Jumat, 11 Desember 2020

Bursa Eropa Ditutup Sebagian Besar Turun Merespon Brexit dan Stimulus ECB

(Vibiznews – Index) Bursa Saham Eropa ditutup sebagian besar lebih rendah pada Kamis (10/12) merespon pembicaraan perdagangan Brexit, serta langkah-langkah stimulus baru dari Bank Sentral Eropa (ECB). Indeks Stoxx 600 Eropa ditutup turun 0,4%, dengan bank jatuh 2% memimpin kerugian menyusul keputusan kebijakan terbaru ECB, sementara sektor minyak dan gas melawan tren negatif naik 1,5%. Indeks FTSE berakhir naik 0,54%. Indeks DAX ditutup turun -0,33%. Indeks CAC naik tipis 0,05%. Pejabat Inggris dan Eropa berjanji untuk membuat keputusan formal tentang masa depan pembicaraan perdagangan pasca-Brexit pada akhir akhir pekan, menyusul pertemuan langsung antara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen pada Rabu malam. Pembicaraan tetap menemui jalan buntu mengenai beberapa masalah utama, termasuk hak menangkap ikan dan aturan persaingan. Downing Street mengatakan masih ada “celah yang sangat besar”, sementara Von der Leyen menggambarkan kedua sisi itu sebagai “berjauhan”. Para pemimpin Uni Eropa berkumpul di Brussel Kamis untuk pertemuan Dewan Uni Eropa dua hari. Sementara itu, Bank Sentral Eropa pada hari Kamis memperluas program stimulus moneter besar-besaran sebesar 500 miliar euro ($ 605 miliar) lagi, menjadikan nilai totalnya menjadi 1,85 triliun euro dan memperpanjang jangka waktu untuk pembelian aset hingga Maret 2022. ECB menahan suku bunga untuk operasi refinancing utamanya, fasilitas pinjaman marjinal dan fasilitas simpanan masing-masing sebesar 0,00%, 0,25% dan -0,50%. Di Wall Street, saham AS beragam setelah rilis data klaim pengangguran yang lebih lemah dari perkiraan pada saat anggota parlemen berjuang untuk mendorong stimulus fiskal baru sebelum akhir tahun. Klaim pengangguran mingguan awal melonjak menjadi 853.000 minggu lalu, melampaui perkiraan Dow Jones di 730.000. Kembali di Eropa, PDB Inggris tumbuh 0,4% pada bulan Oktober, angka resmi mengungkapkan Kamis, melambat dari 1,1% pada bulan September. Dalam hal pergerakan harga saham individu, Hellofresh naik hampir 15% setelah perusahaan pengiriman peralatan makan Jerman meningkatkan panduan setahun penuhnya pada hari Rabu. Di bagian bawah indeks blue chip Eropa, supermarket online Ocado turun 7% setelah perusahaan menaikkan pedoman ke depannya tetapi mencatat bahwa pertumbuhan penjualan di usaha ritel patungan baru telah melambat.

Rekomendasi Forex EUR/USD 11 Desember 2020: Peluang Naik Dari Pengumuman ECB

(Vibiznews – Forex) ECB memberikan hadiah Natal kepada pasar dengan memperluas Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP) sebanyak €500 miliar dan akan berlangsung paling tidak sampai bulan Maret 2022. Meskipun jumlah PEPP tambahan sudah diperkirakan, bertambah lamanya durasi memberikan dorongan naik terhadap euro. Bertolak belakang dengan masa sebelum pandemic, mencetak uang pada masa pandemic adalah baik bagi matauang negara yang bersangkutan – paling tidak bagi euro dan poundsterling. Logikanya adalah bahwa pemerintah mendapatkan keuntungan dari biaya pinjaman yang rendah dan mendorong naik ekonomi yang mendasari, dengan demikian membuat matauang bersama Eropa menjadi lebih bernilai. Hal ini berbeda dengan logika sebelum pandemic bahwa mencetak uang berarti mendevaluasi matauang yang bersangkutan. Apakah bank sentral Uni Eropa ini kuatir dengan kenaikan EUR/USD belakangan ini? Jawabannya adalah tidak. Akibatnya EUR/USD memiliki ruang untuk naik. Secara keseluruhan, biaya pinjaman yang rendah, uang yang membanjiri pemerintah, dan tidak adanya alasan untuk menurunkan tingkat bunga dengan terburu-buru, semuanya menjadi kombinasi yang berpeluang menaikkan EUR/USD. “Resistance” terdekat menunggu di 1.2158 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2206 dan kemudian 1.2294. Sementara “support” terdekat menunggu di 1.2110 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2070 dan kemudian 1.2030. Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting

Rekomendasi Forex EUR/USD 7 – 11 Desember 2020: Dow Jones Rekor & Turunnya USD Membuat EUR/USD Naik Ke Level April 2018

(Vibiznews – Forex) Pada minggu lalu, pasangan matauang EUR/USD naik membumbung ke ketinggian beberapa tahun yang baru di 1.2177, level yang terakhir terlihat pada bulan April 2018. Dolar AS diserbu aksi jual baik dengan berita – berita yang positip maupun negatip. Sementara Donald Trump masih memegang pemerintahan di AS, Dow Jones terus mengalami kenaikan dan memecahkan rekor terbaru tertinggi sepanjang masa. Setelah pada akhir November Dow Jones Industrial (DJI30) menembus level psikologis 30.000, menyentuh 30,116.51, pada tanggal 4 Desember, DJI30 naik lagi 0.8% ke 30,218.00 karena berita positip mengenai vaksin dan paket stimulus fiskal yang baru. Berita – berita ini selain menaikkan harga saham, juga menekan dolar AS ke kerendahan selama 2 ½ tahun yang membuat EUR/USD naik tajam kembali ke level bulan April 2018. Tembusnya EUR/USD melewati ketinggian tahun lalu di 1.2011 secara tehnikal telah memperkuat rally EUR/USD. Pada akhir minggu lalu, pasangan matauang ini turun sedikit namun masih mempertahankan sebagian besar keuntungan mingguannya. Pembicaraan mengenasi stimulus telah terhenti karena memasuki masa pemilihan presiden, namun negosiasi kembali berlangsung setelah pemilihan presiden selesai, meskipun hasil penghitungan masih belum selesai sampai sekarang. Sekelompok pembuat undang – undang AS yang bipartisan mengajukan usul paket kelegaan Covid – 19 sejumlah $908 miliar, tiga kali dari proposal sebelumnya. Namun, pemimpin mayoritas senat Mitch McConnel menolak proposal tersebut dan mengajukan rencana kelegaan yang baru sejumlah $500 miliar. Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah mendesak Kongres untuk menyetujui program bantuan tersebut, untuk mendukung ekonomi melewati masa musim dingin. Dari medan coronavirus, beberapa perusahaan farmasi telah menerima otorisasi darurat untuk penggunaan vaksin mereka atau sedang dalam proses mendapatkan otorisasi. Berita – berita yang memberikan semangat ini sebagian menutupi kenyataan bahwa virus corona terus meningkat di Amerika Serikat. Negara ini terus melaporkan penularan harian yang mencapai rekor dan juga mengumumkan akan memulai imunisasi pada bulan Desember ini. Inggris dan Rusia mengumumkan vaksinisasi mereka akan dimulai minggu ini. Situasi Covid – 19 di Eropa hanya sedikit lebih baik. Langkah – langkah restriksi masih tetap diberlakukan di banyak negara Eropa. Data makro ekonomi yang dipublikasikan oleh Markit mengenai PMI final bulan November menunjukkan hasil manufaktur dan jasa di Jerman direvisi turun sementara di Uni Eropa dan Amerika Serikat direvisi naik. Sementara angka ISM PMI manufaktur AS turun ke 57.5 dan jasa turun ke 55.9, kedua-duanya meleset daripada yang diperkirakan pasar, yang memberikan tekanan turun terhadap dolar AS. Namun Jerman dan Uni Eropa melaporkan Penjualan Ritel bulan Oktober yang lebih baik daripada yang diperkirakan. Baik Jerman maupun Uni Eropa melaporkan CPI tahunan yang terkontraksi sebanyak 0.3% YoY. Pada akhir minggu lalu, Amerika Serikat mempublikasikan angka NFP bulan November yang menunjukan bahwa negara tersebut hanya menambah 245.000 pekerjaan baru, jauh dibawah daripada yang diperkirakan sebesar 469.000. Namun demikian, tingkat pengangguran terkontraksi 6.7% lebih baik daripada yang diperkirakan. Minggu ini, sedikit data makro ekonomi yang akan keluar. Event yang utama adalah pertemuan kebijakan moneter ECB yang akan berlangsung pada hari Kamis. Presiden ECB Christine Lagarde telah lama mengantisipasikan akan keluar lebih banyak pelonggaran untuk mendukung ekonomi Uni Eropa melewati masa pandemic. Para pemain di pasar telah memperhitungkan dalam perhitungan harga perpanjangna TLTROs dan kenaikan PEPP sebanyak 500 miliar euro. ECB juga menyatakan keprihatinan akan naiknya kurs EUR/USD sampai melewati 1.2000. Jerman akan mempublikasikan ZEW survey bulan Desember mengenai sentimen ekonomi yang diperkirakan akan terkontraksi lebih jauh. Uni Eropa akan merilis angka GDP kuartal ketiga yang final dan angka inflasi bulan November versi terakhir. Sementara itu dari Amerika Serikat, apakah Kongres akan mengeluarkan undang – undang stimulus fiskal pada minggu ini? Pasar kemungkinan akan mengambil apa saja yang mereka bisa sekarang dan berharap untuk lebih banyak lagi ke depannya. Dengan politik selama pemilihan presiden tetap tenang, para politikus kelihatannya akan lebih bersedia untuk berkompromi meskipun demikian belum tentu juga ada diperoleh kesepakatan. Sementara itu kebutuhan untuk memberikan dukungan ekonomi semakin bertambah dengan meningkatnya virus corona. Dipihak lain, Food and Drugs Administration (FDA) bersiap untuk memberikan otorisasi terhadap penggunaan vaksin Pfizer pada hari Jumat. Regulator AS lebih kaku daripada Inggris, dan persetujuan dari FDA akan bisa mendorong pasar dan membebani dolar AS yang safe-haven. Angka inflasi AS akan keluar sebelum keputusan dari Federa Reserve pada bulan ini. Core Consumer Price Index bulan November diperkirakan naik dari 1.6% menjadi 1.8% secara tahunan. Dengan bank sentral AS memilih memprioritaskan “employment” yang penuh dengan mengorbankan inflasi yang lebih tinggi, kenaikan inflasi akan mendorong kepada lebih banyak program pembelian obligasi ke depannya. Consumer Sentiment Index untuk bulan Desember dari Universitas Michigan diperkirakan akan stabil setelah terjadi penurunan pada bulan November. Pasangan matauang ini saat ini cenderung mengalami kenaikan, dengan “support” terdekat menunggu di 1.2100 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2011 dan kemudian 1.2000. Sementara kenaikannya akan berhadapan dengan “resistance” terdekat di 1.2185 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2215 dan kemudian 1.2300. Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting

Rekomendasi Forex GBP/USD 11 Desember 2020: Tumbang Ditengah Semakin Sengitnya Brexit

(Vibiznews – Forex) GBP/USD jatuh sekitar 1%, jauh dibawah 1.33, setelah pertemuan tingkat tinggi Brexit tidak menghasilkan suatu terobosan. Uni Eropa dan Inggris saling menyalahkan. Sementara Brusel sedang sibuk dengan rencana daruratnya. Daily Mail menuliskan judul “Kebuntuan di Makan Malam” yang menjadi ringkasan dari pertemuan yang panjang pada hari Rabu antara PM Inggris Boris Johson dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Kedua pemimpin dan team negosiasinya gagal mencapai terobosan Brexit yang diinginkan. Setelah menyimpulkan bahwa mereka tetap masih jauh terpisah, Uni Eropa dan Inggris sepakat untuk memperpanjang pembicaraan sampai akhir minggu. Apakah artiny bagi Sterling? Gagalnya mencapai kesepakatan dengan jatuh tempo masa transisi tinggal tiga minggu lagi adalah perkembangan yang buruk bagi Poundsterling. Rencana darurat untuk kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan sudah perlu dibuat yang lebih lanjut membebani sentimen. Dari Amerika Serikat, pembicaraan stimulus fiskal mendekati kesepakatan dalam nilai total sebanyak $900 miliar namun belum ada kesepakatan dalam hal perinciannya. Meskipun demikian masih lebih optimis daripada pembicaraan mengenai Brexit. Food and Drugs Administration AS dalam perjalanan memberikan lampu hijau bagi penggunaan vaksin dari Pfizer/BioNTech pada hari Kamis, menyusul Inggris, yang sudah lebih dahulu mendistribusikan vaksin. Meskipun sudah diperkirakan sebelumnya, persetujuan dari FDA bisa memberikan dorongan naik terhadap pasar setelah terjadinya penurunan pada hari Rabu. Secara keseluruhan, pembicaraan Brexit terus mendominasi, dengan lebih banyak peluang turun setelah kemandekan perundingan kemarin. “Support” terdekat menunggu di 1.3260 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.32 dan kemudian 1.3143. “Resistance” terdekat menunggu di 1.3385 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.3410 dan kemudian 1.3459. Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting

Kamis, 21 Mei 2020

Klaim Pengangguran AS Menipis, Dolar AS Masih Sideways

Pasangan mata uang USD/JPY bergerak sideways pada kisaran 107.70 dalam perdagangan hari ini (21/5) menyusul rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat. Namun, indeks Dolar AS (DXY) masih melanjutkan penurunan dan terpuruk pada kisaran 99.15. Data klaim pengangguan mingguan AS menunjukkan kenaikan melampaui ekspektasi, meskipun trennya sudah menurun dibanding beberapa periode sebelumnya. Dolar AS Masih Sideways Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran (initial jobless claims) dalam periode sepekan yang berakhir pada tanggal 16 Mei 2020 bertambah 2.44 juta. Angka tersebut merupakan pertambahan klaim yang terendah sejak pertengahan bulan Maret, tetapi lebih tinggi dibanding estimasi pasar yang hanya dipatok pada 2.40 juta. Hal ini menandakan bahwa lockdown dalam rangka membendung pandemi virus Corona masih terus berimbas negatif terhadap pasar tenaga kerja AS. Dalam periode sembilan pekan sejak lockdown mulai diberlakukan di sejumlah negara bagian, sebanyak 38.6 juta pekerja telah mengajukan klaim pengangguran. Total klaim pengangguran berkelanjutan (Continuing Claims) memberikan gambaran yang lebih konkrit dengan besaran 25.07 juta per tanggal 9 Mei 2020. Pasar New York nyaris tak bergerak sama sekali dalam merespons rilis data-data ini. Saham-saham Wall Street hanya turun tipis, sedangkan Dolar AS menampilkan performa beragam. Kebanyakan investor boleh jadi sudah kebal menyaksikan rentetan data ketenagakerjaan AS yang buruk selama dua bulan terakhir. “Negara-negara bagian boleh jadi mulai dibuka kembali, tetapi pasar tenaga kerja masih tertutup untuk jutaan orang di seluruh Amerika dan hilanganya pendapatan dan belanja dari orang-orang yang tak punya pekerjaan itu akan cukup mempersulit bagi pemulihan ekonomi ini,” kata Chris Rupkey, seorang ekonom keuangan dari MUFG Union Bank. Tingkat pengangguran AS kini berada pada tingkat tertinggi dalam sejarah. Di samping data ini, pelaku pasar juga memperhatikan data klaim dalam program Bantuan Pengangguran Pandemi sebanyak 2.23 juta dan program Pengangguran Darurat Pandemi yang sebanyak 167,727. Kedua program ini menyediakan pendanaan bagi negara-negara bagian untuk memberikan tunjangan pengangguran khusus selama 39 minggu bagi para pekerja yang tidak dapat mengakses tunjangan pengangguran biasa maupun telah menghabiskan jatah tunjangan reguler mereka. analisaforexotcom

Sterling Tetap Lesu Meski Data PMI Inggris Ungguli Ekspektasi

Pasangan mata uang GBP/USD tertatih-tatih di kisaran 1.2210-an dalam perdagangan sesi Eropa hari ini (21/5). Sterling menampilkan bias bearish yang cukup kuat, meskipun laporan Purchasing Managers’ Index (PMI) untuk sektor manufaktur dan jasa menunjukkan kinerja lebih baik dari ekspektasi. Sterling Tetap Lesu Meski Data PMI Inggris Ungguli Ekspektasi IHS Markit melaporkan hasil survei PMI untuk sektor manufaktur mengalami kenaikan dari 32.6 menjadi 40.6 pada periode Mei 2020, lebih baik ketimbang estimasi yang dipatok pada 35.1. Sektor jasa yang mencakup lebih dari 80 persen perekonomian Inggris, juga berhasil menanjak dari 13.4 menjadi 27.8 versus estimasi 24.1. Terlepas dari perbaikan dan keunggulan kinerja kedua indeks tersebut, patut untuk diperhatikan bahwa skor masing-masing masih berada di bawah ambang 50.0. Ambang 50.0 merupakan batas pemisah antara kondisi kontraksi dan ekspansi. Posisi indeks jauh di bawha 50.0 mengisyaratkan pemulihan ekonomi belum akan terjadi dalam waktu dekat. “PMI Inggris mencatat perbaikan mencolok pada Mei, rebound dari kejatuhan ke rekor terendah yang terjadi pada bulan April,” kata Nikesh Sawja, seorang ekonom dari Lloyds Bank, “Namun, perlu diperhatikan, berbagai kemajuan ini tiba setelah sebulan penurunan pada bulan April karena Inggris mengalami mode lockdown penuh. Itu artinya, perbaikan (wajar) dalam neraca utama selalu mungkin terjadi.” “Perekonomian Inggris masih tetap terkunci dalam perlambatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan aktivitas bisnis dan ketenagakerjaan terus terpuruk dengan laju yang mengejutkan pada Mei. Meskipun laju penurunan telah melamban sejak kolaps terparah pada bulan April, Mei menunjukkan kejatuhan bulanan terbesar kedua dalam output dan pekerjaan yang tercatat dalam 22 tahun sejarah survei ini. Laju penurunan terus melampaui apa pun yang pernah terjadi sebelumnya,” ungkap Chris Williamson dari IHS Markit. Menurut Markit, volume aktivitas bisnis yang lebih rendah secara khusus berhubungan dengan lockdown bisnis, pembatalan besanan konsumen, dan permintaan yang ambruk secara umum di tengah pandemi COVID-19. Ada ekspektasi untuk perbaikan outlook sehubungan dengan rencana pelonggaran lockdown mulai bulan Juni. Akan tetapi, responden survei masih mengkhawatirkan masalah rendahnya permintaan konsumen. Sejumlah perusahaan di sektor jasa tetap sangat pesimistis terhadap prospek jangka pendek mereka. analisaforexdotcom

Adam Back Berpendapat Pergerakan BTC Terbaru Bukan Dari Satoshi

Adam Back adalah seorang Cryptographer dan juga menjadi penemu dari Hashcash. Dirinya saat ini berpendapat bahwa transaksi yang menggerakkan Bitcoin baru-baru ini dari dompet berumur 11 tahun bukan merupakan dompet dari Satoshi. Pada postingan akun Twitternya, Back mengatakan orang-orang perlu santai. Jika memang Satoshi melakukan penjualan BTC, pasti dia akan menjual BTC yang baru saja keluar dari penambangan dan jadi anonim terlebih dahulu. Dipindahkan Dari Dompet Lama Saat pagi di hari Rabu kemarin 21 Mei, pasar Crypto sangat kaget setelah ada hembusan angin transaksi. Berdasarkan data, transaksi itu dikirimkan oleh sebuah dompet dengan umur yang paling tua dari semua dompet Bitcoin. Dompet itu dibuat pada 2009 lalu beberapa pekan setelah Bitcoin dirilis dan menerima hadiah dari proses penambangan 50 BTC. Bitcoin itu diduga telah tersimpan ke dalam dompet selama kurun waktu 11 tahun sejak 2009 sampai 2020 ini. Memang selama bertahun-tahun banyak pihak yang berusaha untuk membuka identitas asli dari pembuat sistem Bitcoin dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Mereka juga terus berjuang untuk bisa menemukan dompet yang ditempatkan secara berbeda dan diduga menyimpan banyak sekali Bitcoin sampai 1 Juta BTC. Bahkan rumor paling baru menyebutkan Adam Back adalah Satoshi Nakamoto yang sebenarnya. Tapi Tone Vays dan Jimmy Song memberikan penolakan atas rumor itu pada akun Youtube mereka. Dari Penambang Tua Baca Juga: Poin Komunitas Reddit Pada Blockchain Baru Bisa Dikendalikan Seperti Bitcoin Pada sebuah postingan blog untuk investigasi 2019 lalu berusaha mencari para penambang awal Bitcoin. Dari hasil investigasi itu menemukan satu penambang tua dengan nama Pathosi dan telah menambang sekitar 1,1 Juta BC. Penulis dari blog itu menduga penambang itu bisa jadi adalah Satoshi Nakamoto yang selama ini dicari banyak orang. Tapi blog kembali lagi, Back mengatakan penelitian terhadap Pathosi itu masih banyak yang tidak pasti. Tidak ada bukti yang cukup untuk membuktikan dugaan tersebut. Memang sampai saat ini dunia internet terus menebar cerita terbaru mengenai siapa sebenarnya Satoshi Nakamoto. Bahkan Co-founder blockchain heran mengapa bukan dirinya saja yang menciptakan Bitcoin. analisaforexdotcom

Alasan Founder Cardano Memilih Wyoming

Pendiri atau founder dari Cardano, Charles Hoskisson memberikan komentar terkait alasannya mengapa University of Wyoming memberikan pilihan yang jauh lebih menarik dibandingkan lab Harvard, MIT atau juga Cornell untuk Input Output IOHK. Sementara itu IOHK merupakan perusahaan yang memiliki tanggung jawab atas proses pengembabngan Cardano, menyumbangkan dana sampai $500.000 dalam bentuk ADA menuju ke lab blockchain di universitas Wyoming pada awal tahun 2002 ini. Memang negara bagian Wyoming adalah salah satu negara bagian dengan UU Crypto yang sangat progresif. Sehingga akan memungkikan pendirian bank asli Crypto pertama di AS. Pendirian bank Crypto itu dilakukan oleh mantan eksekutif Wall Street yaitu Caitlin Long. Kemudian Hoskisson mengatakan bahwa universitas tersebut merupakan lembaga negara pertama di seluruh kawasan AS yang telah memperlakukan ADA layaknya memperlakukan Dolar AS. Studi Gender dan Ego Hoskisson berpendapat bahwa bekerjasama dengan universitas yang sedang naik daun akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang sangat lebih baik. Seluruh sumbangan akan dihabiskan untuk inisiatif terkait dengan blockchain dibandingkan dengan proyek-proyek yang tidak dikenal. “Sangat mudah bagi banyak orang untuk pergi ke Cornell, Harvard ataupun MIT dan mereka semua memiliki ego yang sangat besar. Dan disaat Anda melakukan bisnis dengan mereka maka mereka akan menghargainya sesuai dengan ego dan talenta. Sehingga seringkali untuk setiap yang yang Anda masukkan, Anda akan mendapatkan kembali 60% dalam bentuk lain-lain seperti jurnal atau studi gender atau lainnya” Negara bagian dan universitas sendiri telah menyumbangkan dana untuk proyek ini jauh meningkat sampai menuju ke $1,3 Juta. Hoskinson mengatakan dirinya menempatkan $500K dalam ADA dan kemudian mereka mencocokan $500K dalam Dolar AS. Cardano juga menambah lebih banyak uang, jadi untuk investasi atau donasi $500 K bisa mendapatkan hibah sampai $1,3 Juta. Pada laboratorium universitas ada beberapa kegiatan utama yaitu pengembangan software, pilot dan juga penelitian mengenai microchip alsi Crypto yang baru. Kursus blockchain akan ditawarkan pada sekolah yang fokus ke Cardano. Sehingga ketika siswa lulus maka mereka akan menjadi pengembang asli Cardano. analisaforexdotcom

Salah Satu Anggota Parlemen AS Ingin Pemerintah Federal Mempertimbangkan Strategi Blockchain Nasional

Hari Selasa kemarin Wakil Presiden AS yaitu Brett Guthrie mempublikasikan RUU yang pada akhirnya meminta agar Federal Trade Commision untuk melakukan survei prarelevansi teknologi blockchain. Jika memang RUU itu bisa disahkan menjadi UU, maka akan memberikan FTC jangka waktu selama dua tahun untuk melakukan survei. Lalu selanjutnya diberikan waktu enam bulan untuk memberikan nasihat kepada Kongres mengenai hasil pembelajaran. Guthrie meminta rekomendasi adopsi blockchain pada tingkat negara bagian, adopsi pada sektor bisnis, pengembangan blockchain, mitigasi risiko, kerangka kerja legislatif dan juga mengkonsolidasikan UU Federal yang bisa menghambat. Dengan paket rekomendasi maka akan secara efektif menjabarkan strategi blockchain yang sangat komprehensif untuk AS. Mengejar China Apalagi beberapa rekan AS juga telah memiliki kerangka kerja blockchain seperti Jerman. Pada rencana survei FTC, disarankan agar melakukan penelitian pada paling tidak 10 negara. Dimana negara-negara itu memiliki strategi blockchain yang relatif terhadap Amerika Serikat. Namun tampaknya tujuan utama dari Guthrie untuk membuat strategi blockchain nasional adalah untuk melawan China. Dia mengatakan bahwa AS tidak bisa diam saja dan membiarkan Cina mengalahkan AS. Pada bulan April kemarin, China telah merilis jaringan layanan blockchain. Bahkan saat ini China juga telah mengebut proyek pengujian mata uang digital bank sentral atau CBDC Yuan Digital. Dengan banyaknya perkembangan ini maka China telah melangkah sangat agresif. Terutama mendekati penggunaan blockchain dimana AS masih tertinggal sangat jauh pada masalah tersebut. “Pandemi virus Corona yang saat ini masih berlangsung akan menjelaskan bahwa Kita perlu terus mempertahankan kepemimpinan dalam dunia teknologi. Amerika adalah negara dengan perusahaan dan inovasi dan semua itu harus bisa kita pertahankan.” Perlu diketahui China dan AS saat ini juga sedang terlibat masalah perdagangan yang terjadi sejak beberapa tahun lalu. Kemudian saat ini AS menuduh bahwa China adalah penyebab terjadinya pandemi virus Corona ini. Hubungan kedua negara pada semua sektor mulai dari perdagangan sampai teknologi tampaknya akan terus memanas dan bersaing secara ketat. analisaforexdotcom

Dolar Australia Lesu Pasca Pidato Gubernur RBA

Pasangan mata uang AUD/USD terkoreksi lebih dari 0.5 persen ke kisaran 0.6564 dalam perdagangan hari ini (21/5). Minat risiko pasar merosot akibat eskalasi ketegangan hubungan AS-China merembet ke kawasan Antipodean. Aussie juga gamang menanggapi pidato gubernur bank sentral Australia (RBA) Philip Lowe. Pergerakan AUD/USD ke depan kemungkinan akan lebih dipengaruhi oleh data-data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis pada sesi New York. Dolar Australia Lesu Pasca Pidato Gubernur RBA Berbicara dalam webinar FINSIA tadi pagi, Gubernur RBA Philip Lowe mengungkapkan dengan optimis bahwa sistem keuangan Australia itu tangguh dan sanggup menghadapi tantangan ekonomi yang timbuk akibat pandemi COVID-19. Namun, ia memaparkan pula berbagai ketidakpastian yang akan dihadapi Australia dan dunia selama beberapa waktu ke depan. Philip Lowe menjelaskan, “Cadangan likuiditas dan modal yang ada dapat ditarik jika dibutuhkan untuk mendukung perekonomian… Perbankan utama terus mendukung arus kredit ke perekonomian.” Di tengah keyakinan tersebut, Lowe tetap memberikan peringatan tentang beberapa ketidakpastian yang layak diperhatikan. Beberapa ketidakpastian ini kemungkinan akan disoroti secara khusus oleh investor dan trader dalam data-data ekonomi yang akan datang. “Satu sumber ketidakpastian nyata adalah laju pelonggaran berbagai pembatasan (yang dilakukan demi menanggulangi pandemi COVID-19 -red)…Suatu hal kritis bagi kami di Australia adalah memulihkan keyakinan masyarakat. Kami tetap siap untuk menaikkan pembelian obligasi lagi jika diperlukan. (Namun) ada batas sejauh mana yang bisa dicapai dengan kebijakan moneter.” Menyusul pidato Lowe, Dolar Australia tertolak oleh level resistance penting pada kisaran 0.6600 versus Dolar AS. Sejumlah analis mensinyalir sentimen pasar juga semakin berhati-hati dalam menanggapi eskalasi konflik perdagangan AS-China yang kini meluas pula kepada hubungan dagang Australia-China. Padahal China merupakan salah satu destinasi ekspor utama Australia. Niat pemerintah Australia bersama AS untuk menyelidiki sumber virus Corona di Wuhan, China, telah memancing reaksi keras dari Beijing. Sejumlah produk ekspor asal Australia ditolak masuk China dengan alasan prosedural dan perijinan dalam beberapa hari terakhir, tetapi banyak pihak mencurigai ini merupakan peringatan dari Beijing terhadap Canberra. analisaforexdotcom

Notulen FOMC: The Fed Bakal Terus Mempertahankan Stimulus Moneter

Indeks Dolar AS (DXY) berkonsolidasi pada kisaran 99.35 dalam perdagangan hari ini (21/5). Greenback terpantau unggul terhadap sebagian besar mata uang mayor di tengah makin minimnya minat risiko pasar. Sementara itu, notulen rapat kebijakan bank sentral AS (FOMC) mengungkapkan komitmen The Fed untuk mempertahankan stimulus moneter selama masa pemulihan ekonomi ke depan. The Fed Bakal Pertahankan Stimulus Moneter Dalam simpulan hasil rapat tanggal 29 April lalu, FOMC memutuskan untuk mempertahankan program quantitative easing (QE) dan membiarkan suku bunga tetap dalam rentang 0.00-0.25 persen. Notulen rapat yang baru dirilis dini hari tadi menegaskan lebih lanjut bahwa kebijakan moneter longgar seperti ini akan diberlakukan hingga perekonomian berhasil memupus dampak pandemi. “Para anggota (rapat FOMC) mencatat bahwa mereka memperkirakan akan mempertahankan kisaran target (suku bunga) ini hingga mereka yakin bahwa perekonomian telah melampaui peristiwa-peristiwa belakangan ini dan berada dalam jalur untuk mencapai target stabilitas harga dan ketenagakerjaan maksimum (yang ditentukan oleh) Komite,” demikian dicatat dalam notulen tersebut. Para anggota FOMC sepakat dampak virus Corona akan “sangat membebani pertumbuhan dalam jangka pendek, dan akan membawa risiko penurunan cukup besar terhadap outlook ekonomi dalam jangka menengah”. Mereka memperkirakan pertumbuhan akan menanjak kembali pada paruh kedua tahun ini, tetapi pemulihan sepenuhnya kemungkinan belum akan terjadi dalam tahun ini. Beberapa anggota FOMC mengemukakan ide kontrol kurva yield (yield curve control) sebagai kebijakan alternatif untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, hal ini masih sebatas wacana. Notulen memaparkan pula bahwa beberapa anggota FOMC menyarankan agar Komite menyampaikan panduan suku bunga ke depan secara lebih eksplisit. Nada notulen FOMC tidak terlalu mengejutkan, mengingat muatannya sekedar memperkuat pernyataan yang disampaikan oleh Ketua The Fed Jerome Powell pada hari Selasa. Dalam testimoninya di hadapan Komite Perbankan Senat, Powell mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mengerahkan semua perangkat yang dimiliki guna menopang perekonomian bersama kebijakan publik lain. Pernyataan Powell tersebut sebenarnya bernada bearish bagi Dolar AS, karena memantik kembali spekulasi seputar kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan ke bawah nol. Akan tetapi, banyak negara lain saat ini telah atau akan menerapkan kebijakan moneter ultra longgar, sehingga imbas jangka pendeknya untuk sementara ini tak terlalu besar bagi Greenback. Sejumlah bank sentral lain, khususnya Bank of Englad (BoE), juga tengah dirumorkan akan menerapkan suku bunga negatif. analisaforexdotcom

Jumat, 08 Mei 2020

8 Mei 2020: NFP Dan Pengangguran AS Diperkirakan Ambyar!

Jum’at, 8 Mei 2020: Hari libur bank-bank di Prancis dan Inggris Jam 08:30 WIB: statement kebijakan moneter RBA kuartal kedua tahun 2020 (Berdampak tinggi pada AUD) Dirilis setiap kuartal, berisi mengenai ekspektasi kondisi perekonomian Australia dan tingkat inflasi. Jika statement dianggap hawkish maka AUD akan cenderung menguat, dan sebaliknya. Statement kebijakan moneter kuartal kedua tahun 2020 bisa dibaca disini. Jam 18:00 WIB: pidato Presiden ECB Christine Lagarde (Berdampak tinggi pada EUR) Presiden ECB Christine Lagarde dijadwalkan berbicara secara online pada konferensi yang diadakan oleh European University Institute. Isi pidato Lagarde bisa dibaca disini. Jam 19:30 WIB: data Non Farm Payrolls AS bulan April 2020 (Berdampak tinggi pada USD) Data Non-Farm Payrolls (NFP) yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS ini mengukur perubahan jumlah tenaga kerja diluar sektor pertanian selama periode sebulan. Data ini merupakan indikator awal bagi pengeluaran konsumen dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, dan menjadi bahan pertimbangan penting bagi The Fed dalam menentukan tingkat suku bunga. Bulan Maret lalu NFP berkurang 701,000 job (atau -701,000 job), jauh lebih rendah dari perkiraan yang akan berkurang 100,000 job, dan yang terendah sejak tahun 2009. Pada bulan Maret 2020 penurunan lapangan pekerjaan terbanyak adalah pada sektor food services, perawatan kesehatan, food services, tenaga profesional, perdagangan dan konstruksi. Pertambahan kasus Covid-19 di AS sepanjang bulan April yang signifikan sangat berdampak pada ketersediaan lapangan pekerjaan, sejalan dengan terhentinya aktivitas ekonomi hampir di semua sektor di seluruh negara bagian. Dengan kondisi tersebut, untuk bulan April 2020 analis memperkirakan NFP akan berkurang hingga 21.4 juta job, sementara perkiraan dari Automatic Data Processing Inc.(ADP) akan berkurang 20.2 juta job (rilis data ADP Non Farm Employment Change tanggal 6 Mei kemarin). Jika perkiraan ini benar, maka akan menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah AS. Selama ini rekor terendah NFP di AS adalah -1.959 juta job yang terjadi pada bulan September 1945. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat. Jam 19:30 WIB: data upah rata-rata per jam di AS bulan April 2020 (Berdampak tinggi pada USD) Data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS setiap bulan ini mengukur perubahan upah rata-rata per jam (Average Hourly Earnings) di seluruh negara bagian AS diluar industri pertanian. Rilis data berupa persentase perubahan rata-rata upah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Upah dikaitkan dengan besaran inflasi guna memperkirakan tingkat biaya hidup. The Fed selalu memperhatikan data upah rata-rata per jam sebagai pertimbangan untuk menentukan suku bunga acuan. Bulan Maret lalu upah rata-rata per jam di AS naik 11 Sen Dollar atau 0.4%, lebih tinggi dari perkiraan yang akan naik 0.2% dan yang tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Dalam basis tahunan (y/y) naik 3.1%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang naik 3.0%. Untuk bulan April 2020 diperkirakan upah rata-rata per jam (m/m) akan naik 0.3%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat. Jam 19:30 WIB: data tingkat pengangguran di AS bulan April 2020 (Berdampak tinggi pada USD) Indikator ini mengukur persentase total tenaga kerja produktif yang sedang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Meski dianggap sebagai indikator lagging, tetapi jumlah pengangguran akan berdampak pada pengeluaran konsumen, jumlah tenaga kerja dan tingkat kepercayaan. Bulan Maret lalu tingkat pengangguran di AS naik menjadi 4.4%, lebih tinggi dari perkiraan 3.8% dan yang tertinggi sejak bulan Agustus 2017. Sementara tingkat partisipasi bulan Maret berada pada angka 62.7%, terendah sejak bulan Agustus 2018. Dengan semakin bertambahnya kasus Covid-19 di AS sepanjang bulan April yang sangat berdampak pada tenaga kerja, ditambah dengan kenaikan Jobless Claims yang sangat tinggi, maka tingkat pengangguran untuk bulan April diperkirakan akan naik tajam menjadi 16.0%. Jika perkiraan ini benar, maka akan menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah AS. Selama ini rekor tertinggi pengangguran di AS adalah 10.8% yang terjadi pada bulan November 1982. Hasil rilis yang lebih rendah dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat. Jam 19:30 WIB: data Employment Change dan tingkat pengangguran di Kanada bulan April 2020 (Berdampak tinggi pada CAD) Jumlah tenaga kerja merupakan indikator awal pengeluaran konsumen yang menunjukkan tingkat aktivitas perekonomian secara keseluruhan, sedang tingkat pengangguran mengukur persentasi jumlah tenaga kerja yang sedang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Dalam waktu yang bersamaan akan dirilis data Employment Change yang menunjukkan perubahan jumlah total tenaga kerja, dan persentase tingkat pengangguran dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Bulan Maret lalu tenaga kerja di Kanada berkurang hingga 1.01 juta job (atau -1.01 juta job), jauh lebih rendah dari perkiraan yang akan berkurang 427,000 job, dan merupakan rekor terendah sejak indikator ini dirilis tahun 1976. Penurunan lapangan pekerjaan terbanyak ada pada sektor akomodasi, food services, informasi, rekreasi pendidikan dan perdagangan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan lockdown di hampir semua provinsi yang menghentikan aktivitas ekonomi. Sementara tingkat pengangguran berada pada angka 7.8%, lebih tinggi dari perkiraan 7.4%, dan yang tertinggi sejak bulan Oktober 2010. Tingkat partisipasi bulan Maret berada pada angka 63.5%, terendah sejak bulan Juni 1979. Dengan masih bertambahnya kasus Covid-19 di Kanada sepanjang bulan April, maka diperkirakan tenaga kerja akan kembali mencetak rekor terendah dengan berkurang 4.125 juta job, dan tingkat pengangguran akan naik tajam menjadi 20.0%. Jika perkiraan ini benar, maka akan menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah Kanada. Selama ini rekor tertinggi pengangguran di Kanada adalah 13.1% yang terjadi pada bulan Desember 1982. Jika hasil rilis pertambahan tenaga kerja lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat pengangguran lebih rendah dari perkiraan maka CAD akan cenderung menguat. Keterangan: Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex. Baca selengkapnya di: https://www.seputarforex.com/analisa/8-mei-2020-nfp-dan-pengangguran-as-diperkirakan-ambyar-292898-21

Survei Reuters: Mata Uang Negara Berkembang Terus Tegang Versus Dolar Baca

Seputarforex.com - Mata uang sejumlah negara berkembang telah mengalami penguatan belakangan ini, setelah sempat luluh lantak versus Dolar AS selama kuartal pertama tahun 2020. Akan tetapi, hasil survei Reuters terbaru menyebutkan bahwa para analis memperkirakan beragam mata uang negara berkembang akan terus bergumul melawan Dolar AS yang relatif lebih kuat dalam tiga bulan ke depan. Hal ini disebabkan karena mencuatnya kembali isu perang dagang AS-China. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melontarkan ancaman baru untuk mengenakan sanksi terhadap China atas tuduhan menjadi biang pandemi virus Corona. Hingga kini, masih belum jelas sanksi seperti apa yang akan dikenakan AS kepada China. Akan tetapi, pelaku pasar sudah mulai ketar-ketir mengantisipasi imbas dari bergolaknya lagi ketegangan antara kedua negara. "Hal ini kemungkinan akan menempatkan cacat serius dalam reli risk-on yang aneh dan berlawanan dengan pehitungan matematis yang kita saksikan sepanjang pekan," ujar Michael Every dari Rabobank. Reuters mewawancarai 56 pakar strategi pasar dalam periode 4-6 Mei. Sebanyak 22 responden menilai mata uang dari pasar-pasar negara berkembang utama -sebagian besar diantaranya mengekspor bahan mentah ke China- berada dalam risiko untuk melemah selama tiga bulan ke depan sementara safe haven tetap populer. Sebanyak 16 responden lain mengatakan nilai tukar akan berkisar seputar level saat ini. Walaupun kondisi pasar belakangan ini sudah lebih kalem, para responden juga berpendapat bahwa volatilitas mata uang lebih tinggi akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Situasi pandemi dan geopolitik global masih menjadi sorotan utama. "Para investor memang kadang-kadang menggunakan mata uang negara berkembang ber-yield rendah sebagai strategi defensif, tetapi ketika minat risiko meningkat, mereka kemungkinan akan mengincar (mata uang) seperti Afrika Selatan yang memiliki nilai nominal dan nilai riil yield tertinggi," kata Mike Keenan dari Absa Capital, "Volatilitas tetap tinggi sejak puncak bulan lalu. (Volatilitas) hanya akan berkurang lebih lanjut jika kita mendapatkan perbaikan dalam situasi COVID dan asalkan ketegangan apa pun antara AS dan China tidak berkobar."

Surplus Trade Balance Australia Meroket, AUD/USD Naik

Seputarforex.com - Pada hari Kamis (07/Mei), Biro Statistik Australia mempublikasikan data Neraca Perdagangan bulan Maret yang mengalami surplus sebesar AUD10.6 miliar, meroket 174 persen dibandingkan surplus periode sebelumnya yang hanya AUD3.87 miliar. Rilis data neraca dagang pagi ini terbilang sangat impresif karena lebih baik dari ekspektasi sebesar AUD6.4 miliar. Lonjakan ini didukung oleh meningkatnya pengiriman barang ke China, setelah perekonomian negara tersebut kembali dibuka selepas lockdown pada bulan Februari lalu. Secara keseluruhan, total Ekspor Australia bulan lalu mencapai AUD42.4 miliar, sementara Impor sebesar AUD31.8 miliar. Eskpor Bijih besi melonjak 30 persen menjadi AUD11.6 miliar, diikuti oleh komoditas Batu Bara dan Gas Alam yang juga mencatat kenaikan solid. Tak ingin ketinggalan, Ekspor Emas melambung hingga 225 persen menjadi AUD3.6 miliar sepanjang Maret. Perkembangan positif ini berpotensi memberikan dorongan kepada perekonomian Australia yang saat ini tengah dirundung perlambatan akibat pandemi Covid-19. "Dengan melihat kondisi surplus necara dagang yang positif, maka kami memprediksi (hal ini) akan berkontribusi terhadap pertumbuhan GDP kuartal pertama sebesar 0.4 persen. Kami melihat lonjakan ekspor komoditas menuju China dapat meng-cover pertumbuhan ekonomi di tengah impor yang menurun... Sehingga kemungkinan besar memberikan kontribusi positif terhadap data GDP kuartal kedua," kata Ben Udy, seorang ekonom di Capital Economics. Rilis positif data Trade Balance Australia bulan Maret seolah memberikan secercah harapan di tengah kondisi suram perekonomian di sana. Sebagai informasi, Bank Sentral Australia (RBA) telah memperingatkan bahwa output ekonomi pada paruh pertama tahun ini kemungkinan akan turun sebesar 10 persen, sementara tingkat pengangguran diprediksi akan melonjak. AUD/USD Naik Dari Level Rendah Harian Pada saat berita ini ditulis, pair AUD/USD berada di 0.6418 atau menguat 0.32 persen dari harga Open harian. Rilis apik data Neraca Perdagangan Australia membantu menyokong pergerakan AUD melawan USD untuk menjauhi level terendah harian, yang sebelumnya tersentuh pada awal sesi perdagangan hari ini di kisaran 0.6379.

GBP/USD Kalem Merespons Pengumuman Bank Sentral Inggris

Pasangan mata uang GBP/USD bergerak nyaris flat seusai pengumuman bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) terbaru tentang suku bunga dan stimulus moneter. Saat berita ditulis pada pertengahan sesi New York (7/5), Pound diperdagangkan sekitar 1.2345. Keputusan BoE selaras dengan ekspektasi pasar, sementara banyak pihak masih menunggu pengumuman rencana pelonggaran lockdown Inggris. GBPUSD Kalem Merespons Pengumuman Bank Sentral Inggris Dalam pengumuman hasil rapat hari ini, BoE memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan sama sekali. Suku bunga dipertahankan pada 0.1 persen, sedangkan skala program quantitative easing (QE) masih berada pada GBP200 Miliar. Meskipun dua orang anggota rapat ingin menambah skala program QE, tetapi keputusan final lebih memilih untuk wait-and-see. BoE memperkirakan pertumbuhan ekonomi Inggris selama semester pertama tahun ini bakal ambruk tajam, disusul dengan kemerosotan laju inflasi pada semester kedua. Bank sentral menilai perekonomian akan cepat pulih setelah beragam peraturan lockdown mulai dilonggarkan. Namun, mengingat tingginya ketidakpastian permintaan masyarakat, bank sentral selalu siap sedia untuk menambah skala pelonggaran moneter jika diperlukan. Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan kepada reporter, “Sebagaimana Anda lihat, dari apa yang kami katakan pada Maret dan apa yang kami katakan hari ini, bahwa jelas ada komitmen dan kesungguhan untuk mengambil tindakan jika kamu perlu melakukannya.” Meski demikian, Bailey menyatakan pula bahwa pihaknya masih menunggu informasi-informasi tambahan dalam beberapa pekan ke depan tentang bagaimana pemerintah akan melonggarkan lockdown dan efeknya terhadap perekonomian. Ia mengisyaratkan bahwa perubahan skala quantitative easing baru dapat dilakukan setelah BoE meninjau rencana pelonggaran lockdown yang kemungkinan akan diumumkan pemerintah dalam pekan ini atau pekan depan. Sejumlah analis memperkirakan bank sentral tetap akan melakukan pelonggaran moneter kelak, meski saat ini memang dianggap terlalu dini. Salah satunya, Kallum Pickering, seorang ekonom dari Berenberg Bank, mengatakan, “Kami memperkirakan BoE akan mengumumkan pembelian aset sebesar GBP200 miliar lagi paling lambat pada rapat bulan Agustus. Dengan menimbang laju pembelian saat ini, dan perpecahan voting dalam rapat Mei, kita kemungkinan sudah akan mendapatkan separuh dari jumlah itu pada rapat Juli.” analisaforexdotcom

Klaim Pengangguran Masih Jutaan, Dolar AS Tertekan Lagi

Indeks Dolar AS (DXY) mencetak -0.23 persen ke kisaran 99.94 pada pertengahan sesi New York (7/5) sehubungan dengan publikasi data klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat yang masih mencetak angka lebih dari 3 juta. Greenback takluk versus hampir semua mata uang mayor, khususnya Dolar Australia dan Yen Jepang. Klaim Pengangguran Masih Jutaan Dolar AS Tertekan Lagi Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah klaim pengangguran awal bertambah 3.16 juta selama pekan lalu. Angka tersebut lebih rendah dari data pekan sebelumnya yang direvisi naik menjadi 3.84 juta klaim, tetapi lebih tinggi dibanding ekspektasi pasar yang dipatok pada 3.00 juta. Secara keseluruhan, pandemi virus Corona telah melahirkan lebih dari 33 juta klaim pengangguran sejak pekan ketiga bulan Maret 2020. Keruntuhan pasar tenaga kerja AS terancam melonjakkan angka pengangguran ke rekor baru sejak era Depresi Besar. “Tingkat pengangguran jelas sekali akan melonjak -kami memperkirakan menjadi 15.8 persen, tetapi kejutan terbesar bisa jadi pada (data) gaji. Data ini menunjukkan perubahan dalam rata-rata pendapatan per-jam. Dikarenakan total 21 juta orang atau lebih yang kami perkirakan kehilangan pekerjaan pada bidang ritel dan hospitality, data akan condong ke distribusi gaji yang lebih rendah. Dengan orang-orang ini menghilang dari perhitungan data, maka rata-rata pendapatan per-jam akan melonjak, kemungkinan melampaui 1 persen dari bulan ke bulan. Ini adalah keanehan statistik dan harus diabaikan. Tidak ada pertumbuhan gaji sama sekali dalam perekonomian AS sekarang,” ungkap James Knightley, kepala ekonom internasional ING Bank. Data pertumbuhan gaji, tingkat pengangguran, dan Non-farm Payroll akan dipublikasikan besok malam. Estimasi konsensus memperkirakan tingkat pengangguran AS mencapai 16 persen, tetapi sejumlah analis menilai angka-nya bisa mencapai lebih dari 20 persen. Seandainya pengangguran mencapai 16 persen saja, maka telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Namun, Gubernur The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, mengingatkan bahwa tak semua klaim pengangguran akan masuk ke data tingkat pengangguran. Keanehan statistik yang satu ini timbul karena semua pengajuan klaim pengangguran diharuskan menyatakan “sedang mencari pekerjaan”, padahal realitanya banyak orang-orang yang hanya terpaksa mengajukan klaim sementara perusahaannya diharuskan berpartisipasi dalam lockdown. analisaforexdotcom

Selasa, 28 April 2020

Kasus Baru Covid-19 Semakin Menurun, AUD/USD Melambung

Dolar Australia menguat cukup signifikan terhadap Dolar AS pada awal pekan (27/April), dipicu oleh membaiknya minat resiko pelaku pasar. Sentimen positif ini ditopang oleh munculnya kabar baik di banyak negara terkait penyebaran Covid-19. Dalam sebulan terakhir, kasus baru Covid-19 sudah semakin menurun drastis di Italia, Spanyol, dan Prancis. Sebelumnya, 3 negara tersebut dianggap sebagai episentrum penyebaran virus Corona di wilayah Eropa. Tidak hanya itu saja, angka kematian akibat Covid-19 di kota New York juga menyentuh angka terendah sejak Maret. Kondisi inilah yang menjadi katalis positif dan mendorong rebound bursa saham AS pada akhir pekan lalu, sehingga berimbas pada membaiknya sentimen perdagangan Asia hari ini. Reli mata uang komoditas pagi ini juga disebabkan oleh aksi profit-taking investor di tengah antisipasi pertemuan bank sentral negara maju, mulai dari Bank Sentral Jepang, ECB, hingga pengumuman kebijakan moneter The Fed. "Pada pekan ini, kita akan menyaksikan seperti apa pernyataan terbaru bank-bank sentral negara maju dan sejauh mana ekonomi makro global dalam menghadapi dampak buruk Covid-19... (Namun) sampai kita benar-benar sudah melewati puncak pandemi dan dapat dengan percaya diri menganggap patogen telah sepenuhnya dapat dikendalikan, maka tetap saja ada potensi terjadinya gelombang kedua infeksi virus," kata Simon Ballard, kepala ekonom First Abu Dhabi Bank. AUD/USD Menguat Kembali naiknya minat risiko pasar menjadi bahan bakar yang mendorong penguatan Dolar Australia terhadap Dolar AS. Hal ini tercermin pada pergerakan pair AUD/USD yang diperdagangkan pada kisaran 0.6433, menguat 0.63 persen dari harga Open harian. Penguatan serupa juga terjadi pada mata uang Dolar NZ dan Dolar Kanada yang berusaha memangkas kerugian terhadap Dolar AS. Pair NZD/USD berada di level 0.6045 (menguat 0.45 persen), sementara dan pasangan mata uang USD/CAD diperdagangkan pada kisaran 1.4071 (melemah 0.17 persen).

BoJ Berikrar Beli Obligasi JGB Tanpa Batas

Dalam rapat kebijakan hari ini (27/April), bank sentral Jepang (BoJ) kembali meningkatkan skala stimulus moneter-nya dalam upaya menopang perekonomian yang dihantam efek virus Corona. Suku bunga dipertahankan pada rekor terendah -0.10 persen sesuai ekspektasi, sedangkan instrumen kebijakan moneter lain dilonggarkan semaksimal mungkin. Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda dan tim-nya mengumumkan perluasan fasilitas pinjaman berbunga ringan untuk lebih banyak bank, meningkatkan skala pembelian obligasi korporat hingga 20 Triliun Yen, serta mencabut batas atas untuk program pembelian obligasi pemerintah (JGB). Komitmen ini dibuat karena skala stimulus sebelumnya dianggap kurang memadai untuk mengatasi kemungkinan penurunan GDP sebesar 3-5 persen selama satu tahun fiskal ke depan. Dalam pernyataannya, BoJ mengungkapkan akan "membeli obligasi pemerintah Jepang dalam jumlah yang diperlukan tanpa menentukan batas atas". Selain itu, BoJ melonggarkan syarat agunan dan menjanjikan pemberian bunga 0.1 persen sebagai insentif bagi perbankan yang meningkatkan penyaluran pinjaman bagi UKM. Nikkei menyebutkan bahwa penghapusan batas atas pembelian obligasi JGB semata-mata merupakan langkah simbolis, karena BoJ telah menjalankan pembelian JGB secara agresif belakangan ini. Akan tetapi, Yuichi Kodama dari Meiji Yasuda Research Institute menilai pernyataan kebijakan tersebut "dapat menghapus kekhawatiran investor tentang keseimbangan supply-demand di pasar JGB, serta pemerintah yang kemungkinan harus berhutang lebih banyak guna menopang perekonomian." Yen Jepang melanjutkan penguatan-nya menyusul pengumuman kebijakan BoJ ini. Saat berita ditulis menjelang pembukaan sesi Eropa, USD/JPY diperdagangkan menurun 0.3 persen di kisaran 107.16. Poundsterling cenderung unggul versus Yen, tetapi EUR/JPY masih bergumul dekat rekor terendah setahun. Grafik USD/JPY Daily via Tradingview.com Ilya Spivak dari DailyFX berpendapat, "Yen telah berjuang menemukan arah yang jelas selama beberapa minggu terakhir. Namun, hampir pasti bahwa mata uang anti-risiko ini belum menderita penurunan sangat besar -misalnya jika dibandingkan dengan Dolar AS yang berkarakter sama- di tengah rebound minat risiko belakangan ini. Tren harga dominan juga terus mengarah lebih tinggi. Secara keseluruhan, hal ini sepertinya memberikan petunjuk tentang preferensi pasar bagi skenario risk-off, setidaknya untuk saat ini."

Kepercayaan Konsumen AS Dan CPI Australia

indeks kepercayaan konsumen AS versi Conference Board (CB) bulan April 2020 (Berdampak tinggi pada USD). Angka indeks kepercayaan konsumen ini dirilis oleh The Conference Board Inc. (CB), berdasarkan survei pada 5,000 rumah tangga sebagai responden yang mewakili konsumen secara umum. Hasil survei menunjukkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap kondisi perekonomian AS saat ini (present situation) dan waktu yang akan datang (expectations), terutama terhadap kondisi bisnis dan ketersediaan lapangan pekerjaan. Indeks rilisan CB mencerminkan kepercayaan finansial dan merupakan indikator awal bagi pengeluaran konsumen. Belanja konsumen sendiri mengambil porsi hampir 70% dari aktivitas perekonomian AS. Indeks CB Consumer Confidence bulan Maret lalu turun menjadi 120.0, masih lebih tinggi dari perkiraan 110.0, tetapi merupakan yang terendah dalam 2 tahun terakhir. Indeks ekspektasi turun dari 108.1 menjadi 88.2, sementara indeks present situation turun dari 169.3 menjadi 167.7. Untuk bulan April 2020, diperkirakan indeks kepercayaan konsumen akan kembali turun menjadi 90.1. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat. Jam 21:00 WIB: indeks Richmond Manufacturing AS bulan April 2020 (Berdampak medium pada USD). Indeks ini dirilis oleh Federal Reserve Bank of Richmond, mengukur kondisi dan ekspektasi bisnis di kawasan industri Richmond yang meliputi District of Columbia, Maryland, North Carolina, South Carolina, dan sebagian besar West Virginia. Indeks dibuat berdasarkan survei terhadap 100 pelaku industri manufaktur mengenai kondisi bisnis saat ini dan harapan mereka untuk waktu yang akan datang. Angka indeks yang positif (lebih besar dari nol) mencerminkan kondisi bisnis semakin baik, sedangkan indeks negatif mencerminkan kondisi yang menurun. Bulan Maret lalu, indeks naik menjadi +2, jauh lebih tinggi dari perkiraan -10, dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang -2. Dengan adanya pandemic Covid-19 di AS yang berdampak pada aktivitas ekonomi termasuk sektor manufaktur, maka indeks manufaktur Richmond untuk bulan April 2020 dipekirakan turun drastis menjadi -41. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung mendukung penguatan USD.

Dolar AS Tertekan Di Tengah Upaya Normalisasi Pasca-Lockdown

Indeks Dolar AS (DXY) tertekan di sekitar 100.00-an di tengah santernya kabar tentang upaya normalisasi aktivitas ekonomi di berbagai negara. Pelonggaran lockdown bertahap telah dimulai oleh sejumlah pemerintahan, sehingga menumbuhkan ekspektasi pemulihan lebih cepat dan meningkatkan minat risiko pasar. Dalam situasi ini, permintaan terhadap Greenback mulai berkurang, khususnya versus mata uang lain yang sudah terlalu undervalued. Dolar Australia menjadi mata uang berkinerja paling unggul hari ini, menempuh reli sekitar 0.30 persen ke kisaran 0.6482 terhadap Dolar AS. AUD/USD telah beranjak sekitar 17 persen dari rekor terendah 17-tahun yang tersentuh bulan lalu. Pelonggaran lockdown dan rebound ekuitas turut berkontribusi dalam reli ini. Beberapa negara bagian Australia telah melonggarkan lockdown di awal pekan karena statistik infeksi virus Corona yang lebih rendah dibanding sejumlah negara lain. Aktivitas turis di pantai Bondi yang terkenal sudah mulai menggeliat kembali. Italia, salah satu episenter pandemi global, bakal memperbolehkan operasional pabrik dan proyek konstruksi mulai tanggal 4 Mei. Beberapa negara lain yang sudah atau akan memulai normalisasi ekonomi bertahap dalam waktu dekat diantaranya New Zealand, Kanada, Jerman, Austria, Prancis, Spanyol, Israel, dan Denmark. Sejumlah negara Timur Tengah juga melonggarkan lockdown sehubungan dengan dimulainya bulan Ramadhan, termasuk Mesir, Bahrain, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Di Amerika Serikat, negara bagian Georgia sudah memperbolehkan aktivitas non-esensial seperti menonton bioskop dan makan di restoran. Negara bagian Alaska, Oklahoma, Minnesota, dan Missisipi pun telah mengambil langkah-langkah untuk menormalisasi kegiatan masyarakat. Meski demikian, sejumlah negara menyatakan akan terus memberlakukan lockdown atau kebijakan serupa dalam kurun waktu lebih lama, antara lain Inggris dan Jepang. PM Inggris Boris Johnson mengingatkan bahwa pelonggaran lockdown masih berisiko terlalu tinggi untuk saat ini. Sementara itu, status darurat nasional Jepang malah kemungkinan akan diperpanjang meski pemerintah tidak memiliki landasan hukum untuk memaksakan lockdown berdasarkan konstitusi yang berlaku.

COVID-19

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Virus Corona - Alodokter Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala. Gejala Virus Corona (COVID-19) Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona. Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu: Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius) Batuk Sesak napas Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Kapan harus ke dokter Segera lakukan isolasi mandiri bila Anda mengalami gejala infeksi virus Corona (COVID-19) seperti yang telah disebutkan di atas, terutama jika dalam 2 minggu terakhir Anda berada di daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau kontak dengan penderita COVID-19. Setelah itu, hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut. Bila Anda mungkin terpapar virus Corona tapi tidak mengalami gejala apa pun, Anda tidak perlu memeriksakan diri ke rumah sakit, cukup tinggal di rumah selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain. Bila muncul gejala, baru lakukan isolasi mandiri dan tanyakan kepada dokter melalui telepon atau aplikasi mengenai tindakan apa yang perlu Anda lakukan dan obat apa yang perlu Anda konsumsi. Bila Anda memerlukan pemeriksaan langsung oleh dokter, jangan langsung ke rumah sakit karena itu akan meningkatkan risiko Anda tertular atau menularkan virus Corona ke orang lain. Anda bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Alodokter agar bisa diarahkan ke dokter terdekat yang dapat membantu Anda. Alodokter juga memiliki fitur untuk membantu Anda memeriksa risiko tertular virus Corona dengan lebih mudah. Untuk menggunakan fitur tersebut, silakan klik gambar di bawah ini. Cek Risiko Infeksi Virus Corona Penyebab Virus Corona (COVID-19) Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia. Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu: Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19 batuk atau bersin Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19 Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19 Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya pada penderita kanker. Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi menginfeksi para tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh karena itu, para tenaga medis dan orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat pelindung diri (APD). Diagnosis Virus Corona (COVID-19) Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan apakah pasien baru saja bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona sebelum gejala muncul. Dokter juga akan menanyakan apakah pasien ada kontak dengan orang yang menderita atau diduga menderita COVID-19. Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut: Rapid test sebagai penyaring Swab test atau tes PCR untuk mendeteksi virus Corona di dalam dahak CT scan atau Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru Pengobatan Virus Corona (COVID-19) Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu: Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit rujukan Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang cukup Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh Komplikasi Virus Corona (COVID-19) Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini: Pneumonia (infeksi paru-paru) Infeksi sekunder pada organ lain Gagal ginjal Acute cardiac injury Acute respiratory distress syndrome Kematian Pencegahan Virus Corona (COVID-19) Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu: Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk kebersihan rumah. Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu: Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu pihak rumah sakit untuk menjemput. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-benar sembuh. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur dengan orang lain. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama orang lain. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke tempat sampah. Terakhir diperbarui: 27 April 2020 (www.alodokter.com/virus-corona)