Seorang nara sumber terpercaya dari Bloomberg mengatakan bahwa Trump telah mengadakan sebuah pertemuan dengan para penasihat ekonomi dan perdagangan AS pekan ini. Pejabat penting yang terlibat dalam pertemuan tersebut antara lain Menteri Keuangan Stephen Mnuchin, Menteri Perdagangan Wilbur Ross, dan Perwakilan Urusan Perdagangan AS Robert Lighthizer.
Dalam pertemuan itu, Trump tegas mengatakan bahwa ia tetap menghendaki bea impor terhadap barang-barang China senilai $200 miliar, sekalipun AS sudah diagendakan untuk renegosiasi perdagangan dengan negara tersebut.

Meski demikian, waktu penerapan tambahan tarif impor tersebut belum dijelaskan. Lagipula, hingga saat ini Trump belum mengesahkan tambahan b a impor meski tenggat waktu yang direncanakan telah lewat. Yang jelas, Mnuchin-lah yang akan menjadi ujung tombak dari renegosiasi AS-China beberapa waktu mendatang.
Pekan lalu, Trump--yang pada Juli 2018 lalu telah mengesahkan bea masuk import 25% terhadap barang-barang China senilai $50 miliar--juga telah mengatakan bahwa ia siap menambahkan bea impor lagi untuk barang senilai $200 miliar, dan $267 miliar lagi jika diperlukan. Hal itu tinggal menunggu pengumuman darinya saja.
Pasar Kembali Dilanda Kekhawatiran
Kabar tentang niat bulat Trump tersebut kembali menjangkitkan kekhawatiran pasar, yang sempat lega akan rencana negosiasi. Sebelumnya, Trump memang sudah menegaskan melalui akun Twitternya, bahwa dalam negosiasi perdagangan dengan China, mereka-lah yang lebih membutuhkan kesepakatan dibanding AS.Menanggapi cuitan Trump tersebut, editorial surat kabar pemerintah China menyerukan bahwa Trump salah jika menyangka China takut. China tak akan menuruti permintaan AS, karena China punya cukup amunisi untuk perang dagang yang berlangsung lama sekalipun.
Permintaan AS yang dimaksud oleh China tersebut ada tiga hal, antara lain: tuntutan untuk memotong surplus sebesar $375 miliar yang dihasilkan dari perdagangan dengan AS; mengakhiri kebijakan yang dianggap AS bertujuan untuk menguasai teknologi dan kekayaan intelektual AS; serta mengembalikan subsidi untuk industri teknologi.
Sumber : seputar forex
Tidak ada komentar:
Posting Komentar