Senin, 17 September 2018

Outlook Mingguan EUR/GBP Di Tengah Isu Brexit

Dengan pemerintah Inggris dan Uni Eropa yang masih dipusingkan dengan kemungkinan Brexit No-Deal, EUR/GBP berpeluang bearish hingga ke area 0.8830.
Apa sebenarnya Chequers Proposal Theresa May?
Juga, mengapa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi bagi Inggris?
Gubernur BoE, Mark Carney, untuk ketiga kalinya memperingatkan Theresa May bahwa jika kesepakatan tidak kunjung tercapai dalam proses negosiasi Brexit, maka skenario terburuknya adalah harga perumahan di Inggris akan runtuh hingga lebih dari sepertiganya. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi perekonomian Inggris, dan bisa menyeret Inggris ke lembah resesi yang parah. Karena jika benar terjadi, dalam kurun waktu tiga tahun mendatang, sulit menaikkan kembali harga perumahan tersebut. Sterling akan merosot nilainya, sehingga BoE harus menaikkan suku bunga.
Carney juga memberikan anjuran kepada Theresa May dan semua menteri seniornya, bahwa BoE berencana untuk sedikit melunak terhadap Uni Eropa pada pertemuan Kabinet khusus di hari Kamis mendatang. Para menteri tersebut tampak khusyuk dan sangat serius mendengarkan dengan diam, ketika Mark Carney dan Philip Hammond menjabarkan kemungkinan suramnya perekonomian Inggris beserta segala konsekuensinya.
Prediksi suramnya hal di atas juga muncul ketika Perancis, melalui Nathalie Loiseau, berunding dengan Brexit Secretary, Dominic Raab. Ia mengatakan akan menghentikan aktivitas transportasi utama, terutama penerbangan dan kereta Eurostar dari dan ke Inggris, jika tidak ada kesepakatan Brexit. Saat ini, negara-negara anggota Uni Eropa sedang melakukan tindakan persiapan pencegahan untuk memastikan tidak adanya kekacauan dalam menyongsong kepergian Inggris.
Sedangkan kepada lingkungan pers,Bank of England menolak berkomentar tentang pengarahan Carney kepada para menteri tersebut.

Reaksi Brussel

Setelah melakukan penilaian yang mendalam terhadap Chequers Proposal Theresa May, sebuah studi internal oleh Komisi Uni Eropa memperkirakan jika Inggris bebas dari peraturan Uni Eropa untuk berdagang di Eropa, maka perusahaan-perusahaan Inggris secara akumulatif akan dapat menghemat EUR6 miliar setiap tahunnya.
Namun, proposal itu justru akan melemahkan pasar tunggal Uni Eropa. Lebih lanjut, Komisi Uni Eropa memetik dan menangkap kemungkinan yang sangat negatif bagi kawasan Euro sebagai akibat dari Chequers Proposal May. Uni Eropa sendiri sebenarnya telah menyiapkan rencana No-Deal Brexit, tanpa kekacauan ekonomi, moneter, dan politik di seluruh Uni Eropa nantinya.

Apa sebenarnya Chequers Proposal tersebut?
Chequers Proposal disusun selama pertemuan Kabinet Theresa May di Chequers pada tanggal 6 Juni, untuk menyusun Blue Print Brexit. Diskusi ini memakan waktu hingga berhari-hari, hingga akhirnya terkumpullah butir-butir penting mengenai bagaimana Inggris nantinya bisa melewati pintu keluarnya dari Uni Eropa.
Inti isinya adalah hasil rekapitulasi pernyataan dari para anggota kabinet, tentang hubungan Inggris dengan Uni Eropa setelah Brexit nanti. Keseluruhan 12 butir itu adalah:



Apa Yang Dimaksud "No-Deal Brexit" Bagi Inggris?

No-Deal Brexit berarti bahwa Inggris akan kembali pada peraturan World Trade Organization untuk berdagang dengan negara manapun yang belum memiliki perjanjian perdagangan dengan Inggris.
Itu berarti, banyak pajak yang harus Inggris bayar, karena beberapa tarif barang lintas batas akan meningkat. Misalnya: suku cadang kendaraan bermotor akan dikenakan pajak sebesar 10%, dan tarif susu bisa lebih dari 35%.

Dampak No-Deal Brexit

Para menteri mempublikasikan laporan tentang kemungkinan dampak sehari-hari dari situasi No-Deal tersebut, salah satunya menunjukkan bahwa 11,000 pengemudi truk yang melintasi perbatasan Inggris setiap harinya akan bermasalah dengan surat izin mengemudi yang sah, untuk menyelesaikan perjalanan mereka dalam mengirimkan barang. Selain itu, tagihan telepon seluler dan suku bunga kredit juga akan naik.
Lebih luas lagi, Inggris terpaksa harus menulis ulang semua perjanjian internasionalnya dari awal, dan itu berarti periode ketidakstabilan perdagangan internasional bakalan panjang di pasaran Inggris. Hal tersebut dikarenakan oleh Inggris yang sangat bergantung pada produk impor. Sementara semua tarif ditulis ulang perumusannya, pasokan barang lambat laun akan habis dan terjadi kekurangan suplai, sehingga dapat memicu kenaikan harga barang-barang konsumen serta menjulangnya inflasi.
Masalah di atas masih dapat diatasi, misalnya dengan menaikkan suku bunga, terutama untuk mengendalikan inflasi. Tetapi, hal ini juga akan menimbulkan masalah lain.
Brexit No-Deal kemungkinan akan menjerumuskan Inggris ke dalam resesi yang buruk, terutama sejak runtuhnya Lehman Brothers 10 tahun yang lalu karena krisis keuangan global 2008. Pemerintah berusaha meyakinkan dan menenangkan masyarakat luas dengan pernyataannya, bahwa persiapan sudah dilakukan untuk menangani semua skenario setelah Inggris benar-benar meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019 mendatang.
Di lain tempat, Carolyn Fairbairn, kepala CBI (Confederation of British Industry) mengungkapkan jika No-Deal Brexit akan menjadi bencana untuk Inggris dan merupakan pukulan besar terhadap bisnis serta industri kecil. Sektor-sektor tersebut tidak dapat mempersiapkan diri dengan baik, dan itu akan menggandakan dampak buruk, baik untuk jangka pendek maupun panjang.
Inggris telah menghabiskan miliaran Pound untuk membiayai persiapan Brexit. Negara tersebut telah menarik diri dari konflik internasional baru-baru ini, dan menunjukkan bukti nyata pengetatan anggaran. Namun, tetap saja sangat sulit mencari solusi guna mengatasi keseluruhan kondisi resesi yang bakal muncul dalam waktu dekat ini, tanpa kesepakatan Brexit. Barangkali, sangat masuk akal jika pada akhirnya terjadi devaluasi besar untuk GBP.
Dari semua hal di atas itulah, maka banyak analis keuangan dan investasi mempertingatkan May akan bahayanya No-Deal Brexit.

No-Deal Is Better Than Bad-Deal!

Menurut saya pribadi, masih lebih baik No-Deal daripada Bad-Deal, yang tentunya akan lebih menyakitkan bagi Inggris, terutama rakyatnya secara keseluruhan.

Analisa Teknikal EUR/GBP



Dari chart H4 in, prediksi EUR/GBP bisa jadi sedikit bullish hingga kurang lebih di sekitar garis PV atau 0.8969, lalu kembali menurun hingga ke S3 atau 0.8830. Harga akan memyempurnakan formasi Head And Shoulders dalam minggu ini, dan besar kemungkinan akan ditutup tidak jauh dari garis Support (warna Lime) di sekitar 0.8854. Memang tidak begitu banyak range yang akan terjadi, tapi cukup menarik bagi para trader yang nyaman dalam ber-Scalping ria di karakter pair seperti ini.


Sumber : Joe Poe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar