Rabu, 19 September 2018

CPI Inggris Agustus Naik Ke Level Tertinggi 6 Bulan, GBP/USD Menguat

Kenaikan inflasi konsumen (CPI) Inggris ke level tertinggi sejak Februari 2017 menjadi dorongan bagi Poundsterling untuk menguat terhadap Dolar AS sore ini.

Inflasi konsumen Inggris (CPI) untuk bulan Agustus 2018 naik ke level 2.7 persen (year-on-year) dari sebelumnya di 2.5 persen. Level tersebut juga lebih tinggi daripada ekspektasi pasar di 2.4 persen, sekaligus menjadi level CPI tertinggi Inggris setelah Februari 2018. Kenaikan inflasi sebagian besar disebabkan dari kenaikan tarif angkutan umum, pariwisata dan budaya, serta makanan dan minuman non-alkohol.

gbpusd

GBP/USD Naik

Meningkatnya inflasi konsumen Inggris membuat GBP menguat, karena pengaruh data CPI yang sangat besar pada kebijakan moneter Bank of England. GBP/USD naik melesat ke level 1.3188, dari sebelumnya di level rendah 1.3144.




Consumer Price Index (CPI) adalah indikator fundamental yang mengukur tingkat inflasi, dan sering kali dipakai sebagai patokan untuk menentukan suatu kebijakan ekonomi yang paling efektif di suatu negara. CPI adalah perubahan harga rata-rata di tingkat konsumen pada sejumlah jenis barang dan jasa tertentu.

Pengaruh: High ImpactHigh Impact adalah level tertinggi dalam tingkat pengaruh suatu rilis data terhadap pergerakan harga. Status High Impact menandakan jika suatu rilis data bisa memicu pergerakan signifikan dan perubahan sentiment pasar.
Jadwal rilis: Bulanan (sekitar 16 hari setelah akhir bulan)
Sumber: Office for National Statistics

Li Keqiang: China Tidak Akan Mendevaluasi Yuan Untuk Stimulasi Ekspor

PM China Li Keqiang menegaskan bahwa China tak akan menempuh cara devaluasi mata uang demi menggenjot ekspor.

 Perdana Menteri China Li Keqiang menegaskan bahwa China tidak akan ikut serta dalam persaingan devaluasi mata uang. Pernyataan tersebut diutarakan Li beberapa jam setelah pengumuman rincian kebijakan impor balasan dari China, yang lebih kalem daripada kebijakan impor AS.
Dalam pidatonya di ajang World Economic Forum di pesisir Tianjin Rabu (19/Sep) hari ini, Li memang tidak secara langsung menyebutkan konflik perdagangan dengan AS. Namun, ia mengatakan bahwa dugaan yang menyebut pemerintahan di Beijing sedang melemahkan mata uang, adalah hal yang tidak ada dasarnya.

li-keqiang

"Depresiasi Yuan satu arah hanya akan memberikan lebih banyak kerugian daripada manfaat bagi China," kata Li. "China tidak akan pernah 'turun ke jalan' dengan mengandalkan depresiasi Yuan sebagai stimulasi ekspor."
Artinya, China tidak akan membuang-buang energi untuk mengejar sesuatu yang hanya akan memberikan keuntungan kecil dan uang yang sedikit. Pernyataan tersebut terkesan sebagai sebuah respon tak langsung akan tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa China sedang sengaja mendevaluasi mata uangnya.
Li kemudian melanjutkan pidatonya dengan mengatakan bahwa sistem perdagangan multilateral dunia harus didukung, dan sistem perdagangan unilateral bukanlah cara untuk memecahkan masalah.

Yuan Menguat Terhadap Dolar AS

Menyusul pidato Li Keqiang tersebut, nilai tukar Yuan menguat terhadap Dollar AS, terbukti dari turunnya grafik USD/CNY dari 6.864 ke 6.851.

Menurut catatan analisa Bank of America Merrill Lynch, kemungkinan menurunnya eskalasi perang dagang akan membesar seiring waktu. Terutama, karena peningkatan dampak ekonomi di AS akan membuat tim Trump mengendurkan agresivitas mereka. Selain itu, China pun juga akan menyadari bahwa sulit untuk berintegrasi ke ekonomi global tanpa adanya pengakuan atas model ekonomi spesifik China.

BoJ Pertahankan Kebijakan Moneter, USD/JPY Menguat

Inflasi yang masih sangat lemah membuat Bank of Japan tak bisa mengubah kebijakan moneter longgarnya yang masif. USD/JPY masih menunjukkan penguatan.

Bank of Japan (BoJ) tidak mengubah kebijakan moneternya di hari Rabu (19/Sep) ini, serta masih mempertahankan pandangan yang optimis terhadap perekonomian Jepang. Ekspektasi ini diungkapkan meski Outlook ekonomi masih dibayangi eskalasi perang dagang.
"Ekonomi Jepang masih berekspansi dalam laju yang moderat," tulis BoJ dalam pernyataan kebijakan moneternya yang baru saja dirilis.
Sesuai ekspektasi, BoJ mempertahankan target suku bunga jangka pendek di minus 0.1 persen, dan menjaga yield obligasi 10 tahunan pemerintah di sekitar nol persen. Selain itu, pandangan kebijakan juga tidak mereka ubah sejak bulan Juli; BoJ akan tetap menjaga suku bunga di level sangat rendah untuk jangka waktu yang lebih lama. Hal ini dikarenakan pula oleh inflasi Jepang yang masih lemah. Keputusan untuk mempertahankan kebijakan ini dibuat atas hasil Voting 7:2 yang diikuti para anggota Dewan BoJ. Dua suara kontra datang dari Goushi Kataoka dan Yutaka Harada.

USD/JPY Masih Menguat

Pernyataan Kebijakan Moneter BoJ tak membantu Yen untuk menguat terhadap Dolar AS di tengah perang dagang AS - China. Hal ini terbukti dengan USD/JPY  yang naik ke angka 112.36, dari level 112.26 yang terbentuk pada sesi pembukaan hari ini.




Pernyataan kebijakan moneter (Monetary Policy Statement) Bank of Japan merupakan pengumuman kebijakan Bank Sentral Jepang tentang suku bunga, perkiraan kondisi ekonomi untuk waktu mendatang, inflasi, dan petunjuk-petunjuk mengenai kebijakan moneter selanjutnya.
Pengaruh: High Impact
High Impact adalah level tertinggi dalam tingkat pengaruh suatu rilis data terhadap pergerakan harga. Status High Impact menandakan jika suatu rilis data bisa memicu pergerakan signifikan dan perubahan sentiment pasar.
Jadwal rilis: Awalnya dirilis rata-rata 14 kali dalam setahun, tapi mulai Januari 2016, rilis pernyataan yang biasanya dijadwalkan tentatif ini diubah menjadi 8 kali dalam setahun.

Sumber: Bank of Japan

Dibayangi Perang Dagang, NZD Naik Menyambut Rilis GDP

Dolar NZ terpantau sedikit menguat jelang rilis GDP Rabu (19/9) ini, tapi berpotensi kembali tertekan karena masih dipengaruhi isu perang dagang.

Dolar Selandia Baru sedikit menguat saat mengawali pembukaan perdagangan hari Rabu (19/9). Investor tengah menantikan rilis data GDP Selandia Baru yang akan diterbitkan Kamis besok. Selain itu, sentimen pasar saat ini masih dibayangi oleh gejolak perang dagang, yang kemarin terpicu oleh pengumuman tarif baru AS terhadap barang-barang China.

Pada pukul 8:15 WIB, NZD/USD berada di kisaran 0.658, setelah sempat melonjak hingga level 0.6597. Pegerakan Dolar NZ di pagi ini masih lebih 'optimis' jika dibandingkan dengan sesi Asia hari Selasa kemarin. NZD juga bergerak meninggi terhadap Yen, tapi masih tertekan versus Dolar Kanada. Di tengah penguatan tipis Kiwi terhadap Greenback, sejatinya masih ada potensi pair NZD/USD  kembali tertekan, terlebih jika rilis GDP besok mengecewakan.

Menurut ekonom, pertumbuhan Selandia baru pada kuartal kedua diprediksi akan meningkat 0.8 persen. Sementara dalam basis tahunan (YoY), GDP bisa meningkat sebesar 2.5 persen.
 

Pengumuman Trump Sudah Diantisipasi

Dolar Selandia Baru awalnya sempat terperosok cukup dalam terhadap USD, setelah Trump mengumumkan kenaikan tarif impor untuk barang China sebesar 10 persen, dan akan mulai memberlakukannya pada 24 September mendatang. Ia juga mengungkapkan jika tarif impor akan dinaikkan secara bertahap hingga mencapai 25 persen, terhitung pada tanggal 1 Januari 2019 mendatang.
Mengingat pasar telah mengantisipasi pengumuman Trump tersebut, penurunan NZD tidak terlalu tajam. Selain itu, China kemungkinan akan membatalkan rencana mengirimkan penasihat ekonomi Presiden Xi Jinping ke Washington, yang sedianya diterbangkan untuk melakukan renegosiasi perdagangan dengan AS.
"Dolar Selandia Baru memangkas kerugian ketika China belum mengumumkan aksi balasannya terhadap AS. Kondisi seperti itu tak bisa diperkirakan, karena sewaktu-waktu bisa semakin memburuk," kata Martin Rudings, Senior Dealer valuta asing di OMF.
Kekhawatiran Rudings agaknya tidak terjadi, karena meskipun China telah menyatakan rincian kenaikan tarif impornya terhadap barang-barang AS, Dolar Selandia Baru masih bertahan dan bergerak naik pagi ini.

Sumber : Berita Forex

USD/JPY Naik Setelah China Umumkan Rincian Bea Impor Balasan

China meningkatkan tarif impor terhadap barang-barang AS senilai $60 miliar sebagai balasan atas kebijakan impor AS terbaru. Kebijakan ini berlaku mulai 24 September 2018.

 Dolar AS menguat terhadap Yen Jepang di sesi New York Senin (18/Sep) malam ini, setelah China mengumumkan rincian pembalasan kebijakan impor terhadap produk-produk AS. USD/JPY naik 0.43 persen ke level 112.31 saat berita ini ditulis, meninggalkan level rendah 111.96 yang tercapai di sesi sebelumnya.



Dalam kondisi ketidakpastian akibat perang dagang AS-China sekarang ini, para investor lebih memilih menjadikan Dolar AS sebagai safe haven daripada Yen. Alasannya, AS dengan Dolar AS-nya, memiliki kans lebih besar untuk memenangi pertarungan perdagangan dengan China.

Rincian Bea Impor Balasan China Untuk AS

Melalui Kementerian Luar Negeri-nya, China menyatakan akan menerapkan kenaikan bea impor terhadap barang-barang AS senilai $60 miliar, sebagai balasan atas kebijakan impor AS terbaru. Total produk AS yang dikenakan bea impor adalah 5,207 unit, dengan kisaran tarif 5 dan 10 persen. Level tarif ini lebih rendah dibandingkan dengan rencana. Meski demikian, produk-produk yang dikenai bea impor tidak berubah dari rencana.

tw

Rinciannya, China akan mengenakan bea impor 10 persen pada produk AS yang sebelumnya direncanakan akan dikenai tarif 20 dan 25 persen. Item tersebut meliputi produk-produk yang berkaitan dengan gas alam cair, bijih-bijih mineral, kopi, sampai dengan berbagai jenis minyak untuk konsumsi.
Sementara itu, bea impor 5 persen pada barang-barang yang sebelumnya direncanakan akan dikenai tarif di bawah 5 dan 10 persen. Termasuk dalam kategori ini adalah makanan (sayuran) beku, bubuk kakao, dan barang-barang kimia.
"Trump memaksa kami untuk melakukannya (pembalasan tarif). China selalu menekankan bahwa satu-satunya cara yang benar untuk menyelesaikan masalah perdagangan AS China adalah melalui pembicaraan dan konsultasi, yang digelar secara sejajar, tulus, dan berdasarkan pada nilai-nilai mutual. Namun sekarang, segala yang AS lakukan tidak mencerminkannya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang.

Sama seperti AS, tarif impor ini akan diefektifkan per tanggal 24 September. Kementerian Luar Negeri China menambahkan bahwa apabila AS bersikeras akan menambahkan tarif lagi, maka China akan memberikan tanggapan yang lebih jauh pula.

Sumber : Berita Forex

China Akan Balas Bea Impor AS, Namun Belum Memberi Rincian

China mengaku tak punya pilihan selain membalas kebijakan impor AS kali ini, walaupun belum menguraikan detail kebijakannya.

Menanggapi pengumuman bea impor tambahan dari Presiden AS Donald Trump hari Selasa (18/Sep) ini, Kementerian Perdagangan China menyebutkan bahwa tidak ada pilihan lain kecuali menerapkan kebijakan bea impor balasan. Hal ini meningkatkan risiko terwujudnya ancaman Trump untuk menambah lagi bea impor pada barang-barang China senilai $267 miliar. Namun, pernyataan Kementerian Perdagangan tersebut baru sebatas garis besar tanpa disertai rincian kebijakan balasan.

china

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, juga mengatakan bahwa langkah AS telah menciptakan "ketidakpastian baru" untuk dibicarakan.
"China selalu menekankan bahwa satu-satunya cara yang benar untuk menyelesaikan masalah perdagangan AS-China adalah melalui pembicaraan dan konsultasi, yang digelar secara sejajar, tulus, dan berdasarkan pada nilai-nilai mutual. Namun sekarang, segala yang AS lakukan tidak mencerminkan ketulusan atau niat baik," tambah Geng Shuang.
Geng menolak mengomentari hipotesis tentang kebijakan China terhadap produk-produk AS selanjutnya. Yang jelas, Geng mengatakan bahwa rincian kebijakan akan dirilis pada waktu yang tepat.

Indeks Dolar AS Menguat Tipis

Memasuki sesi Amerika malam ini,Index Dollar AS (DXY) yang mengukur kekuatan Dolar terhadap enam mata uang mayor lain, menunjukkan penguatan tipis di time frame hourly. Indeks tersebut meningkat tipis dari posisi 94.2 ke 94.7. Namun dalam time frame 4 jam, indeks Dolar AS masih berada di level rendah yang terbentuk setelah mengalami kenaikan sesaat di sesi Asia tadi.

"Kecuali kita melihat bahwa perang dagang mulai mempengaruhi konsumen AS secara langsung, maka hal ini (pelemahan Dolar AS) mungkin akan berlanjut dan kita juga harus memantau bagaimana respon China,"
Sumber : Talib Sheikh, analis dari Jupiter Asset Management.





Kurs Rupiah Melemah Di Tengah Perang Dagang AS-China

Kurs Rupiah melemah sampai ke level Rp14,908, disebabkan oleh bea impor baru AS untuk barang China yang baru diumumkan Trump hari ini.

Nilai tukar rupiah turun dan menyentuh Rp14,908 per USD pada hari Selasa (18/Sep) ini, merespon gejolak perang dagang AS-China yang kembali berkobar. Menurut USD/IDR Bloomberg, hari ini kurs Rupiah ditransaksikan pada rentang Rp14,861 per USD hingga Rp14,933 per USD. Sejak awal tahun ini, total depresiasi nilai tukar Rupiah mencapai 10.17 persen. Sedangkan menurut kurs referensi JISDOR BI, nilai tukar Rupiah hari ini berada di posisi Rp14,908, melemah dari sebelumnya di Rp14,859. Kurs Rupiah kemudian berhasil memperbaiki posisinya di akhir sesi perdagangan, karena ditutup menguat di kisaran Rp14,891.

rupiah

Pelemahan Rupiah Karena Faktor Eksternal

Melemahnya nilai tukar Rupiah terjadi walaupun defisit neraca perdagangan Indonesia menyempit. Badan Pusat Statistik telah mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 yang mengalami defisit sebesar 1.02 miliar USD, lebih kecil jika dibandingkan dengan bulan lalu yang sebesar 2.01 miliar USD. Sektor migas berkontribusi banyak terhadap defisit, yakni sebesar 1.66 miliar USD. Sementara itu, sektor non-migas surplus 0.64 miliar USD.
Melemahnya nilai tukar Rupiah hari ini kemungkinan disebabkan oleh faktor eksternal, yakni menguatnya Dolar AS sehubungan dengan pengumuman tarif impor terbaru dari Presiden AS Donald Trump terhadap barang-barang China senilai $200 miliar. Tarif impor yang dikenakan adalah 10%. Kebijakan ini akan mulai efektif per tanggal 24 September 2018, dan di akhir tahun nanti akan naik menjadi 25%.
Trump juga mengancam untuk tak akan segan-segan melancarkan 'fase ketiga', apabila China membalas dengan menerapkan kebijakan yang sama terhadap produk-produk AS. Ancaman Trump tersebut diproyeksi berupa penambahan tarif impor ke barang-barang China senilai $267 miliar.

Nilai Tukar Rupiah Tahun Depan Di Kisaran Rp14,700

Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan bahwa proyeksi BI untuk nilai tukar Rupiah tahun depan berada di rentang Rp14,300-Rp14,700. Sementara perkiraan Kemenkeu sendiri adalah Rp14,400 per USD, dengan pertimbangan bahwa tekanan nilai tukar tahun 2019 tak akan sebesar tahun ini.
"Kondisi global (tahun ini) kita rasakan sekali, Indeks Dolar AS meningkat signifikan karena ekonomi AS meningkat. Dolar dikejar orang, Dolar kembali ke AS,"
 Sumber : Tempo Bisnis

Draghi Tak Singgung Kebijakan Moneter ECB, EUR/USD Turun Tipis

Presiden ECB Mario Draghi berpidato soal kurangnya keamanan jaringan perbankan di seluruh Eropa, tanpa menyinggung kebijakan moneter ECB yang diekspektasikan pasar.

 Dalam pidatonya di Paris Selasa (18/Sep) , Presiden ECB Mario Draghi
berpidato tentang aturan perbankan. Ia mengatakan bahwa kurangnya aturan perlindungan keamanan terhadap jaringan perbankan dan nasabahnya yang mencakup seluruh Eropa, membuat para kreditor menghentikan pemberian pinjaman keluar dari negara asal mereka masing-masing. Selain itu, bank-bank juga menjadi enggan mengambil lebih banyak bisnis dari seluruh Uni Eropa.
Bank-bank Eropa menarik diri dari pasar internasional selama krisis finansial, dan lebih memilih untuk mengambil risiko kecil agar tidak mengecewakan pengawas dan nasabah di pasar terbesar mereka. Deglobalisasi semacam ini nyata terjadi di sejumlah kecil negara di Eropa. Akibatnya, bank-bank yang lebih besar pun kehilangan peluang bagus untuk berkonsolidasi dalam industri finansial.
"Fragmentasi dimulai dengan keputusan bank-bank untuk tidak beroperasi di wilayah yang risk-return pinjamannya mereka nilai tidak cukup untuk mengembalikan modal investasi," kata Draghi.
Selanjutnya, presiden ECB tersebut hanya mengupas masalah perbankan komersial, tanpa menyinggung kebijakan moneter yang diekspektasikan oleh pasar forex.

EUR/USD Turun

Pidato Mario Draghi yang tidak membicarkan masalah kebijakan moneter tersebut membuat EUR/USD turun tipis dari angka 1.1700 ke 1.1675. Selain itu, absennya rilis data ekonomi penting dari Zona Euro sore ini membuat EUR/USD cenderung tidak banyak menunjukkan pergerakan signifikan.





Pidato Presiden ECB dinilai penting oleh para trader karena sebagai pimpinan tertinggi bank sentral Eropa, yang memiliki wewenang mengontrol suku bunga jangka pendek, presiden ECB memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pejabat-pejabat bank lainnya. Pidato yang bersentimen hawkish cenderung menguatkan mata uang Euro.
Pengaruh: Tinggi
High Impact adalah level tertinggi dalam tingkat pengaruh suatu rilis data terhadap pergerakan harga. Status High Impact menandakan jika suatu rilis data bisa memicu pergerakan signifikan dan perubahan sentiment pasar.
Sumber: European Central Bank

Selasa, 18 September 2018

Dolar AS Menguat Tipis Setelah Trump Umumkan Tarif Impor Baru

Presiden Trump akhirnya resmi mengumumkan bea impor tambahan sebesar 10 persen atas barang-barang China. Merespon hal ini, Dolar AS menguat.

Dolar AS sedikit menguat pada hari Selasa (18/9) pagi, setelah sempat melemah sepanjang sesi Eropa dan sesi New York pada perdagangan hari Senin kemarin. Sentimen bullish untuk Dolar timbul setelah Presiden Trump mengumumkan kenaikan tarif baru untuk barang-barang China. Dalam situasi konflik dagang AS-China yang kembali memanas, investor memang lebih memilih Dolar AS sebagai safe haven, karena AS dianggap akan lebih diuntungkan oleh perang dagang daripada China.

Dolar AS Menguat Setelah Trump Umumkan

Presiden Trump secara resmi mengumumkan kenaikan bea impor sebesar 10 persen atas barang-barang China, sesuai dengan prediksi terbaru yang sebelumnya menurunkan ekspektasi kenaikan dari 25 persen menjadi 10 persen. Selain itu, Trump mengancam akan melakukan 'aksi ketiga', apabila China benar-benar melangsungkan 'serangan balasannya'.
Pasca pengumuman, Index Dollar (DXY)  tercatat naik tipis 0.1 persen dan berada di level 94.60. Dolar AS diketahui menguat cukup signifikan terhadap mata uang komoditas seperti Dolar Australia dan Dolar NZ. Akan tetapi, Greenback (sebutan Dolar) terus melemah terhadap Franc Swiss, mengingat eskalasi perdagangan global yang terus meningkat telah mendorong investor beralih ke mata uang safe haven.
Sayangnya, penguatan tipis Dolar tak mampu bertahan lama. Ketika berita ini diperbarui pada pukul 10:19 WIB, Indeks Dolar sudah melemah lagi ke level 94.46.


Cuitan Trump Terkait Kenaikan Tarif Import Baru

Di samping mengumumkan kenaikan tarif sebesar 10 persen atas barang-barang China, Trump juga sempat berkicau di Twitter. Posting yang berasal dari akun terverifikasi milik Presiden AS, @realDonaldTrump, berbunyi sebagai berikut:
Dolar AS Menguat Setelah Trump Umumkan
"(Kenaikan) Tarif telah menempatkan AS dalam posisi tawar yang kuat, dengan (potensi) miliaran Dolar dan pekerjaan akan mengalir ke negara kita. Namun kenaikan yang telah dilakukan sejauh ini hampir tidak terlalu mencolok. Jika negara-negara lain tidak membuat kesepakatan yang adil dengan AS, maka mereka akan "(dikenai) tarif"!

Apa Komentar Analis?

Presiden Trump yang telah mengumumkan bahwa AS akan menaikkan tarif impor sebesar 10 persen atas barang-barang China, ikut mempuruk situasi pasar global. Hal itu pun menyita perhatian berbagai kalangan, termasuk analis.
"Pasar telah bereaksi terhadap berita tentang tarif baru AS-China yang mendorong Dolar menguat terhadap mata uang seperti Euro, Sterling, Dolar Australia, dan Dolar Kanada. Kini perhatian pasar selanjutnya adalah tentang bagaimana reaksi China dalam menanggapi pengumuman Trump tersebut," kata Junichi Ishikawa, ahli strategi senior FX di IG Securities Tokyo.

Poundsterling Naik Tanggapi Perkembangan Soal Perbatasan Irlandia

Satu masalah yang meliputi perbatasan Inggris-Irlandia hampir terpecahkan. Kabar ini dianggap sebagai perkembangan positif Brexit, sehingga Poundsterling menguat.

  Memasuki sesi Amerika, Senin (17/Sep) malam, Poundsterling terus menguat terhadap Dolar AS dan Euro. Mata uang Inggris tersebut terdongkrak oleh laporan perkembangan masalah perbatasan Inggris-Irlandia, yang selama ini menjadi hambatan bagi Brexit.

Metode Baru Pemeriksaan Barang Di Perbatasan Inggris-Irlandia

Sebuah laporan yang dipublikasikan oleh The Times mengatakan bahwa Kepala Negosiator Uni Eropa, Michel Barnier, sedang menyusun rencana kerja untuk meminimalkan pemeriksaan fisik (terhadap barang yang masuk atau keluar) di perbatasan Inggris-Irlandia. Rencananya, pemeriksaan barang akan dikembangkan dengan menggunakan Barcode yang dipasang di kontainer pengiriman.

breixt

Kabar ini muncul menjelang digelarnya pertemuan pertama dari total tiga pertemuan terkait Brexit, yang akan dihadiri oleh pejabat-pejabat tinggi Inggris dan Uni Eropa. Pertemuan tersebut akan membahas teknis keluarnya Inggris secara resmi dari keanggotaan Uni Eropa pada bulan Maret 2019, serta dampak ekonomi yang kemungkinan akan memengaruhi negara-negara tetangga Inggris.
Pasar berharap, pertemuan tersebut dapat menghasilkan kesepakatan--seperti yang sebelumnya pernah diungkapkan oleh Barnier dalam dua bulan ke depan, sehingga Inggris tak perlu merasakan Brexit tanpa kesepakatan.

Poundsterling Terus Naik

Merespon laporan tersebut, Poundsterling menguat terhadap USD dan EUR. Pasangan mata uang GBP/USD  naik 0.2 persen dan diperdagangkan pada kisaran 1.3155, turut ditunjang oleh pelemahan Dolar AS saat ini. Sedangkan EUR/GBP tertekan di level 0.8888 dengan pergerakan yang flat.


"Sterling dapat menunjukkan performa yang bagus pekan ini, jika Uni Eropa memutuskan untuk mengadopsi kebijakan yang lebih fleksibel pada Brexit dalam EU Summit nanti," kata Chris Turner, Kepala Strategi Forex di ING. Turner menambahkan, Pound dapat menguat ke 88.50 pence terhadap Euro.
Namun, analis Ulrich Leuchtmann dari Commerzbank Frankfurt justru mengingatkan risiko lain. Menurutnya, pemulihan Poundsterling dalam beberapa pekan terakhir ini memang cukup tegas, tapi untuk trader yang memperdagangkan Sterling, risiko-risiko pasca hari "H" Brexit juga harus dipertimbangkan.

Sumber :  seputar forex

Inflasi Zona Euro Turun, EUR/USD Tetap Menguat

Dalam basis tahunan (YoY), inflasi Zona Euro untuk bulan Agustus turun ke level 2.0 persen. Meski demikian, EUR/USD menguat menyusul laporan tersebut.

esuai ekspektasi, Final CPI Zona Euro dalam basis Year-on-Year tak berubah dari estimasi Flash CPI untuk bulan Agustus 2018, yakni di angka 2.0%. Namun jika dibandingkan dengan inflasi Zona Euro bulan Juli, maka CPI turun dari 2.1 persen ke 2.0 persen. Prancis menyumbang kenaikan inflasi paling banyak, yakni 2.6 persen, disusul kemudian Spanyol dan Jerman. Laju inflasi tahunan negara tersebut masing-masing berada di 2.2 persen dan 1.9 persen.

cpi zona euro


EUR/USD Menguat Pasca Rilis Final CPI

Menyusul laporan CPI bulan Agustus 2018, EUR/USD naik dari angka 1.1649 ke 1.1661. Hingga berita ini diturunkan, EUR/USD masih melanjutkan kenaikan di level 1.1683:




Consumer Price Index (CPI) adalah indikator fundamental yang mengukur tingkat inflasi, dan sering kali dipakai sebagai patokan untuk menentukan suatu kebijakan ekonomi yang paling efektif di suatu negara. CPI adalah perubahan harga rata-rata di tingkat konsumen pada sejumlah jenis barang dan jasa tertentu. CPI kawasan Euro dirilis 2 kali dalam sebulan, yaitu Flash (data awal) dan Final.
Pengaruh: Tinggi
High Impact adalah level tertinggi dalam tingkat pengaruh suatu rilis data terhadap pergerakan harga. Status High Impact menandakan jika suatu rilis data bisa memicu pergerakan signifikan dan perubahan sentiment pasar.
Jadwal rilis: Bulanan (16 hari setelah akhir bulan)
Sumber: Eurostat

Senin, 17 September 2018

Outlook Mingguan EUR/GBP Di Tengah Isu Brexit

Dengan pemerintah Inggris dan Uni Eropa yang masih dipusingkan dengan kemungkinan Brexit No-Deal, EUR/GBP berpeluang bearish hingga ke area 0.8830.
Apa sebenarnya Chequers Proposal Theresa May?
Juga, mengapa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi bagi Inggris?
Gubernur BoE, Mark Carney, untuk ketiga kalinya memperingatkan Theresa May bahwa jika kesepakatan tidak kunjung tercapai dalam proses negosiasi Brexit, maka skenario terburuknya adalah harga perumahan di Inggris akan runtuh hingga lebih dari sepertiganya. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi perekonomian Inggris, dan bisa menyeret Inggris ke lembah resesi yang parah. Karena jika benar terjadi, dalam kurun waktu tiga tahun mendatang, sulit menaikkan kembali harga perumahan tersebut. Sterling akan merosot nilainya, sehingga BoE harus menaikkan suku bunga.
Carney juga memberikan anjuran kepada Theresa May dan semua menteri seniornya, bahwa BoE berencana untuk sedikit melunak terhadap Uni Eropa pada pertemuan Kabinet khusus di hari Kamis mendatang. Para menteri tersebut tampak khusyuk dan sangat serius mendengarkan dengan diam, ketika Mark Carney dan Philip Hammond menjabarkan kemungkinan suramnya perekonomian Inggris beserta segala konsekuensinya.
Prediksi suramnya hal di atas juga muncul ketika Perancis, melalui Nathalie Loiseau, berunding dengan Brexit Secretary, Dominic Raab. Ia mengatakan akan menghentikan aktivitas transportasi utama, terutama penerbangan dan kereta Eurostar dari dan ke Inggris, jika tidak ada kesepakatan Brexit. Saat ini, negara-negara anggota Uni Eropa sedang melakukan tindakan persiapan pencegahan untuk memastikan tidak adanya kekacauan dalam menyongsong kepergian Inggris.
Sedangkan kepada lingkungan pers,Bank of England menolak berkomentar tentang pengarahan Carney kepada para menteri tersebut.

Reaksi Brussel

Setelah melakukan penilaian yang mendalam terhadap Chequers Proposal Theresa May, sebuah studi internal oleh Komisi Uni Eropa memperkirakan jika Inggris bebas dari peraturan Uni Eropa untuk berdagang di Eropa, maka perusahaan-perusahaan Inggris secara akumulatif akan dapat menghemat EUR6 miliar setiap tahunnya.
Namun, proposal itu justru akan melemahkan pasar tunggal Uni Eropa. Lebih lanjut, Komisi Uni Eropa memetik dan menangkap kemungkinan yang sangat negatif bagi kawasan Euro sebagai akibat dari Chequers Proposal May. Uni Eropa sendiri sebenarnya telah menyiapkan rencana No-Deal Brexit, tanpa kekacauan ekonomi, moneter, dan politik di seluruh Uni Eropa nantinya.

Apa sebenarnya Chequers Proposal tersebut?
Chequers Proposal disusun selama pertemuan Kabinet Theresa May di Chequers pada tanggal 6 Juni, untuk menyusun Blue Print Brexit. Diskusi ini memakan waktu hingga berhari-hari, hingga akhirnya terkumpullah butir-butir penting mengenai bagaimana Inggris nantinya bisa melewati pintu keluarnya dari Uni Eropa.
Inti isinya adalah hasil rekapitulasi pernyataan dari para anggota kabinet, tentang hubungan Inggris dengan Uni Eropa setelah Brexit nanti. Keseluruhan 12 butir itu adalah:



Apa Yang Dimaksud "No-Deal Brexit" Bagi Inggris?

No-Deal Brexit berarti bahwa Inggris akan kembali pada peraturan World Trade Organization untuk berdagang dengan negara manapun yang belum memiliki perjanjian perdagangan dengan Inggris.
Itu berarti, banyak pajak yang harus Inggris bayar, karena beberapa tarif barang lintas batas akan meningkat. Misalnya: suku cadang kendaraan bermotor akan dikenakan pajak sebesar 10%, dan tarif susu bisa lebih dari 35%.

Dampak No-Deal Brexit

Para menteri mempublikasikan laporan tentang kemungkinan dampak sehari-hari dari situasi No-Deal tersebut, salah satunya menunjukkan bahwa 11,000 pengemudi truk yang melintasi perbatasan Inggris setiap harinya akan bermasalah dengan surat izin mengemudi yang sah, untuk menyelesaikan perjalanan mereka dalam mengirimkan barang. Selain itu, tagihan telepon seluler dan suku bunga kredit juga akan naik.
Lebih luas lagi, Inggris terpaksa harus menulis ulang semua perjanjian internasionalnya dari awal, dan itu berarti periode ketidakstabilan perdagangan internasional bakalan panjang di pasaran Inggris. Hal tersebut dikarenakan oleh Inggris yang sangat bergantung pada produk impor. Sementara semua tarif ditulis ulang perumusannya, pasokan barang lambat laun akan habis dan terjadi kekurangan suplai, sehingga dapat memicu kenaikan harga barang-barang konsumen serta menjulangnya inflasi.
Masalah di atas masih dapat diatasi, misalnya dengan menaikkan suku bunga, terutama untuk mengendalikan inflasi. Tetapi, hal ini juga akan menimbulkan masalah lain.
Brexit No-Deal kemungkinan akan menjerumuskan Inggris ke dalam resesi yang buruk, terutama sejak runtuhnya Lehman Brothers 10 tahun yang lalu karena krisis keuangan global 2008. Pemerintah berusaha meyakinkan dan menenangkan masyarakat luas dengan pernyataannya, bahwa persiapan sudah dilakukan untuk menangani semua skenario setelah Inggris benar-benar meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019 mendatang.
Di lain tempat, Carolyn Fairbairn, kepala CBI (Confederation of British Industry) mengungkapkan jika No-Deal Brexit akan menjadi bencana untuk Inggris dan merupakan pukulan besar terhadap bisnis serta industri kecil. Sektor-sektor tersebut tidak dapat mempersiapkan diri dengan baik, dan itu akan menggandakan dampak buruk, baik untuk jangka pendek maupun panjang.
Inggris telah menghabiskan miliaran Pound untuk membiayai persiapan Brexit. Negara tersebut telah menarik diri dari konflik internasional baru-baru ini, dan menunjukkan bukti nyata pengetatan anggaran. Namun, tetap saja sangat sulit mencari solusi guna mengatasi keseluruhan kondisi resesi yang bakal muncul dalam waktu dekat ini, tanpa kesepakatan Brexit. Barangkali, sangat masuk akal jika pada akhirnya terjadi devaluasi besar untuk GBP.
Dari semua hal di atas itulah, maka banyak analis keuangan dan investasi mempertingatkan May akan bahayanya No-Deal Brexit.

No-Deal Is Better Than Bad-Deal!

Menurut saya pribadi, masih lebih baik No-Deal daripada Bad-Deal, yang tentunya akan lebih menyakitkan bagi Inggris, terutama rakyatnya secara keseluruhan.

Analisa Teknikal EUR/GBP



Dari chart H4 in, prediksi EUR/GBP bisa jadi sedikit bullish hingga kurang lebih di sekitar garis PV atau 0.8969, lalu kembali menurun hingga ke S3 atau 0.8830. Harga akan memyempurnakan formasi Head And Shoulders dalam minggu ini, dan besar kemungkinan akan ditutup tidak jauh dari garis Support (warna Lime) di sekitar 0.8854. Memang tidak begitu banyak range yang akan terjadi, tapi cukup menarik bagi para trader yang nyaman dalam ber-Scalping ria di karakter pair seperti ini.


Sumber : Joe Poe

AUD/USD Di Level Rendah 2.5 Tahun Akibat Eskalasi Perang Dagang

Sehubungan dengan makin sengitnya tensi perang dagang AS-China, Dolar Australia diperkirakan mengalami penurunan sampai 0.70 per USD dalam jangka panjang.

Dolar Australia masih tertahan di level rendah dua setengah tahun terhadap Dolar AS. Meningkatnya tensi konflik perdagangan antara China dan AS, membuat mata uang Australia melemah. Presiden AS Donald Trump dikabarkan bakal mengumumkan aturan bea impor tambahan baru pada hari Senin (17/Sep) malam nanti.

aud

China Akan Batalkan Renegosiasi Dan Siap Menyerang

Menurut berita yang dilansir oleh Wall Street Journal, bea impor yang akan diterapkan oleh Trump kali ini kemungkinan hanya sebesar 10 persen, lebih rendah dari yang direncanakan sebelumnya, yakni sebesar 25 persen. China kemungkinan akan membatalkan kehadirannya dalam undangan renegosiasi perdagangan, apabila Trump teteap mengumumkan tambahan bea impornya hari ini.
The Global Times, sebuah tabloid milik Partai Komunis China, menuliskan dalam sebuah editorial bahwa China tidak hanya akan "bermain bertahan" dalam eskalasi perang dagang dengan AS.
"Bukan hal yang baru jika AS terus berusaha memanaskan suasana supaya mendapatkan poin lebih dalam negosiasi," tulis editorial tersebut. "Kami akan menunggu (perkembangan berikutnya) dan kemudian akan bermain cantik dengan metode 'menyerang'. Kami juga akan meningkatkan (serangan) agar AS merasakan sakitnya."

Dolar Australia Menuju Level 0.70

Dalam kondisi eskalasi perang dagang antara AS dan China, Dolar Australia cenderung melemah karena ketergantungan ekspor Australia yang cukup tinggi ke China. Di sesi perdagangan siang ini,AUD/USD naik sedikit dengan diperdagangkan di level 0.7167, tetapi masih tak jauh dari level rendah yang terbentuk di akhir pekan lalu di level 0.7150.



Menurut Bill Evans, analis Westpac, dalam jangka panjang pihaknya memperkirakan Dolar Australia akan mengakhiri tahun 2018 di level 0.72 per Dolar AS. Mata uang tersebut juga akan menjajaki semester pertama 2019 dari level 0.70 per Dolar AS.
"Dalam sebulan ini saja, AUD/USD sudah menurun dari 0.74 ke 0.71, dan saat ini sedang menduduki level 0.715-an. Dalam prediksi kami, Dolar Australia akan mengawali tahun 2019 dari level 0.70, dengan laju yang lebih cepat daripada pekiraan," kata Bill Evans.
"Para investor asing masih gugup untuk masuk ke pasar properti Australia, mengingat tingginya utang rumah tangga dan meregangnya jangkauan beli masyarakat. Selain itu, ketidakpastian politik Australia pasca pergantian pemimpin negara  turut menjadi pertimbangan pasar."

Jelang Pengumuman Tarif Impor, Dolar Pertahankan Kenaikan

Indeks Dolar AS berupaya mempertahankan penguatan, di tengah antisipasi pasar terhadap kemungkinan diberlakukannya tarif tambahan atas barang-barang China pekan ini.

Dolar AS berupaya mempertahankan penguatan terhadap major currencies lain pada hari Senin (17/9), karena dipicu oleh antisipasi investor yang berhati-hati menjelang pengumuman kenaikan tarif impor AS atas barang-barang China. Keresahan ini muncul kembali, meski pada minggu lalu tersiar kabar ketersediaan AS untuk melakukan renegosiasi dagang  yang disambut baik oleh Negeri Tirai Bambu.
Pada pekan lalu, Dolar sempat terperosok menyentuh level paling rendah sejak awal Agustus, dipicu oleh rencana AS yang ingin melanjutkan negosiasi dagang dengan China. Performa Greenback yang awalnya tertekan. Kembali menguat setelah wawancana Reuters kepada sumber terpercaya Gedung Putih pada hari Jumat pekan lalu (14/9). Ia menyebut bahwaPresiden Trump kemungkinan akan mengumumkan tambahan tarif atas barang-barang China sebesar 10 persen pada awal minggu ini (17/9). Kisaran tersebut di bawah rencana awal yang 25 persen.

China Akan Batalkan Pembicaraan Jika Kenaikan Tarif Diberlakukan

China dapat membatalkan rencana pembicaraan lanjutan dengan AS, jika pemerintahan Presiden Trump benar-benar merealisasikan kenaikan tarif impor. Menurut laporan Wall Street Journal, China tidak akan melakukan negosiasi di bawah ancaman.
"Peningkatan eskalasi lebih lanjut terlihat sangat mungkin terjadi, mengingat masih ada peluang diberlakukannya kenaikan tarif sebesar 25 persen, sementara China juga berpontensi menarik diri dari renegosiasi dengan AS," kata Analis JPMorgan dalam sebuah catatan.

Bullish Dolar Disokong Oleh Banyak Faktor

Saat berita ini ditulis, Dolar masih mempertahankan kenaikan, terlihat pada chart Indeks Dolar (DXY) yang saat ini berada pada level 94.91.


Dolar yang kini dilihat pasar sebagai safe haven telah mendapatkan keuntungan dari peningkatan eskalasi masalah dagang antara AS dengan China, Kanada, dan Uni Eropa. Kondisi fundamental Negeri Paman Sam yang terus membaik dalam beberapa bulan terakhir dan kenaikan Yields Obligasi AS, juga telah menarik minat investor, sehingga melemahkan sebagian besar mata uang negara berkembang. Di samping itu, performa Dolar ditopang oleh ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang dijadwalkan pada pertemuan FOMC bulan ini.
Minat pasar terhadap Dolar AS terus meninggi. Mengacu pada data yang bersumber dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) pada hari Jumat pekan lalu, posisi net long untuk Dolar AS mencapai $19.2 miliar.

Trump Bersikeras Tambahkan Bea Impor, Walaupun AS-China Renegosiasi

Dalam pertemuan dengan 3 pejabat penting bidang ekonomi AS, Presiden Trump mengatakan bahwa ia akan tetap menambah bea impor terhadap barang-barang China.

 Seorang nara sumber terpercaya dari Bloomberg mengatakan bahwa Trump telah mengadakan sebuah pertemuan dengan para penasihat ekonomi dan perdagangan AS pekan ini. Pejabat penting yang terlibat dalam pertemuan tersebut antara lain Menteri Keuangan Stephen Mnuchin, Menteri Perdagangan Wilbur Ross, dan Perwakilan Urusan Perdagangan AS Robert Lighthizer.
Dalam pertemuan itu, Trump tegas mengatakan bahwa ia tetap menghendaki bea impor terhadap barang-barang China senilai $200 miliar, sekalipun AS sudah diagendakan untuk renegosiasi perdagangan dengan negara tersebut.

trump

Meski demikian, waktu penerapan tambahan tarif impor tersebut belum dijelaskan. Lagipula, hingga saat ini Trump belum mengesahkan tambahan b a impor meski tenggat waktu yang direncanakan telah lewat. Yang jelas, Mnuchin-lah yang akan menjadi ujung tombak dari renegosiasi AS-China beberapa waktu mendatang.
Pekan lalu, Trump--yang pada Juli 2018 lalu telah mengesahkan bea masuk import 25% terhadap barang-barang China senilai $50 miliar--juga telah mengatakan bahwa ia siap menambahkan bea impor lagi untuk barang senilai $200 miliar, dan $267 miliar lagi jika diperlukan. Hal itu tinggal menunggu pengumuman darinya saja.

Pasar Kembali Dilanda Kekhawatiran

Kabar tentang niat bulat Trump tersebut kembali menjangkitkan kekhawatiran pasar, yang sempat lega akan rencana negosiasi. Sebelumnya, Trump memang sudah menegaskan melalui akun Twitternya, bahwa dalam negosiasi perdagangan dengan China, mereka-lah yang lebih membutuhkan kesepakatan dibanding AS.
Menanggapi cuitan Trump tersebut, editorial surat kabar pemerintah China menyerukan bahwa Trump salah jika menyangka China takut. China tak akan menuruti permintaan AS, karena China punya cukup amunisi untuk perang dagang yang berlangsung lama sekalipun.
Permintaan AS yang dimaksud oleh China tersebut ada tiga hal, antara lain: tuntutan untuk memotong surplus sebesar $375 miliar yang dihasilkan dari perdagangan dengan AS; mengakhiri kebijakan yang dianggap AS bertujuan untuk menguasai teknologi dan kekayaan intelektual AS; serta mengembalikan subsidi untuk industri teknologi.

Sumber : seputar forex

Jumat, 14 September 2018

PM Kanada : Kami Ingin Kesepakatan NAFTA Yang Adil Segera Tercapai

Perdana Menteri Kanada menginginkan kesepakatan NAFTA dapat segera tercapai dan menguntungkan, namun dirinya enggan menjawab secara rinci terkait tenggat waktu yang diberikan AS.
 
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan pada hari Kamis (13/9) bahwa dirinya menginginkan kesepakatan NAFTA yang baik bagi kedua belah pihak dapat segera tercapai sesegera mungkin. Tetapi ketika ditanya mengenai kesetujuan dirinya mengenai akhir September sebagai batas akhir kesepakatan, Trudeau enggan menjawab secara detail.

PM Kanada : Kami Ingin Kesepakatan

Kanada dan AS, sebelumnya sempat mengadakan pembicaraan mengenai cara menyelesaikan konflik perdagangan dan sampai saat ini tengah berjuang untuk mencapai kata sepakat. Sebelumnya, Meksiko yang merupakan anggota lain dari NAFTA telah mencapai kesepakatan dengan AS dan Gedung Putih tidak segan untuk meninggalkan Kanada jika tidak cepat membuat kesepakatan.
“Kami telah melihat berbagai tenggat waktu yang diajukan dalam upaya mencapai kesepakatan NAFTA. Kami akan berupaya mencoba sampai di sana (perundingan dengan AS) secepat yang kami bisa, tetapi kami akan memastikan akan terus berupaya agar tercapai kesepakatan yang baik untuk rakyat Kanada”, kata PM Kanada, Justin Trudeau kepada wartawan di kota Saskatoon.

Kesepakatan Dengan China Akan Sulit Tercapai
Selain dengan Kanada, AS juga sedang terlibat konflik perdagangan dengan China terkait bea import. Kedua negara baik AS maupun China, sebelumnya masing masing telah menaikkan tarif import barang,  namun AS berencana untuk segera memberlakukan tarif tambahan kepada China. Beijing pun mengancam akan melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Alhasil, administrasi Presiden Trump mengundang China untuk melakukan negosiasi lanjutan terkait perang dagang.
Di tengah euforia pasar setelah kabar akan dilaksanakan perundingan lanjut antara AS dan China dibenarkan oleh pejabat Gedung Putih dan China menyambut baik undangan tersebut. Lalu muncul kekhawatiran kembali terkait potensi deadlock pada kesepakatan AS dan China yang akan berlangsung beberapa pekan mendatang, setelah beredar kabar (Surat Kabar yang dikelola Pemerintah China) yang menyebut China tidak akan tunduk terhadap tuntutan AS dalam pembicaraan perdagangan nanti.

Surat Kabar China Daily mengatakan bahwa China akan serius untuk menyelesaikan masalah perdagangan dengan AS, ditengah perlambatan ekonomi dan pasar saham Negeri Tirai Bambu. Namun tetap ada kemungkinan pembicaraan tersebut gagal mencapai kata sepakat, China Daily menambahkan dalam laman Editorial.

“Administrasi Trump menyakini bahwa China akan menyerah kepada tuntutan AS, karena AS memiliki ‘bahan bakar’ yang cukup untuk mendorong perekonomiannya jika perang dagang berlangsung lama. Jika Amerika serikat menaikkan tarif import atas barang China, maka China tidak akan tinggal diam dalam mengambil tindakan untuk melindungi kepentingan China”, kata China Daily dalam lama Editorial.

Di sisi lain, Presiden Trump ikut berkomentar dalam Twitter pribadinya, “Kami sedang tidak berada di bawah tekanan jelang pembicaraan perdagangan, justru mereka (China) yang saat ini dapat tekanan untuk membuat kesepakatan dengan kami. Pasar kami melonjak, pasar mereka ambruk”.

Sumber : Berita Forex

Indeks Dolar Turun Setelah Laporan CPI AS Di Bawah Ekspektasi

Indeks Dolar AS turun setelah CPI dan Core CPI AS dilaporkan naik di bawah ekspektasi. Penurunan ini menyusul penurunan inflasi produsen (PPI) kemarin. 

Consumer Prices Index (CPI) AS naik di bawah ekspektasi pada bulan Agustus 2018. Kenaikan CPI (MoM) hanya 0.2 persen, dibadingkan dengan ekspektasi 0.3 persen. Sedangkan Core CPI (inflasi inti) dalam basis bulanan, naik 0.1 persen, juga di bawah ekspektasi 0.2 persen. Kenaikan Core CPI AS di level tersebut merupakan yang kedua kalinya tahun ini, setelah bulan Mei 2018. Data CPI di bawah ekspektasi ini trerjadi setelah PPI AS kemarin di umumkan

cpi-core

Indeks Dolar AS Turun

Menanggapi laporan tersebut, indeks Dolar AS turun. Indeks yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap 6 mata uang mayor tersebut turun 0.35 persen dan dipedagangkan di posisi 94.63. Indeks Dolar hari ini makin tertekan setelah penurunan tajam dari level psikologis 95 kemarin malam.


Consumer Price Index (CPI) adalah indikator fundamental yang mengukur tingkat inflasi, dan sering kali dipakai sebagai patokan untuk menentukan suatu kebijakan ekonomi yang paling efektif di suatu negara. CPI adalah perubahan harga rata-rata di tingkat konsumen pada sejumlah jenis barang dan jasa tertentu. Sedangkan Core CPI adalah CPI yang tidak memasukkan volatilitas harga makanan dan energi.
Pengaruh: Tinggi
High Impact adalah level tertinggi dalam tingkat pengaruh suatu rilis data terhadap pergerakan harga. Status High Impact menandakan jika suatu rilis data bisa memicu pergerakan signifikan dan perubahan sentiment pasar.

Jadwal rilis: Bulanan (sekitar 16 hari setelah akhir bulan)
Sumber: Bureau of Labor Statistics

ECB Tak Ubah Suku Bunga, Euro Menguat

European Central Bank (ECB) tidak melakukan perubahan suku bunga acuan di bulan September ini. Presiden Mario Draghi optimistis akan kuatnya ekonomi Zona Euro. 

European Central Bank (ECB) tidak melakukan perubahan suku bunga acuan di bulan September ini, sesuai dengan ekspektasi pasar. Bank sentral Zona Euro tersebut masih mengindikasikan akan meneruskan program pelonggaran stimulus hingga akhir tahun ini, dan akan menjaga suku bunga tetap di level rendah sampai pertengahan tahun depan. Meski demikian, ECB secara eksplisit mengonfirmasikan bahwa mereka akan memangkas jumlah pembelian obligasi menjadi 15 miliar Euro (dari 30 miliar Euro) pada bulan Oktober mendatang. Pemangkasan ini melegakan kekhawatiran sebagian pelaku pasar yang sempat mengira pelonggaran moneter ECB tak akan bisa diimplementasikan karena terpengaruh ketidakpastian ekonomi global yang terjadi akhir-akhir ini.

Draghi: Ekonomi Zona Euro Masih Solid

Setelah kebijakan moneter diumumkan, Presiden ECB Mario Draghi menggelar konferensi pers. Draghi menuturkan bahwa ekonomi Zona Euro masih cukup solid untuk menghadapi risiko-risiko global, walaupun pertimbuhan diekspektasikan akan sedikit menurun dengan laju yang lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya. Draghi juga mengatakan bahwa dampak dari isu-isu krisis yang sedang melanda negara-negara berkembang seperti Turki dan Argentina, tidak memberikan dampak yang substansial bagi Zona Euro.

Euro Menguat Terhadap Dolar AS

Menyusul kebijakan moneter ECB, EUR/USD menguat ke angka 1.1691, dari level rendah 1.1622. Saat berita ini ditulis, kenaikan EUR/USD sudah terbentur di level tinggi 1.1699 dan turun sedikit ke 1.1675:


Rapat kebijakan moneter ECB digelar untuk menetapkan suku bunga dan pembelian aset. Suku bunga ECB ditentukan dengan cara Voting di antara 6 anggota ECB Executive Board, dan 15 dari 19 gubernur bank sentral negara-negara kawasan Euro. Hasil Voting akan diumumkan 4 minggu setelah meeting dalam sebuah notulen.
Konferensi pers ECB menghadirkan presiden Mario Draghi untuk menyampaikan penjelasan terkait kebijakan moneter yang baru saja diumumkan. Konferensi pers terdiri atas 2 bagian, yaitu pembacaan statement kebijakan moneter dan proyeksi ekonomi, serta acara tanya jawab.
Pengaruh: Tinggi
High Impact adalah level tertinggi dalam tingkat pengaruh suatu rilis data terhadap pergerakan harga. Status High Impact menandakan jika suatu rilis data bisa memicu pergerakan signifikan dan perubahan sentiment pasar.

Jadwal rilis: 8 kali dalam satu tahun
Sumber: European Central Bank

BoE Pertahankan Kebijakan Agustus 2018, Pound Naik

Para pembuat kebijakan di Bank of England memutuskan untuk mempertahankan suku bunga Ingris bulan ini. GBP/USD naik karena hal tersebut sesuai ekspektasi.

Bank of England (BoE) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga nya di bulan Agustus 2018 ini. Pengumuman kebijakan moneter yang langsung disertai dengan rilis notulen rapat tersebut menghasilkan suara bulat 9-0-0 untuk mempertahankan level suku bunga 0.75 persen.
Selain itu, notulen rapat BoE juga menyatakan sentimen bernada dovish, bahwa kenaikan Rate berikutnya akan dilakukan secara bertahap dan dalam rentang yang terbatas. Keputusan BoE kali ini sesuai dengan ekspektasi pasar, mengingat bulan lalu bank sentral Inggris tersebut sudah menaikan suku bunga dari level 0.5 persen.

GBP/USD Naik

Menyusul kebijakan moneter BoE yang sesuai dengan perkiraan, GBP/USD naik dari level rendah 1.3046, ke 1.3088:
Lee Hardman, analis MUFG mengatakan bahwa BoE mengakui data-data ekonomi Inggris yang terbaru lebih kuat dari ekspektasi. Akan tetapi, bank sentral tersebut ingin menunggu perkembangan Brexit terlebih dahulu sebelum melakukan penyesuaian kembali.

Rapat kebijakan moneter Bank of England (BoE) digelar untuk menetapkan suku bunga dan pembelian aset, yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dalam kebijakan suku bunga berikutnya. Kebijakan BoE disertai langsung dengan rilis notulen, yang berupa hasil Voting untuk target pembelian aset dan penentuan suku bunga. Format hasil Voting adalah: X1-X2-X3, dengan X1 menunjukkan jumlah anggota yang setuju kenaikan pembelian aset atau kenaikan suku bunga, X2 sebagai jumlah anggota yang setuju penurunan pembelian aset atau penurunan suku bunga, dan X3 sebagai jumlah anggota yang tidak ingin ada perubahan.
Pengaruh: Tinggi
High Impact adalah level tertinggi dalam tingkat pengaruh suatu rilis data terhadap pergerakan harga. Status High Impact menandakan jika suatu rilis data bisa memicu pergerakan signifikan dan perubahan sentiment pasar.

Jadwal rilis: Bulanan
Sumber: Bank of England

AUD/USD Naik Merespon Peningkatan Employment Change Australia

Employment Change Australia naik jauh melebihi ekspektasi. Sementara itu, tingkat pengangguran stabil di kisaran 5.3 persen sesuai perkiraan. AUD/USD naik pasca laporan ini. 

 Data Employment Change Australia mengalami kenaikan sebanyak 44,000 di bulan Agustus 2018. Angka tersebut melebihi ekspektasi 16,500, sekaligus menghapus penurunan yang mencapai minus 4,300 pada bulan sebelumnya.

employment-change

Tingkat Pengangguran Australia Stabil

Di sisi lain, Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate) Australia masih stabil di posisi 5.3 persen pada bulan Agustus, karena tren warga yang mencari pekerjaan masih sama dengan bulan sebelumnya. Meski demikian, Tingkat Pengangguran Australia saat ini masih yang terendah sejak September 2017.
audusd

AUD/USD Naik

Kedua Data Ketenagakerjaan tersebut membuat Dolar Australia menguat terhadap Dolar AS. Beberapa saat setelah berita itu dirilis pagi tadi, AUD/USD naik ke level 0.7189 dari 0.7170. Saat berita ini ditulis, Kamis (13/Sep) pukul 13:30 WIB, AUD/USD masih diperdagangkan di level tinggi 0.7189:




Employment Change menunjukkan perubahan jumlah total tenaga kerja, yang merupakan indikator awal bagi pengeluaran konsumen untuk menunjukkan tingkat aktivitas perekonomian secara keseluruhan.


Tingkat pengangguran (Unemployment Rate) adalah indikator ekonomi yang mengukur persentase jumlah tenaga kerja yang sedang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan, dibanding dengan total tenaga kerja selama periode tertentu. Naiknya tingkat pengangguran mengindikasikan pasar tenaga kerja yang kurang sehat, sedangkan turunnya tingkat pengangguran menandakan kondisi pasar tenaga kerja yang membaik.
Pengaruh: Tinggi

High Impact adalah level tertinggi dalam tingkat pengaruh suatu rilis data terhadap pergerakan harga. Status High Impact menandakan jika suatu rilis data bisa memicu pergerakan signifikan dan perubahan sentiment pasar.
Jadwal rilis: Bulanan (15 hari setelah akhir bulan)

Sumber :  N Sabila (Berita Forex)