing terhadap Canberra. analisaforexdotcom

Notulen FOMC: The Fed Bakal Terus Mempertahankan Stimulus Moneter

Indeks Dolar AS (DXY) berkonsolidasi pada kisaran 99.35 dalam perdagangan hari ini (21/5). Greenback terpantau unggul terhadap sebagian besar mata uang mayor di tengah makin minimnya minat risiko pasar. Sementara itu, notulen rapat kebijakan bank sentral AS (FOMC) mengungkapkan komitmen The Fed untuk mempertahankan stimulus moneter selama masa pemulihan ekonomi ke depan. The Fed Bakal Pertahankan Stimulus Moneter Dalam simpulan hasil rapat tanggal 29 April lalu, FOMC memutuskan untuk mempertahankan program quantitative easing (QE) dan membiarkan suku bunga tetap dalam rentang 0.00-0.25 persen. Notulen rapat yang baru dirilis dini hari tadi menegaskan lebih lanjut bahwa kebijakan moneter longgar seperti ini akan diberlakukan hingga perekonomian berhasil memupus dampak pandemi. “Para anggota (rapat FOMC) mencatat bahwa mereka memperkirakan akan mempertahankan kisaran target (suku bunga) ini hingga mereka yakin bahwa perekonomian telah melampaui peristiwa-peristiwa belakangan ini dan berada dalam jalur untuk mencapai target stabilitas harga dan ketenagakerjaan maksimum (yang ditentukan oleh) Komite,” demikian dicatat dalam notulen tersebut. Para anggota FOMC sepakat dampak virus Corona akan “sangat membebani pertumbuhan dalam jangka pendek, dan akan membawa risiko penurunan cukup besar terhadap outlook ekonomi dalam jangka menengah”. Mereka memperkirakan pertumbuhan akan menanjak kembali pada paruh kedua tahun ini, tetapi pemulihan sepenuhnya kemungkinan belum akan terjadi dalam tahun ini. Beberapa anggota FOMC mengemukakan ide kontrol kurva yield (yield curve control) sebagai kebijakan alternatif untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, hal ini masih sebatas wacana. Notulen memaparkan pula bahwa beberapa anggota FOMC menyarankan agar Komite menyampaikan panduan suku bunga ke depan secara lebih eksplisit. Nada notulen FOMC tidak terlalu mengejutkan, mengingat muatannya sekedar memperkuat pernyataan yang disampaikan oleh Ketua The Fed Jerome Powell pada hari Selasa. Dalam testimoninya di hadapan Komite Perbankan Senat, Powell mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mengerahkan semua perangkat yang dimiliki guna menopang perekonomian bersama kebijakan publik lain. Pernyataan Powell tersebut sebenarnya bernada bearish bagi Dolar AS, karena memantik kembali spekulasi seputar kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan ke bawah nol. Akan tetapi, banyak negara lain saat ini telah atau akan menerapkan kebijakan moneter ultra longgar, sehingga imbas jangka pendeknya untuk sementara ini tak terlalu besar bagi Greenback. Sejumlah bank sentral lain, khususnya Bank of Englad (BoE), juga tengah dirumorkan akan menerapkan suku bunga negatif. analisaforexdotcom

Jumat, 08 Mei 2020

8 Mei 2020: NFP Dan Pengangguran AS Diperkirakan Ambyar!

Jum’at, 8 Mei 2020: Hari libur bank-bank di Prancis dan Inggris Jam 08:30 WIB: statement kebijakan moneter RBA kuartal kedua tahun 2020 (Berdampak tinggi pada AUD) Dirilis setiap kuartal, berisi mengenai ekspektasi kondisi perekonomian Australia dan tingkat inflasi. Jika statement dianggap hawkish maka AUD akan cenderung menguat, dan sebaliknya. Statement kebijakan moneter kuartal kedua tahun 2020 bisa dibaca disini. Jam 18:00 WIB: pidato Presiden ECB Christine Lagarde (Berdampak tinggi pada EUR) Presiden ECB Christine Lagarde dijadwalkan berbicara secara online pada konferensi yang diadakan oleh European University Institute. Isi pidato Lagarde bisa dibaca disini. Jam 19:30 WIB: data Non Farm Payrolls AS bulan April 2020 (Berdampak tinggi pada USD) Data Non-Farm Payrolls (NFP) yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS ini mengukur perubahan jumlah tenaga kerja diluar sektor pertanian selama periode sebulan. Data ini merupakan indikator awal bagi pengeluaran konsumen dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, dan menjadi bahan pertimbangan penting bagi The Fed dalam menentukan tingkat suku bunga. Bulan Maret lalu NFP berkurang 701,000 job (atau -701,000 job), jauh lebih rendah dari perkiraan yang akan berkurang 100,000 job, dan yang terendah sejak tahun 2009. Pada bulan Maret 2020 penurunan lapangan pekerjaan terbanyak adalah pada sektor food services, perawatan kesehatan, food services, tenaga profesional, perdagangan dan konstruksi. Pertambahan kasus Covid-19 di AS sepanjang bulan April yang signifikan sangat berdampak pada ketersediaan lapangan pekerjaan, sejalan dengan terhentinya aktivitas ekonomi hampir di semua sektor di seluruh negara bagian. Dengan kondisi tersebut, untuk bulan April 2020 analis memperkirakan NFP akan berkurang hingga 21.4 juta job, sementara perkiraan dari Automatic Data Processing Inc.(ADP) akan berkurang 20.2 juta job (rilis data ADP Non Farm Employment Change tanggal 6 Mei kemarin). Jika perkiraan ini benar, maka akan menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah AS. Selama ini rekor terendah NFP di AS adalah -1.959 juta job yang terjadi pada bulan September 1945. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat. Jam 19:30 WIB: data upah rata-rata per jam di AS bulan April 2020 (Berdampak tinggi pada USD) Data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS setiap bulan ini mengukur perubahan upah rata-rata per jam (Average Hourly Earnings) di seluruh negara bagian AS diluar industri pertanian. Rilis data berupa persentase perubahan rata-rata upah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Upah dikaitkan dengan besaran inflasi guna memperkirakan tingkat biaya hidup. The Fed selalu memperhatikan data upah rata-rata per jam sebagai pertimbangan untuk menentukan suku bunga acuan. Bulan Maret lalu upah rata-rata per jam di AS naik 11 Sen Dollar atau 0.4%, lebih tinggi dari perkiraan yang akan naik 0.2% dan yang tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Dalam basis tahunan (y/y) naik 3.1%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang naik 3.0%. Untuk bulan April 2020 diperkirakan upah rata-rata per jam (m/m) akan naik 0.3%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat. Jam 19:30 WIB: data tingkat pengangguran di AS bulan April 2020 (Berdampak tinggi pada USD) Indikator ini mengukur persentase total tenaga kerja produktif yang sedang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Meski dianggap sebagai indikator lagging, tetapi jumlah pengangguran akan berdampak pada pengeluaran konsumen, jumlah tenaga kerja dan tingkat kepercayaan. Bulan Maret lalu tingkat pengangguran di AS naik menjadi 4.4%, lebih tinggi dari perkiraan 3.8% dan yang tertinggi sejak bulan Agustus 2017. Sementara tingkat partisipasi bulan Maret berada pada angka 62.7%, terendah sejak bulan Agustus 2018. Dengan semakin bertambahnya kasus Covid-19 di AS sepanjang bulan April yang sangat berdampak pada tenaga kerja, ditambah dengan kenaikan Jobless Claims yang sangat tinggi, maka tingkat pengangguran untuk bulan April diperkirakan akan naik tajam menjadi 16.0%. Jika perkiraan ini benar, maka akan menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah AS. Selama ini rekor tertinggi pengangguran di AS adalah 10.8% yang terjadi pada bulan November 1982. Hasil rilis yang lebih rendah dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat. Jam 19:30 WIB: data Employment Change dan tingkat pengangguran di Kanada bulan April 2020 (Berdampak tinggi pada CAD) Jumlah tenaga kerja merupakan indikator awal pengeluaran konsumen yang menunjukkan tingkat aktivitas perekonomian secara keseluruhan, sedang tingkat pengangguran mengukur persentasi jumlah tenaga kerja yang sedang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Dalam waktu yang bersamaan akan dirilis data Employment Change yang menunjukkan perubahan jumlah total tenaga kerja, dan persentase tingkat pengangguran dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Bulan Maret lalu tenaga kerja di Kanada berkurang hingga 1.01 juta job (atau -1.01 juta job), jauh lebih rendah dari perkiraan yang akan berkurang 427,000 job, dan merupakan rekor terendah sejak indikator ini dirilis tahun 1976. Penurunan lapangan pekerjaan terbanyak ada pada sektor akomodasi, food services, informasi, rekreasi pendidikan dan perdagangan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan lockdown di hampir semua provinsi yang menghentikan aktivitas ekonomi. Sementara tingkat pengangguran berada pada angka 7.8%, lebih tinggi dari perkiraan 7.4%, dan yang tertinggi sejak bulan Oktober 2010. Tingkat partisipasi bulan Maret berada pada angka 63.5%, terendah sejak bulan Juni 1979. Dengan masih bertambahnya kasus Covid-19 di Kanada sepanjang bulan April, maka diperkirakan tenaga kerja akan kembali mencetak rekor terendah dengan berkurang 4.125 juta job, dan tingkat pengangguran akan naik tajam menjadi 20.0%. Jika perkiraan ini benar, maka akan menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah Kanada. Selama ini rekor tertinggi pengangguran di Kanada adalah 13.1% yang terjadi pada bulan Desember 1982. Jika hasil rilis pertambahan tenaga kerja lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat pengangguran lebih rendah dari perkiraan maka CAD akan cenderung menguat. Keterangan: Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex. Baca selengkapnya di: https://www.seputarforex.com/analisa/8-mei-2020-nfp-dan-pengangguran-as-diperkirakan-ambyar-292898-21

Survei Reuters: Mata Uang Negara Berkembang Terus Tegang Versus Dolar Baca

Seputarforex.com - Mata uang sejumlah negara berkembang telah mengalami penguatan belakangan ini, setelah sempat luluh lantak versus Dolar AS selama kuartal pertama tahun 2020. Akan tetapi, hasil survei Reuters terbaru menyebutkan bahwa para analis memperkirakan beragam mata uang negara berkembang akan terus bergumul melawan Dolar AS yang relatif lebih kuat dalam tiga bulan ke depan. Hal ini disebabkan karena mencuatnya kembali isu perang dagang AS-China. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melontarkan ancaman baru untuk mengenakan sanksi terhadap China atas tuduhan menjadi biang pandemi virus Corona. Hingga kini, masih belum jelas sanksi seperti apa yang akan dikenakan AS kepada China. Akan tetapi, pelaku pasar sudah mulai ketar-ketir mengantisipasi imbas dari bergolaknya lagi ketegangan antara kedua negara. "Hal ini kemungkinan akan menempatkan cacat serius dalam reli risk-on yang aneh dan berlawanan dengan pehitungan matematis yang kita saksikan sepanjang pekan," ujar Michael Every dari Rabobank. Reuters mewawancarai 56 pakar strategi pasar dalam periode 4-6 Mei. Sebanyak 22 responden menilai mata uang dari pasar-pasar negara berkembang utama -sebagian besar diantaranya mengekspor bahan mentah ke China- berada dalam risiko untuk melemah selama tiga bulan ke depan sementara safe haven tetap populer. Sebanyak 16 responden lain mengatakan nilai tukar akan berkisar seputar level saat ini. Walaupun kondisi pasar belakangan ini sudah lebih kalem, para responden juga berpendapat bahwa volatilitas mata uang lebih tinggi akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Situasi pandemi dan geopolitik global masih menjadi sorotan utama. "Para investor memang kadang-kadang menggunakan mata uang negara berkembang ber-yield rendah sebagai strategi defensif, tetapi ketika minat risiko meningkat, mereka kemungkinan akan mengincar (mata uang) seperti Afrika Selatan yang memiliki nilai nominal dan nilai riil yield tertinggi," kata Mike Keenan dari Absa Capital, "Volatilitas tetap tinggi sejak puncak bulan lalu. (Volatilitas) hanya akan berkurang lebih lanjut jika kita mendapatkan perbaikan dalam situasi COVID dan asalkan ketegangan apa pun antara AS dan China tidak berkobar."

Surplus Trade Balance Australia Meroket, AUD/USD Naik

Seputarforex.com - Pada hari Kamis (07/Mei), Biro Statistik Australia mempublikasikan data Neraca Perdagangan bulan Maret yang mengalami surplus sebesar AUD10.6 miliar, meroket 174 persen dibandingkan surplus periode sebelumnya yang hanya AUD3.87 miliar. Rilis data neraca dagang pagi ini terbilang sangat impresif karena lebih baik dari ekspektasi sebesar AUD6.4 miliar. Lonjakan ini didukung oleh meningkatnya pengiriman barang ke China, setelah perekonomian negara tersebut kembali dibuka selepas lockdown pada bulan Februari lalu. Secara keseluruhan, total Ekspor Australia bulan lalu mencapai AUD42.4 miliar, sementara Impor sebesar AUD31.8 miliar. Eskpor Bijih besi melonjak 30 persen menjadi AUD11.6 miliar, diikuti oleh komoditas Batu Bara dan Gas Alam yang juga mencatat kenaikan solid. Tak ingin ketinggalan, Ekspor Emas melambung hingga 225 persen menjadi AUD3.6 miliar sepanjang Maret. Perkembangan positif ini berpotensi memberikan dorongan kepada perekonomian Australia yang saat ini tengah dirundung perlambatan akibat pandemi Covid-19. "Dengan melihat kondisi surplus necara dagang yang positif, maka kami memprediksi (hal ini) akan berkontribusi terhadap pertumbuhan GDP kuartal pertama sebesar 0.4 persen. Kami melihat lonjakan ekspor komoditas menuju China dapat meng-cover pertumbuhan ekonomi di tengah impor yang menurun... Sehingga kemungkinan besar memberikan kontribusi positif terhadap data GDP kuartal kedua," kata Ben Udy, seorang ekonom di Capital Economics. Rilis positif data Trade Balance Australia bulan Maret seolah memberikan secercah harapan di tengah kondisi suram perekonomian di sana. Sebagai informasi, Bank Sentral Australia (RBA) telah memperingatkan bahwa output ekonomi pada paruh pertama tahun ini kemungkinan akan turun sebesar 10 persen, sementara tingkat pengangguran diprediksi akan melonjak. AUD/USD Naik Dari Level Rendah Harian Pada saat berita ini ditulis, pair AUD/USD berada di 0.6418 atau menguat 0.32 persen dari harga Open harian. Rilis apik data Neraca Perdagangan Australia membantu menyokong pergerakan AUD melawan USD untuk menjauhi level terendah harian, yang sebelumnya tersentuh pada awal sesi perdagangan hari ini di kisaran 0.6379.

GBP/USD Kalem Merespons Pengumuman Bank Sentral Inggris

Pasangan mata uang GBP/USD bergerak nyaris flat seusai pengumuman bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) terbaru tentang suku bunga dan stimulus moneter. Saat berita ditulis pada pertengahan sesi New York (7/5), Pound diperdagangkan sekitar 1.2345. Keputusan BoE selaras dengan ekspektasi pasar, sementara banyak pihak masih menunggu pengumuman rencana pelonggaran lockdown Inggris. GBPUSD Kalem Merespons Pengumuman Bank Sentral Inggris Dalam pengumuman hasil rapat hari ini, BoE memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan sama sekali. Suku bunga dipertahankan pada 0.1 persen, sedangkan skala program quantitative easing (QE) masih berada pada GBP200 Miliar. Meskipun dua orang anggota rapat ingin menambah skala program QE, tetapi keputusan final lebih memilih untuk wait-and-see. BoE memperkirakan pertumbuhan ekonomi Inggris selama semester pertama tahun ini bakal ambruk tajam, disusul dengan kemerosotan laju inflasi pada semester kedua. Bank sentral menilai perekonomian akan cepat pulih setelah beragam peraturan lockdown mulai dilonggarkan. Namun, mengingat tingginya ketidakpastian permintaan masyarakat, bank sentral selalu siap sedia untuk menambah skala pelonggaran moneter jika diperlukan. Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan kepada reporter, “Sebagaimana Anda lihat, dari apa yang kami katakan pada Maret dan apa yang kami katakan hari ini, bahwa jelas ada komitmen dan kesungguhan untuk mengambil tindakan jika kamu perlu melakukannya.” Meski demikian, Bailey menyatakan pula bahwa pihaknya masih menunggu informasi-informasi tambahan dalam beberapa pekan ke depan tentang bagaimana pemerintah akan melonggarkan lockdown dan efeknya terhadap perekonomian. Ia mengisyaratkan bahwa perubahan skala quantitative easing baru dapat dilakukan setelah BoE meninjau rencana pelonggaran lockdown yang kemungkinan akan diumumkan pemerintah dalam pekan ini atau pekan depan. Sejumlah analis memperkirakan bank sentral tetap akan melakukan pelonggaran moneter kelak, meski saat ini memang dianggap terlalu dini. Salah satunya, Kallum Pickering, seorang ekonom dari Berenberg Bank, mengatakan, “Kami memperkirakan BoE akan mengumumkan pembelian aset sebesar GBP200 miliar lagi paling lambat pada rapat bulan Agustus. Dengan menimbang laju pembelian saat ini, dan perpecahan voting dalam rapat Mei, kita kemungkinan sudah akan mendapatkan separuh dari jumlah itu pada rapat Juli.” analisaforexdotcom

Klaim Pengangguran Masih Jutaan, Dolar AS Tertekan Lagi

Indeks Dolar AS (DXY) mencetak -0.23 persen ke kisaran 99.94 pada pertengahan sesi New York (7/5) sehubungan dengan publikasi data klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat yang masih mencetak angka lebih dari 3 juta. Greenback takluk versus hampir semua mata uang mayor, khususnya Dolar Australia dan Yen Jepang. Klaim Pengangguran Masih Jutaan Dolar AS Tertekan Lagi Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah klaim pengangguran awal bertambah 3.16 juta selama pekan lalu. Angka tersebut lebih rendah dari data pekan sebelumnya yang direvisi naik menjadi 3.84 juta klaim, tetapi lebih tinggi dibanding ekspektasi pasar yang dipatok pada 3.00 juta. Secara keseluruhan, pandemi virus Corona telah melahirkan lebih dari 33 juta klaim pengangguran sejak pekan ketiga bulan Maret 2020. Keruntuhan pasar tenaga kerja AS terancam melonjakkan angka pengangguran ke rekor baru sejak era Depresi Besar. “Tingkat pengangguran jelas sekali akan melonjak -kami memperkirakan menjadi 15.8 persen, tetapi kejutan terbesar bisa jadi pada (data) gaji. Data ini menunjukkan perubahan dalam rata-rata pendapatan per-jam. Dikarenakan total 21 juta orang atau lebih yang kami perkirakan kehilangan pekerjaan pada bidang ritel dan hospitality, data akan condong ke distribusi gaji yang lebih rendah. Dengan orang-orang ini menghilang dari perhitungan data, maka rata-rata pendapatan per-jam akan melonjak, kemungkinan melampaui 1 persen dari bulan ke bulan. Ini adalah keanehan statistik dan harus diabaikan. Tidak ada pertumbuhan gaji sama sekali dalam perekonomian AS sekarang,” ungkap James Knightley, kepala ekonom internasional ING Bank. Data pertumbuhan gaji, tingkat pengangguran, dan Non-farm Payroll akan dipublikasikan besok malam. Estimasi konsensus memperkirakan tingkat pengangguran AS mencapai 16 persen, tetapi sejumlah analis menilai angka-nya bisa mencapai lebih dari 20 persen. Seandainya pengangguran mencapai 16 persen saja, maka telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Namun, Gubernur The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, mengingatkan bahwa tak semua klaim pengangguran akan masuk ke data tingkat pengangguran. Keanehan statistik yang satu ini timbul karena semua pengajuan klaim pengangguran diharuskan menyatakan “sedang mencari pekerjaan”, padahal realitanya banyak orang-orang yang hanya terpaksa mengajukan klaim sementara perusahaannya diharuskan berpartisipasi dalam lockdown. analisaforexdotcom