Kamis, 21 Mei 2020

Sterling Tetap Lesu Meski Data PMI Inggris Ungguli Ekspektasi

Pasangan mata uang GBP/USD tertatih-tatih di kisaran 1.2210-an dalam perdagangan sesi Eropa hari ini (21/5). Sterling menampilkan bias bearish yang cukup kuat, meskipun laporan Purchasing Managers’ Index (PMI) untuk sektor manufaktur dan jasa menunjukkan kinerja lebih baik dari ekspektasi. Sterling Tetap Lesu Meski Data PMI Inggris Ungguli Ekspektasi IHS Markit melaporkan hasil survei PMI untuk sektor manufaktur mengalami kenaikan dari 32.6 menjadi 40.6 pada periode Mei 2020, lebih baik ketimbang estimasi yang dipatok pada 35.1. Sektor jasa yang mencakup lebih dari 80 persen perekonomian Inggris, juga berhasil menanjak dari 13.4 menjadi 27.8 versus estimasi 24.1. Terlepas dari perbaikan dan keunggulan kinerja kedua indeks tersebut, patut untuk diperhatikan bahwa skor masing-masing masih berada di bawah ambang 50.0. Ambang 50.0 merupakan batas pemisah antara kondisi kontraksi dan ekspansi. Posisi indeks jauh di bawha 50.0 mengisyaratkan pemulihan ekonomi belum akan terjadi dalam waktu dekat. “PMI Inggris mencatat perbaikan mencolok pada Mei, rebound dari kejatuhan ke rekor terendah yang terjadi pada bulan April,” kata Nikesh Sawja, seorang ekonom dari Lloyds Bank, “Namun, perlu diperhatikan, berbagai kemajuan ini tiba setelah sebulan penurunan pada bulan April karena Inggris mengalami mode lockdown penuh. Itu artinya, perbaikan (wajar) dalam neraca utama selalu mungkin terjadi.” “Perekonomian Inggris masih tetap terkunci dalam perlambatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan aktivitas bisnis dan ketenagakerjaan terus terpuruk dengan laju yang mengejutkan pada Mei. Meskipun laju penurunan telah melamban sejak kolaps terparah pada bulan April, Mei menunjukkan kejatuhan bulanan terbesar kedua dalam output dan pekerjaan yang tercatat dalam 22 tahun sejarah survei ini. Laju penurunan terus melampaui apa pun yang pernah terjadi sebelumnya,” ungkap Chris Williamson dari IHS Markit. Menurut Markit, volume aktivitas bisnis yang lebih rendah secara khusus berhubungan dengan lockdown bisnis, pembatalan besanan konsumen, dan permintaan yang ambruk secara umum di tengah pandemi COVID-19. Ada ekspektasi untuk perbaikan outlook sehubungan dengan rencana pelonggaran lockdown mulai bulan Juni. Akan tetapi, responden survei masih mengkhawatirkan masalah rendahnya permintaan konsumen. Sejumlah perusahaan di sektor jasa tetap sangat pesimistis terhadap prospek jangka pendek mereka. analisaforexdotcom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar