Dengan pemerintah Inggris dan Uni Eropa yang masih dipusingkan dengan
kemungkinan Brexit No-Deal, EUR/GBP berpeluang bearish hingga ke area
0.8830.
Apa sebenarnya Chequers Proposal Theresa May?
Juga, mengapa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi bagi Inggris?
Gubernur BoE, Mark Carney, untuk ketiga kalinya memperingatkan Theresa May bahwa jika kesepakatan tidak kunjung tercapai dalam proses negosiasi Brexit,
maka skenario terburuknya adalah harga perumahan di Inggris akan runtuh
hingga lebih dari sepertiganya. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi
perekonomian Inggris, dan bisa menyeret Inggris ke lembah resesi yang
parah. Karena jika benar terjadi, dalam kurun waktu tiga tahun
mendatang, sulit menaikkan kembali harga perumahan tersebut.
Sterling akan merosot nilainya, sehingga BoE harus menaikkan suku bunga.
Carney juga memberikan anjuran kepada Theresa May dan semua menteri
seniornya, bahwa BoE berencana untuk sedikit melunak terhadap Uni Eropa
pada pertemuan Kabinet khusus di hari Kamis mendatang. Para menteri
tersebut tampak khusyuk dan sangat serius mendengarkan dengan diam,
ketika Mark Carney dan Philip Hammond menjabarkan kemungkinan suramnya
perekonomian Inggris beserta segala konsekuensinya.
Prediksi suramnya hal di atas juga muncul ketika Perancis, melalui
Nathalie Loiseau, berunding dengan Brexit Secretary, Dominic Raab. Ia
mengatakan akan menghentikan aktivitas transportasi utama, terutama
penerbangan dan kereta Eurostar dari dan ke Inggris, jika tidak ada
kesepakatan Brexit. Saat ini, negara-negara anggota Uni Eropa sedang
melakukan tindakan persiapan pencegahan untuk memastikan tidak adanya
kekacauan dalam menyongsong kepergian Inggris.
Sedangkan kepada lingkungan pers,Bank of England menolak berkomentar tentang pengarahan Carney kepada para menteri tersebut.
Reaksi Brussel
Setelah melakukan penilaian yang mendalam terhadap Chequers Proposal
Theresa May, sebuah studi internal oleh Komisi Uni Eropa memperkirakan
jika Inggris bebas dari peraturan Uni Eropa untuk berdagang di Eropa,
maka perusahaan-perusahaan Inggris secara akumulatif akan dapat
menghemat EUR6 miliar setiap tahunnya.
Namun, proposal itu justru akan melemahkan pasar tunggal Uni Eropa. Lebih lanjut,
Komisi Uni Eropa memetik dan menangkap kemungkinan yang sangat negatif
bagi kawasan Euro sebagai akibat dari Chequers Proposal May.
Uni Eropa sendiri sebenarnya telah menyiapkan rencana No-Deal Brexit,
tanpa kekacauan ekonomi, moneter, dan politik di seluruh Uni Eropa
nantinya.
Apa sebenarnya Chequers Proposal tersebut?
Chequers Proposal disusun selama pertemuan Kabinet Theresa May di
Chequers pada tanggal 6 Juni, untuk menyusun Blue Print Brexit. Diskusi
ini memakan waktu hingga berhari-hari, hingga akhirnya terkumpullah
butir-butir penting mengenai bagaimana Inggris nantinya bisa melewati
pintu keluarnya dari Uni Eropa.
Inti isinya adalah hasil rekapitulasi pernyataan dari para anggota
kabinet, tentang hubungan Inggris dengan Uni Eropa setelah Brexit nanti.
Keseluruhan 12 butir itu adalah:
Apa Yang Dimaksud "No-Deal Brexit" Bagi Inggris?
No-Deal Brexit berarti bahwa Inggris akan kembali pada peraturan
World Trade Organization untuk berdagang dengan negara manapun yang
belum memiliki perjanjian perdagangan dengan Inggris.
Itu berarti, banyak pajak yang harus Inggris bayar, karena beberapa
tarif barang lintas batas akan meningkat. Misalnya: suku cadang
kendaraan bermotor akan dikenakan pajak sebesar 10%, dan tarif susu bisa
lebih dari 35%.
Dampak No-Deal Brexit
Para menteri mempublikasikan laporan tentang kemungkinan dampak
sehari-hari dari situasi No-Deal tersebut, salah satunya menunjukkan
bahwa 11,000 pengemudi truk yang melintasi perbatasan Inggris setiap
harinya akan bermasalah dengan surat izin mengemudi yang sah, untuk
menyelesaikan perjalanan mereka dalam mengirimkan barang. Selain itu,
tagihan telepon seluler dan suku bunga kredit juga akan naik.
Lebih luas lagi,
Inggris terpaksa harus menulis ulang semua perjanjian internasionalnya dari awal,
dan itu berarti periode ketidakstabilan perdagangan internasional
bakalan panjang di pasaran Inggris. Hal tersebut dikarenakan oleh
Inggris yang sangat bergantung pada produk impor. Sementara semua tarif
ditulis ulang perumusannya, pasokan barang lambat laun akan habis dan
terjadi kekurangan suplai, sehingga dapat memicu kenaikan harga
barang-barang konsumen serta menjulangnya inflasi.
Masalah di atas masih dapat diatasi, misalnya dengan menaikkan suku
bunga, terutama untuk mengendalikan inflasi. Tetapi, hal ini juga akan
menimbulkan masalah lain.
Brexit No-Deal kemungkinan akan
menjerumuskan Inggris ke dalam resesi yang buruk,
terutama sejak runtuhnya Lehman Brothers 10 tahun yang lalu karena
krisis keuangan global 2008. Pemerintah berusaha meyakinkan dan
menenangkan masyarakat luas dengan pernyataannya, bahwa persiapan sudah
dilakukan untuk menangani semua skenario setelah Inggris benar-benar
meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019 mendatang.
Di lain tempat, Carolyn Fairbairn, kepala CBI (Confederation of British Industry) mengungkapkan jika No-Deal Brexit akan
menjadi bencana untuk Inggris dan merupakan pukulan besar terhadap bisnis serta industri kecil.
Sektor-sektor tersebut tidak dapat mempersiapkan diri dengan baik, dan
itu akan menggandakan dampak buruk, baik untuk jangka pendek maupun
panjang.
Inggris telah menghabiskan miliaran Pound untuk membiayai persiapan
Brexit. Negara tersebut telah menarik diri dari konflik internasional
baru-baru ini, dan menunjukkan bukti nyata pengetatan anggaran. Namun,
tetap saja sangat sulit mencari solusi guna mengatasi keseluruhan
kondisi resesi yang bakal muncul dalam waktu dekat ini, tanpa
kesepakatan Brexit. Barangkali, sangat masuk akal jika pada akhirnya
terjadi devaluasi besar untuk GBP.
Dari semua hal di atas itulah, maka banyak analis keuangan dan investasi mempertingatkan May akan bahayanya No-Deal Brexit.
No-Deal Is Better Than Bad-Deal!
Menurut saya pribadi, masih lebih baik No-Deal daripada Bad-Deal,
yang tentunya akan lebih menyakitkan bagi Inggris, terutama rakyatnya
secara keseluruhan.
Analisa Teknikal EUR/GBP
Dari chart H4 in, prediksi EUR/GBP bisa jadi sedikit bullish hingga
kurang lebih di sekitar garis PV atau 0.8969, lalu kembali menurun
hingga ke S3 atau 0.8830. Harga akan memyempurnakan formasi Head And Shoulders
dalam minggu ini, dan besar kemungkinan akan ditutup tidak jauh dari
garis Support (warna Lime) di sekitar 0.8854. Memang tidak begitu banyak
range yang akan terjadi, tapi cukup menarik bagi para trader yang nyaman dalam ber-Scalping ria di karakter pair seperti ini.
Sumber : Joe Poe