Senin, 24 Juli 2017

Prospek Suku Bunga ECB Bantu Euro Menekan Sterling


Kurs euro kembali menguat terhadap pound sterling pada hari Jum’at, mendekati level tertinggi dalam delapan bulan dan menjaga pekan terbaik sejak Oktober.
 
Euro tetap terjaga di jalur penguatannya bukan hanya terhadap sterling setelah para investor semakin meyakini bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) bergeser ke jalur untuk memperketat kebijakan moneter pada tahun depan.

Pada akhir hari Jum’at, euro terus bergerak naik terhadap mata uang UK sehingga EURGBP berakhir positif di 0,8978. Pada basis mingguan EURGBP berakhir lebih tinggi dari penutupan pekan sebelumnya.
Nilai tukar tersebut tertinggi sejak awal November karena pound sterling ketika Presiden ECB Mario Draghi menyampaikan potensi perubahan pada program stimulus ekspansif bank sentral tersebut yang akan dibahas pada musim gugur.

Meskipun Draghi membuka pintu untuk pelonggaran lebih lanjut, para investor menafsirkan komentar Draghi tersebut kurang dovish daripada yang disampaikannya di pertemuan ECB sebelumnya, sehingga euro melonjak hingga mencapai tingkat tertinggi dalam hampir dua tahun terhadap dolar. Sementara terhadap sterling, euro meningkat 2,5 persen terhadap sterling di minggu lalu.

Sterling terus mendapat tekanan selama beberapa hari di pekan lalu. Menurut Derek Halpenny , kepala riset pasar global MUFG di Eropa, mengatakan bahwa pound sterling membukukan performa terburuk di antara mata uang G10 selama lima hari perdagangan terakhir dan telah turun 0,85 persen versus dolar AS, satu-satunya mata uang G10 yang jatuh terhadap dolar AS selama periode tersebut.

Tapi Halpenny mengatakan bahwa dia optimis mengenai mata uang UK karena ia melihat risiko politik berkurang. Dia mencontohkan sebuah laporan penting bahwa kabinet UK dipersatukan atas kebutuhan terhadap masa transisi ketika UK meninggalkan Uni Eropa.

Perdana Menteri UK Theresa May bergerak untuk meredakan kekhawatiran Brexit di kalangan pebisnis UK pada hari Kamis, dengan mengatakan bahwa dia menginginkan “jalan keluar (Brexit) yang lancar dan teratur” dari UE termasuk “periode pelaksanaan untuk menghindari tepi tebing (jurang kehancuran)”.
MUFG adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki perkiraan yang paling bullish di pasar, melihat kurs mata uang UK terhadap greenback bakal mencapai $1,40 pada kuartal kedua tahun depan.

Lembaga keuangan dan investasi lainnya mengambil pandangan yang lebih pesimistis terhadap pound sterling.
Viraj Patel, ahli strategi mata uang ING, berpendapat bahwa pelemahan sterling tidak boleh diremehkan meskipun terjadi penjualan terhadap dolar AS saat ini.
Menurut Patel tanda-tanda peringatan stagflasi ekonomi UK terlihat setelah data-data minggu lalu, sementara euforia soft Brexit yang muncul tak lama memudar karena anggapan bahwa negosiasi Brexit bakal sulit mulai meresapi pasar.

Sumber berita: Reuters

Brexit Bangkitkan Revolusi Industri Inggris


Masalah Brexit memberikan semangat juang bagi kaum industrialis Inggris untuk bangkit membuat sebuah revolusi baru dengan mengembangkan industri energi terbarukan dalam waktu dekat.
 
Pada akhir pekan lalu, Menteri Perindustrian Inggris Greg Clark akan meluncurkan tahap pertama dengan dana sekitar £246 juta pound sebagai bagian strategis pemerintah Inggris dalam meningkatkan produktivitas dan penyebaran kekayaan di seluruh Inggris di sektor pengembangan teknologi baterai.

Setahun sudah referendum Brexit telah dilaksanakan, dengan makin munculnya ketidakpastian masa depan Inggris Raya dalam menghadapi perundingan Brexit dengan Uni Eropa. Inilah yang membuat Clark dan departemennya mengeluarkan kebijakan baru di bidang energi terbarukan agar tidak terlalu ketinggalan dari Perancis dan Jerman.

Seperti kita ketahui bahwa Jerman dan Perancis telah terlebih dahulu mengembangkan industri tersebut, bahkan Perancis telah mempunyai komitmen khususnya di bidang otomotifnya, bahwa kurang dari satu dekade ini, semua industri otomotif Perancis harus mengeluarkan produk yang berbasis energi listrik, baik untuk kendaraan kecil atau ringan sampai kendaraan berat seperti truk atau bis.
Ketertinggalan Inggris dalam hal energi listrik inilah yang memicu Clark untuk segera ikut serta berlomba-lomba mengembangkan energi listrik yang lebih besar. Industri yang berbasis energi listrik tentu memerlukan teknologi penyimpan energi alias baterai yang lebih handal.  

Seperti yang pernah dikembangkan oleh Tesla Motor, sejak satu dekade lebih, perusahaan otomotif berbasis listrik asal AS telah berhasil mengembangkan produk otomotif berteknologi listrik dan telah berhasil mendapatkan tempat di hati konsumen seluruh dunia.

Produk Tesla sendiri kebanyakan di produksi di Los Angeles, California, AS, namun untuk Tesla Roadster telah diproduksi di Inggris dengan kerja sama produksi dengan Lotus Cars di Hethel Inggris.
Inilah yang membuat Clark sangat tertarik mengembangkan tehnologi baterainya, sbegai bentuk mengejar ketertinggalan teknologi serta mendukung kebijaksanaan PM Theresa May yang telah menerbitkan strategi industri di Januari 2017 lalu. Tujuan proposal Clark tersebut guna pendekatan lebih tepat dalam mengembangkan industri utama guna membantu melindungi ekonomi saat Inggris keluar dari Uni Eropa.

Pergeseran atau alih teknologi ini seakan ingin membangkitkan revolusi industri Inggris seiring dengan kompetisi Faraday Challenge yang akan membuat tehnologi lebih bersih seperti pengembangan mobil listrik yang lebih bijaksana dengan membuat desain, pengembangan dan pembuatan baterainya sehingga dapat cepat mendirikan pusat riset baterai di Inggris.

Sumber Berita: Reuters

Fed Sedang Menghadapi Risiko dari Perubahan Kebijakan Moneter Global


Prospek kebijakan moneter yang lebih ketat di Eropa dan negara-negara lain dapat menimbulkan masalah baru bagi Federal Reserve ketika minggu ini menggelar rapat kebijakan untuk memikirkan rencananya untuk mengurangi portofolio obligasi senilai $4,2 triliun yang dibeli setelah krisis keuangan tahun 2008.
 
The Fed membeli Treasury AS dan sekuritas berbasis mortgage (mortgage-backed securities/MBS) selama sekitar enam tahun dalam sebuah program yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) yang mempertahankan suku bunga pada rekor terendah untuk memacu pinjaman dan pemulihan ekonomi.

Namun pada pertemuan bulan Juni tahun ini, saat menaikkan suku bunga untuk ketiga kalinya dalam enam bulan, The Fed juga mengumumkan sebuah rencana untuk memulai dengan membiarkan $6 miliar sebulan dalam bentuk Treasuries jatuh tempo tanpa reinvestasi dan meningkatkan jumlah tersebut dalam interval tiga bulan hingga mencapai $30 miliar.
Demikian pula, The Fed mengatakan akan menurunkan utang agensi dan MBS sebesar $4 miliar per bulan sampai mencapai $20 miliar.

Bank Sentral Eropa (ECB) juga tampaknya akan memutuskan di akhir tahun ini kapan harus mengurangi pembelian obligasi bulanannya. Ketika Presiden ECB Mario Draghi pertama kali mengisyaratkan prospek tersebut di bulan lalu, imbal hasil obligasi dunia meningkat tajam untuk sementara waktu.
Selain itu, bank sentral Kanada (BoC) telah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun bulan ini dan Bank of England (BoE) diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada tahun depan untuk mengatasi kenaikan inflasi.

The Fed memimpin dalam pengetatan kebijakan moneter karena ekonomi global pulih dari resesi 2008 namun sekarang harus menghitung bagaimana rencana-rencana bank sentral lainnya tersebut dapat mempengaruhi kebijakan The Fed sendiri.
Sementara ekonomi Eropa yang lebih kuat disambut baik oleh The Fed, mengurangi risiko terhadap ekonomi global, sebuah langkah dari bank sentral utama untuk mengetatkan kebijakan moneter secara bersamaan adalah langkah yang belum terlihat selama satu dekade.
Efek dari lonjakan ECB tidak terbatas ke negara-negara zona euro, menurut Roberto Perli, analis dari Cornerstone.

Komentar Draghi pada bulan Juni mendorong imbal hasil Treasury 10-tahun paling banyak sejak pemilihan presiden AS November lalu, dan sebuah langkah ECB untuk menghentikan pencetakan uang (money printing) dapat memaksa The Fed untuk memperlambat rencananya karena khawatir kondisi keuangan akan semakin ketat.

Ketika para pembuat kebijakan The Fed bertemu pada tanggal 25-26 Juli, mereka harus memutuskan tanggal untuk mulai untuk mengurangi kepemilikan obligasi mereka atau memberi lebih banyak waktu untuk mengevaluasi apa yang oleh Gubernur Fed Lael Brainard baru-baru ini disebut sebagai “titik balik” dalam kebijakan moneter global yang dapat mempengaruhi ekonomi pertumbuhan.
Rencana The Fed untuk mengurangi portofolionya mungkin akan mendorong imbal hasil obligasi jangka panjang, menaikkan suku bunga pinjaman jangka panjang untuk bisnis, dan mengarah pada suku bunga KPR yang lebih tinggi untuk industri perumahan.

Sumber berita: ForexSignal88, Newsmax Finance

Yen dan Dolar Australia Bertahan Dari Gempuran Greenback

 
Pada perdagangan pasar uang hingga jelang pasar Eropa dibuka siang ini, secara umum dolar AS berusaha bertahan dari gempuran mata uang utama Asia pasca goyangnya pemerintahan Trump di akhir pekan lalu.
 
USDJPY untuk sementara berada di level 111,11 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 111,12. Untuk mata uang Australia, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7920, dibanding penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 0,7913. Untuk mata uang China, yuan, atau USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,7551 setelah tadi pagi ditutup di level 6,7563.

Mundurnya juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, menambah deretan ketidakstabilan politik atau pemerintahan Presiden Donald Trump untuk kesekian kalinya sejak menjadi presiden AS di Januari lalu.
RUU sanksi terhadap Rusia, Korea Utara dan Iran diikuti pula belum berhasilnya RUU kesehatan yang telah terkatung-katung cukup lama membuat jalan panjang retorika politik di AS membuat mata uangnya terkoyak-koyak. Tentu belum tuntasnya agenda-agenda Trump yang diikuti skandal-skandalnya yang muncul, memberikan ruang bagi yen untuk dijadikan tempat pengaman sesaat atau safe haven bagi perdagangan mata uang dunia.

Hal ini sebagai bentuk lanjutan bagi penguatan yen yang di sepanjang pekan lalu mata uang yen ini mengalami penguatan yang signifikan setelah BoJ masih mempertahankan negative interest policy-nya dalam jangka waktu yang akan panjang karena dalam meeting suku bunga kemarin BoJ memperkirakan bahwa 2020 adalah waktu untuk mengevaluasi suku bunga tersebut.
Aksi beli yen juga diikuti pada mata uang utama Asia lainnya seperti dolar Australia dan China yuan siang ini terkait juga dengan situasi di AS yang belum kondusif dimana sejenak investor melihat kembali melunturnya kredibilitas Trump sehingga investor untuk sementara semakin khawatir terhadap masa depan agenda ekonomi Trump lainnya.

Situasi safe haven yen yang tetap berlanjut diperlihatkan setelah Bank of Japan pekan lalu tidak merubah kebijakan suku bunga negatifnya dan tetap melaksanakan pembelian aset-asetnya kembali atau paket stimulus senilai kurang lebih ¥80 trilyun atau setara dengan $714 milyar.
BoJ memang sedang menyoroti lemahnya inflasi tahunan di Jepang dan masih jauh dari target bank sentral, namun hal ini memang tidak perlu dirisaukan banyak investor dimana fenomena inflasi yang rendah sedang melanda di seluruh bagian didunia ini.

Perihal suku bunga dunia sedikit dikesampingkan dolar Australia yang hari ini mengalami penguatannya meski tipis. Semua terkait dengan wacana RBA yang akan menaikkan suku bunganya pasca penjelasan hasil rapat suku bunga minggu ini serasa bernada hawkish alias investor sangat yakin dengan penjelasan yang menyatakan ekonomi Australia akan nyaman dengan kondisi sekarang.
Namun deputi gubernur RBA Guy Debelle akhir pekan lalu menyatakan bahwa pasar jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa kenaikan suku bunga beberapa bank sentral dunia, seperti the Fed dan BoC serta akan ECB, lalu akan diikuti RBA. Debelle mengingatkan pasar bahwa hal tersebut bisa membuat dolar Australia bisa menguat namun terbatas.

Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg, ForexSignal88.com

Inflasi Inti Australia Diperkirakan Tetap di Bawah Target


Tingkat inflasi inti Australia diperkirakan berada di bawah target untuk kuartal keenam berurutan hingga periode April-Juni, sebuah penjelasan mengapa suku bunga negara ini berada pada posisi terendah dan akan bertahan di sana selama berbulan-bulan yang akan datang.
 
Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks harga konsumen (CPI) naik sekitar 0,4 persen pada kuartal kedua, yang akan mendorong tingkat tahunan naik menjadi 2,2 persen.
Biro Statistik Australia (ABS) dijadwalkan untuk merilis laporan tersebut untuk periode tiga bulan sampai Juni pada tanggal 26 Juli.

Kenaikan biaya mungkin terlihat pada perumahan dan kesehatan, sementara harga bensin dan mobil turun di kuartal tersebut. Kenaikan terbesar terjadi karena kerusakan pada tanaman buah dan sayuran oleh badai Debbie, yang para analis ANZ perkirakan akan menambahkan 0,2 persen poin ke CPI di kuartal tersebut.
Namun mereka juga mencatat bahwa ahli statistik pemerintah (ABS) lebih banyak memanfaatkan data pemindai di pasar swalayan untuk mengukur volume barang yang dijual dan bukan hanya harganya. Jika konsumen mengganti barang lebih murah dengan harga yang melonjak, hal itu bisa membatasi dampak ke atas pada CPI.
Untuk menghapus pengaruh tersebut, Reserve Bank of Australia (RBA) melihat berbagai ukuran harga pokok.
Para analis memperkirakan inflasi yang mendasari naik sekitar 0,5 persen di kuartal ini, yang akan membuat laju tahunan terjebak di sekitar 1,75 persen.
Hasil seperti itu berarti inflasi yang mendasari berada di bawah kisaran target RBA yaitu 2-3 persen sejak awal 2016, dan belum pernah berada di atas kisaran itu dalam tujuh tahun.
“Kami memperkirakan CPI kuartal 2 akan memastikan bahwa tekanan inflasi telah stabil, meskipun kami terus melihat kenaikan yang sangat bertahap dari sini,” kata ekonom senior ANZ Jo Masters.
Masters menambahkan, “Memang, pada perkiraan kami, inflasi inti ditetapkan untuk tetap di bawah 2 persen sampai akhir 2018.”

Kenaikan tajam harga listrik dan gas diperkirakan akan menambah CPI kuartal ini, namun semua itu juga menjadi faktor pada perhitungan pajak atas pendapatan rumah tangga dan daya beli.
Banyak hambatan bagi inflasi Australia termasuk pertumbuhan upah yang rendah dan kenaikan dolar Australia belakangan ini.

RBA sendiri meragukan inflasi akan kembali ke 2 persen untuk satu tahun lagi atau lebih, namun telah memutuskan untuk memotong suku bunga lagi karena takut menimbulkan gelembung berbasis hutang di pasar perumahan Sydney dan Melbourne.

Tidak ada pembuat kebijakan yang terburu-buru untuk mulai menaikkan tingkat bunga 1,5 persen. Berbicara pada minggu lalu, Deputi Gubernur RBA Guy Debelle berpendapat tidak ada alasan otomatis bagi Australia untuk mengikuti beberapa rekannya (bank sentral utama lainnya) dalam pengetatan moneter.
Kekuatan global yang mempertahankan suku bunga rendah akan “terus melakukannya untuk masa yang akan datang,” kata Debelle, yang menghempaskan desas-desus di pasar tentang kenaikan suku bunga Australia menjelang akhir tahun.

Sumber berita: Reuters

Kamis, 06 Juli 2017

Dolar Australia Bergerak Lesu Pasca Data, Yen Ragu Menguat


Pada perdagangan pasar uang hingga jelang pasar Eropa dibuka, dolar AS nampaknya sedang menghindari tekanan yang dahsyat dari mata uang Asia Pasifik setelah data perdagangan Australia yang membaik dan tensi geopolitik di Korea belum berakhir.
 
USDJPY untuk sementara berada di level 113,14 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 113,23. Untuk mata uang Australia, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7601, dibanding penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 0,7603. Untuk mata uang China, yuan, atau USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,8035 setelah tadi pagi ditutup di level 6,7948.

Tekanan dari dolar AS terhadap mata uang utama Asia nampaknya akan terjadi kembali pada perdagangan hari ini jelang rilisnya data tenaga kerja AS yang akan dimuali nanti malam hingga akhir pekan ini.
Bangkitnya greenback ini seakan mengingatkan kembali wacana the Fed di pertengahan bulan lalu dimana kala itu the Fed merilis suku bunga yang baru, yaitu naik 25 basis poin ke 1,25% dan kemungkinan besar suku bunga the Fed sekali lagi akan dinaikkan di tahun ini dan 3 kali di tahun berikutnya.

Kala itu greenback sungguh perkasa terhadap mata uang utama Asia Pasifik, apalagi beberapa pejabat the Fed masih berupaya untuk menyakinkan pasar bahwa suku bunga the Fed masih akan naik meskipun inflasi AS sedang turun. Pejabat-pejabat the Fed menyatakan bahwa suku bunga AS harus naik demi menjaga ekonomi AS agar tidak terlalu memanas. Persoalan inflasi yang cenderung menurun, menurut mereka tidak perlu dirisaukan karena sektor tenaga kerja AS sedang mempunyai tren yang ketat.

Dengan kondisi tenaga kerja yang ketat maka secara otomatis bisa membangkitkan belanja konsumen dan akhirnya juga akan mendukung perlahan-lahan laju pertumbuhan dan laju harga atau inflasi AS. Nanti malam akan kita lihat prospek tenaga kerja AS di bulan lalu, apakah mendukung kenaikan suku bunga the Fed lebih lanjut ataukah tidak.

Dolar Australia sementara ini masih bergerak ragu meski data surplus neraca perdagangan melonjak tajam di bulan lalu karena lonjakan ekspor batubara Australia yang meningkat tajam pasca cuaca buruk di Australia pada bulan lalu.
Keraguan ini muncul karena investor sedang melihat perkembangan harga minyak dunia yang cukup sulit bergerak positif. Semalam harga minyak turun tajam kembali karena Rusia keberatan terhadap rencana penambahan kuota pemangkasan produksi minyak. Seperti kita ketahui bahwa dolar Aussie merupakan mata uang komoditi bareng dengan loonie atau dolar Kanada.

Sedangkan yen sejauh pergerakan hari ini masih tampak ingin menguat namun sangat susah. Penguatan yen tadi pagi sebagai bagian dari aksi safe haven mata uang lanjutan karena tensi geopolitik di Semenanjung Korea masih belum berakhir.
Yen sendiri memanfaatkan momentum jelang meeting G20 di akhir pekan ini untuk meletakkan landasan harga sebelum di acak-acak oleh data tenaga kerja AS yang kemungkinan besar akan membaik dan sangat mendukung kenaikan suku bunga the Fed lebih besar.

Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg

May akan Kembali Dekati Trump di Pertemuan G20


Perdagangan akan menjadi masalah besar bagi UK setelah perundingan Brexit mulai bergulir. Banyak pakar beropini isu perdagangan akan menguras waktu, energi dan dana UK karena pihak UE tidak akan rela untuk begitu saja membuka akses bagi barang dan jasa UK untuk masuk ke blok perdagangan tersebut semudah saat UK masih menjadi anggotanya.
 
Sebagai gantinya, UK berupaya keras untuk dapat meraih kesepakatan perdagangan bilateral dengan negara-negara lain, terutama dengan AS dan China. Keanggotaan pada Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (European Free Trade Association/ Efta) juga menjadi alternatif bagi UK setelah nanti resmi keluar dari UE.
Sebagai langkah penting, seorang pejabat pemerintah UK mengatakan kepada AFP, bahwa Perdana Menteri Theresa May akan kembali mendekati dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump di sela-sela KTT G20 yang dilaksanakan di Hamburg.
Pertemuan bilateral pada hari Jum’at karena kedua pemimpin itu sama-sama menghadapi tantangan berat di panggung dunia, dengan PM May tersandung oleh proses Brexit dan Trump sedang menghadapi penyelidikan terhadap beberapa asistennya untuk kemungkinan hubungan dengan Rusia pada pemilihan presiden tahun lalu.
Pertemuan G20 di Jerman kemungkinan akan didominasi oleh isu pengujian coba rudal balistik antarbenua Korea Utara yang jangkauannya bisa sampai ke AS, mendorong Trump untuk menyatakan bahwa dia telah kehabisan “kesabaran” dengan rezim Pyongyang.
Pada malam puncak, Trump akan bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, sementara pada hari Jum’at ia akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Presiden AS dikabarkan telah mendarat di Eropa kemarin malam, memulai perjalanan empat hari di Warsawa di mana dia akan dipandu oleh Presiden Polandia Andrzej Duda.
Tur kedua Trump menyusul kunjungannya ke Italia pada bulan Mei untuk KTT G7, di mana dia bentrok dengan para pemimpin dunia lainnya mengenai perubahan iklim.
Dikabarkan pula PM May akan kembali membahas soal perubahan iklim global tersebut dengan Trump di pertemuan G20 tersebut karena bagaimanapun juga UK tetap memegang komitmennya terhadap isu tersebut dan Perjanjian Paris.
Sebelumnya beberapa bulan lalu sudah terlihat eratnya hubungan antara PM May dengan Trump. Hanya beberapa hari setelah Trump dilantik, PM May pun mendarat di Washington. Namun kunjungan PM May tersebut mendapat banyak kritik di dalam negeri, dengan sebuah petisi menentang tawaran May ke Trump untuk kunjungan kenegaraan ke London yang menghimpun lebih dari 1,8 juta tanda tangan.
Kantor perdana menteri UK mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui rencana Trump untuk mengunjungi UK dalam beberapa minggu ke depan, menyusul laporan bahwa presiden AS tersebut akan mendarat di London dalam waktu singkat untuk menghindari demonstrasi massa.

Sumber berita: Firstpost.com, AFP

Keretakan di Tubuh Federal Reserve


Pembuat kebijakan Federal Reserve semakin terpecah pada prospek inflasi dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi laju peningkatan suku bunga di masa depan, demikian menurut risalah rapat kebijakan terakhir Fed pada 13-14 Juni yang dirilis pada hari Rabu waktu AS atau Kamis dini hari tadi.
 
Rincian pertemuan tersebut, di mana saat itu bank sentral AS memutuskan untuk menaikkan suku bunganya, juga menunjukkan bahwa beberapa pejabat ingin mengumumkan proses pengurangan portofolio obligasi Treasury dan sekuritas berbasis surat utang Fed pada akhir Agustus tetapi yang lain ingin menunggu sampai suatu saat di tahun ini.
Menurut Fed dalam risalah tersebut, “Sebagian besar peserta melihat pelemahan baru-baru ini dalam data harga ini karena sebagian besar mencerminkan faktor khusus ... namun beberapa peserta menyatakan kekhawatiran terhadap progres itu ... mungkin telah melambat dan bahwa pelemahan inflasi baru-baru ini mungkin bertahan.”

Komite tersebut mempertanyakan mengapa kondisi keuangan tidak diperketat meskipun ada kenaikan tingkat suku bunga baru-baru ini dan beberapa mengatakan bahwa harga ekuitas ikut meningkat.
Harga saham AS sedikit meningkat pada akhir perdagangan sementara imbal hasil utang pemerintah AS tergelincir. Dolar AS sedikit berubah terhadap sejumlah mata uang.

Pemungutan suara pada bulan lalu hasilnya adalah 8 berbanding 1 untuk menaikkan suku bunga acuan seperempat persen lagi, yang kedua tahun ini, mengisyaratkan kepercayaan Fed terhadap pertumbuhan ekonomi AS dan dampak inflasi pada rendahnya pengangguran akhir-akhir ini.
Dalam sebuah konferensi pers pada saat itu, Ketua Fed Janet Yellen menggambarkan penurunan inflasi baru-baru ini sebagai hal yang bersifat sementara dan bank sentral AS mempertahankan perkiraan untuk satu kenaikan tingkat suku bunga lagi tahun ini dan tiga lagi di tahun berikutnya.

Meskipun demikian beberapa pembuat kebijakan sejak saat itu telah menunjukkan kekhawatiran yang meningkat tentang perjuangan Fed untuk mengangkat inflasi kembali ke tingkat target 2 persen.
Pengukuran inflasi yang menjadi favorit Fed turun pada bulan Mei menjadi 1,4 persen, demikian laporan Departemen Perdagangan pada hari Jumat lalu, dan telah berada di bawah target selama lebih dari lima tahun.

Pada risalah tersebut, beberapa pembuat kebijakan juga mengatakan bahwa kelemahan inflasi membuat mereka kurang nyaman dengan jalur kenaikan suku bunga saat ini.
Risalah Fed menyebutkan, “Peserta ini menyatakan keprihatinan bahwa jalur kenaikan seperti itu ... mungkin terbukti tidak konsisten dengan kembalinya inflasi yang berkelanjutan.”
“Pandangan ini menunjukkan bahwa kenaikan tingkat ketiga tahun ini tetap menjadi kasus dasar yang solid, namun kenaikan seperti itu tidak mungkin terjadi sebelum pertemuan Desember,” demikian pendapat Roberto Perli, seorang ekonom di Cornerstone Macro.

Sumber berita: Reuters

Dolar AS Relatif Stabil Pasca FOMC Meeting Minutes


Dolar AS turun tipis namun relatif stabil terhadap rival-rivalnya pada awal hari Kamis setelah catatan atau notulen dari pertemuan kebijakan Federal Reserve dan kini pasar menunggu komentar dari pejabat-pejabat bank sentral serta data-data ekonomi AS untuk mencari isyarat berikutnya.
Dolar AS sedikit berubah pada ¥113,24 yen, mundur dari titik tertinggi dalam tujuh minggu di ¥113,69 yang dicapai semalam.

Euro beringsut turun 0,1 persen menjadi $1,1339 dan masih di dekat level terendah dalam satu minggu di $1,1313 yang disentuh pada hari Rabu.
Greenback telah rally di awal minggu ini setelah indikator ekonomi AS yang optimis mengangkat imbal hasil Treasury ke level tertinggi multi-pekan.
Tapi langkah bullish greenback tertahan setelah catatan dari pertemuan kebijakan The Fed pada 13-14 Juni dirilis pada hari Rabu waktu AS atau Kamis dini hari tadi waktu Indonesia yang menunjukkan keretakan di antara para pembuat kebijakan The Fed atas laju kenaikan tingkat suku bunga AS di masa depan dan mengecewakan sebagian bulls dolar AS.

Masafumi Yamamoto, kepala strategi valas di Mizuho Securities di Tokyo, berpendapat bahwa secara keseluruhan notulen pertemuan Fed itu terdengar hawkish karena salah satunya disebutkan rencana untuk pengurangan neraca dalam waktu dekat. Namun dolar AS masih tergelincir, yang menunjukkan bahwa hal itu telah menjadi beban bagi greenback.
Menurut Yamamoto, "Pasar telah terbiasa dengan penguatan dolar di pekan ini. Jadi meskipun jika indikator yang akan datang seperti laporan ISM AS sesuai dengan harapan, dolar AS mungkin turun karena kekecewaan [pasar]. Mata uang AS mungkin membutuhkan data yang memiliki kejutan yang kuat untuk bergerak [naik] lebih jauh."
Untuk euro dan pasar obligasi Eropa, pasar menunggu pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa pada akhir Juni nanti. Anggota dewan eksekutif ECB Peter Praet juga dijadwalkan untuk ambil bagian dalam sebuah konferensi di Paris.
Indeks Dolar AS yang menjadi pengukur kinerja greenback terhadap mata uang utama dunia terpantau mendatar di 96.29.
Sementara itu Dolar Australia tetap bergerak turun, 0,15 persen lebih rendah pada $0,7591 meskipun data neraca perdagangan membaik, naik dari A$0,09 miliar ke A$2,47 miliar.
Sebelumnya Aussie mencetak level terendah dalam sembilan hari di $0,7570 semalam, terseret oleh penurunan harga komoditas seperti tembaga dan minyak mentah.

Sumber berita: Reuters

Rabu, 05 Juli 2017

Tantang Trump, UE-Jepang Siap Umumkan Kesepakatan Perdagangan di Pertemuan G20


Uni Eropa dan Jepang telah memberi isyarat bahwa mereka berencana untuk mengumumkan sebuah kesepakatan yang luas mengenai perdagangan pada hari Kamis, sebuah tantangan yang nyata bagi Presiden AS Donald Trump, yang dijadwalkan menghadiri pertemuan para pemimpin dunia di Jerman pada hari berikutnya. Waktu pengumuman yang bertepatan pada malam pertemuan puncak G20 di Hamburg, Jerman, adalah reaksi yang jelas terhadap sikap proteksionisme AS saat terakhir G-20 bertemu. Dalam sebuah pertemuan di bulan Maret yang dihadiri para pejabat tingkat kabinet di Baden-Baden, Jerman.

Ekonomi Jepang Tampak Membaik


Ekonomi terbesar ketiga di dunia tampak membaik dengan inflasi inti Jepang (tidak termasuk makanan) meningkat untuk bulan kelima berturut-turut di bulan Mei, 2017. Inflasi inti tumbuh 0,4% di bulan Mei dibandingkan dengan 0,3% pada bulan April, kenaikan tercepat dalam lebih dari dua tahun, namun masih jauh dari target 2% Bank of Japan.
 
PDB Jepang tumbuh 0,3% secara berurutan pada kuartal pertama 2017, pada tingkat yang sama seperti kuartal sebelumnya. Kepercayaan konsumen meningkat sedikit ke 43,6 di bulan Mei dibandingkan dengan 43,2 di bulan April, sementara indeks keyakinan bisnis meningkat menjadi 12 pada kuartal pertama 2017 dibandingkan dengan 10 pada kuartal keempat tahun 2016, demikian menurut Zages Equity Research Chicago.

Produk domestik bruto Jepang tumbuh 1% tahunan pada kuartal pertama 2017. Meskipun ini di bawah ekspektasi pasar di 2,2%, Jepang masih menyaksikan pertumbuhan terpanjang dalam satu dekade. Hal ini terutama disebabkan oleh lonjakan ekspor.
Namun, Jepang mengalami defisit perdagangan yang tak terduga di bulan Mei. Impor melonjak 17,8% di bulan ini dibandingkan dengan perkiraan pasar 14,5%. Defisit perdagangan mencapai sekitar 203,4 miliar yen ($ 1,8 miliar). Namun, kementerian keuangan Jepang menganggap defisit ini bersifat musiman karena adanya beberapa hari libur nasional di bulan tersebut.

Apalagi dalam pertemuan penetapan kebijakan terakhirnya pada 16 Juni 2017, Bank of Japan memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan stabil di -0,1%. Untuk mempertahankan target tingkat suku bunga ini, bank sentral Jepang berjanji untuk terus membeli aset hingga mencapai 80 triliun yen atau setara $ 727 miliar.
Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) pada awal bulan ini menaikkan perkiraan pertumbuhan PDB Jepang menjadi 1,4% untuk tahun 2017, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,2%. OECD menyebutkan ekspor yang kuat sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jepang.

Meskipun tingkat pengangguran di negara tersebut meningkat menjadi 3,1% di bulan Mei dibandingkan dengan kenaikan 2,8% pada bulan April, tingkat partisipasi mencatatkan tingkat tertinggi dalam sembilan tahun karena melonjak menjadi 60,8% di bulan Mei dibandingkan dengan 60,3% di bulan April. Selain itu, rasio pelamar pekerjaan menyentuh tingkat tertinggi dalam 43 tahun, tercatat di 1,49 pada bulan Mei dibandingkan dengan 1,48 pada bulan April.

Namun, produksi industri negara itu turun 3,3% di bulan Mei dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang ditengarai berpotensi untuk mengacaukan prospek pertumbuhan negara. Selain itu, jalur pergerakan harga minyak yang tidak pasti dapat menambah beban.
Selain itu, pengeluaran rumah tangga Jepang turun 0,1% dari tahun ke tahun di bulan Mei, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan upah yang rendah.

Sumber berita: Financial Tribune

Semenanjung Korea Menegang, Dolar AS Tertekan



Dolar AS tergelincir terhadap yen pada hari Rabu karena kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Korea Utara. Sementara itu dolar Kanada menguat setelah bank sentral negara tersebut menaikkan suku bunganya.
 
Dolar AS terpantau turun 0,3 persen pada awal perdagangan hari ini ke 112,95 yen, tergelincir lebih jauh dari level tertinggi dalam satu setengah bulan di hari senin di 113,48.
Yen cenderung dibeli kembali pada saat ketidakpastian global meningkat karena ekspektasi para investor bahwa Jepang dapat memulangkan investasi asing mereka, meskipun negara tersebut dekat dengan Korea Utara.

Pada hari Rabu Pyongyang mengklaim bahwa pihaknya telah melakukan uji coba rudal balistik antarbenua yang baru dikembangkan yang dapat membawa hulu ledak nuklir besar dan berat, yang memicu seruan Washington untuk aksi global dan meminta negara yang terisolasi itu bertanggung jawab atas upaya pemutakhiran senjata nuklirnya.
Pentagon mengutuk uji rudal tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya siap untuk membela Amerika Serikat dan sekutunya melawan ancaman yang terus meningkat dari Korea Utara.
Dolar Kanada juga menguat, diperdagangkan di C$1,2934 per dolar setelah mencapai level tertinggi 10 bulan di C$1,2912 terhadap dolar AS pada hari Selasa.

Gubernur Bank of Canada Stephen Poloz mengatakan kepada sebuah surat kabar Jerman bahwa inflasi Kanada harus naik dengan baik pada paruh pertama tahun 2018, menambahkan bahwa normalisasi kebijakan harus dimulai sebelum pertumbuhan harga mencapai targetnya.
Komentar Poloz mendorong pasar untuk memperkirakan kenaikan lebih dari 50 persen kenaikan suku bunga Kanada di pertemuan BoC berikutnya pada 12 Juli, sebuah perubahan dramatis dalam kurun waktu kurang dari dua minggu yang lalu ketika hampir tidak ada satupun pelaku pasar yang berani bertaruh bahwa bank sentral Kanada akan mengetatkan kebijakan moneternya.
Euro meraih dukungan dari ekspektasi terhadap European Central Bank (ECB) yang sedang merayap menuju pengurangan program stimulus menyusul komentar hawkish dari Presiden Mario Draghi pada pekan lalu.

Meskipun mata uang bersama 19 negara Eropa itu tergelincir pada awal pekan ini setelah rally 2,1 persen di pekan lalu, namun telah kembali stabil di sekitar $1,1359.
Menurut Bart Wakabayashi, Manajer Cabang Negara Bagian di Tokyo, jika ada lebih banyak komentar dari pejabat ECB yang secara jelas menyiratkan rangsangan stimulusnya, pasar bisa melihat kenaikan euro lebih lanjut.

Puncak kurs euro terhadap dolar AS di minggu lalu di $ 1,1445, tingkat tertinggi dalam lebih dari satu tahun, yang dipandang sebagai target terdekat. Penetrasi telak terhadap area $1,15-16 akan memberi sinyal kuat bahwa EURUSD keluar dari kisaran perdagangan yang terbentuk sejak awal 2015.
Sementara itu dolar Australia ikut rebound terhadap dolar AS setelah kemarin terpukul karena bank sentral negara itu berpegang pada sikap netral terhadap ekonomi dan tingkat suku bunganya pada hari Selasa, mengecewakan banyak pedagang yang mengharapkan nada yang lebih hawkish. Pagi ini AUDUSD naik ke 0,7618 saat berita ini ditulis tim FS88 Research Division.

Sumber berita: Reuters

PMI Manufaktur Paksa Sterling ke Selatan Lagi

Sterling kembali bergerak ke selatan pada hari Selasa pagi waktu London atau sore hari waktu Indonesia setelah sebuah survei di sektor konstruksi Inggris menunjukkan terjadinya pendinginan pertumbuhan di bulan Juni, menambah tanda-tanda bahwa ekonomi Inggris mungkin harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan momentum setelah awal yang lamban di tahun ini.
 
Pound sterling, yang pada awal minggu ini diperdagangkan kurang dari setengah sen dari level tertinggi sembilan bulan dengan pertaruhan pasar bahwa Bank of England dapat menaikkan suku bunganya pada akhir tahun, turun ke posisi terendah enam hari di $1,2915 setelah data dirilis.
Survei indeks manajer pembelian (purchasing manager’s index/PMI) menunjukkan aktivitas turun menjadi 54,8 pada bulan Juni, masih di atas level 50 yang menunjukkan pertumbuhan namun turun dari level tertinggi 18 bulan di bulan Mei di 56,0 dan sedikit di bawah perkiraan median dalam jajak pendapat ekonom yang dilakukan Reuters.

Survei serupa untuk sektor manufaktur, yang dirilis pada hari Senin, telah menunjukkan aktivitas tumbuh jauh lebih lambat dari perkiraan pada bulan Juni.
Namun ekonom mata uang MUFG Lee Hardman mengatakan bahwa survei ini harus dilakukan "dengan sedikit garam", karena merefleksikan ketidakpastian politik bulan lalu, ketika partai Konservatif yang berkuasa secara tak terduga kehilangan posisi mayoritasnya dalam pemilihan parlemen.
Menurut Hardman ketidakpastian politik meningkat bulan lalu dan itu bisa membebani keyakinan kalangan bisnis.

"Itu berpotensi mempengaruhi mengapa data yang masuk lebih lemah dari perkiraan, tapi saya kira salah satu tes kunci yang akan dilakukan adalah apakah kehilangan keyakinan itu akan berlanjut," tambah Hardman.
BoE kini sedang memikirkan apakah akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu dekade dan terus mengamati tanda-tanda bahwa area pertumbuhan lainnya dapat mengimbangi perlambatan pada belanja konsumen yang disebabkan oleh kenaikan inflasi dan perlambatan pertumbuhan gaji.
Salah satu penentu tingkat suku bunga di BoE, Gertjan Vlieghe, mengatakan pada Senin malam bahwa dia lebih memilih mempertahankan biaya pinjaman di titik terendah dalam sejarahnya, meskipun terjadi pergeseran di antara beberapa rekan sejawatnya di bank sentral UK untuk mendukung kenaikan pertama dalam satu dekade.

Namun pernyataan Vlieghe itu tampaknya tidak berdampak pada sterling, yang mencatat minggu terbaiknya dalam delapan bulan di pekan lalu setelah Gubernur BoE Mark Carney mengatakan kenaikan suku bunga kemungkinan akan diperlukan karena ekonomi mendekati kapasitas penuh dan bank sentral UK akan berdiskusi tentang ini dalam beberapa bulan mendatang.
Saat berita ini ditulis GBPUSD turun tipis ke $1,2915, titik terendah sejak 28 Juni. Terhadap euro, pound sterling tetap menguat dengan EURGBP turun ke £0,8763, di dekat level terendah kemarin di £0,8756.
Namun terhadap yen hari ini pound sterling juga sedikit melemah setelah berita uji coba nuklir Korea Utara mendorong aksi beli safe haven. GBPJPY merosot ke ¥145,96.

Sumber berita: Reuters

Cari Kesepakatan dengan AS, Jepang Tunjuk Lagi 'Kaisar Forex'



Sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuding beberapa negara mitra dagangnya memanipulasi mata uangnya demi meraih keunggulan harga kompetitif, Jepang terus berupaya untuk mematahkan tudingan itu dan di saat yang sama berupaya dapat meraih kesepakatan yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat meskipun perundingannya alot.
 
Seorang diplomat mata uang utama Jepang yang berjuluk FX Tsar atau Kaisar Forex telah ditunjuk untuk masa jabatan satu tahun lagi dalam perombakan kementerian keuangan reguler, menggarisbawahi keinginan Jepang untuk mempertahankan konsistensi kebijakan karena Tokyo masih menghadapi perundingan ekonomi yang berpotensi sulit dengan Amerika Serikat.

Masatsugu Asakawa, seorang veteran kebijakan berusia 59 tahun dengan kontak ke berbagai pembuat kebijakan di dalam dan di luar Jepang, memainkan peran kunci dalam membentuk dialog ekonomi bilateral Jepang dengan Amerika Serikat, yang dimulai pada bulan April lalu.
Kementerian Keuangan Jepang kemarin mengatakan bahwa Asakawa akan mengabdi satu tahun lagi sebagai wakil menteri keuangan untuk urusan internasional, posisi yang sudah ia duduki sejak Juli 2015.
Peran tersebut mengawasi kebijakan mata uang Jepang dan diplomasi internasional dan mencakup pertemuan Tokyo dalam Kelompok Tujuh (G7) dan Kelompok 20 (G20).

Pengangkatan Asakawa akan membantu Tokyo lebih konsisten bernegosiasi dalam putaran kedua dialog ekonomi bilateral dengan Amerika Serikat, yang diperkirakan akan digelar akhir tahun ini, kata para analis.
Di tahun lalu Donald Trump berkampanye untuk jabatannya dengan mengusung platform "America First", dengan mengatakan bahwa dia akan meningkatkan pekerjaan manufaktur dan mengurangi defisit perdagangan negara tersebut dengan pihak Jepang.

Tidak banyak pejabat yang memegang jabatan tersebut selama lebih dari dua tahun. Mereka yang pernah menjabatnya termasuk Haruhiko Kuroda, Gubernur Bank of Japan sejak 2013.
Asakawa diketahui dekat dengan Menteri Keuangan Taro Aso, setelah menjabat sebagai sekretaris eksekutifnya saat Aso menjadi perdana menteri pada 2008-2009, dan sebagai asisten eksekutifnya saat menjadi menteri keuangan pada tahun 2012.
Jepang tidak melakukan intervensi di pasar mata uang saat di bawah kendali Asakawa, meskipun ia sering memiliki menggunakan persuasi atau kekuasaannya guna membendung lonjakan yen yang berisiko melukai ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor.
Beberapa analis melihat Asakawa sebagai kandidat kuda hitam untuk menggantikan Kuroda di Bank of Japan ketika masa jabatan sang incumbent selama lima tahun berakhir pada bulan April tahun depan.

Sumber berita: Reuters

Dolar AS Berderap ke Utara, Euro Berbalik ke Bawah



Dolar AS terus berderap ke arah utara, menguat terhadap mata uang utama lainnya pada hari Senin hingga saat berita ini ditulis pada sekitar pertengahan sesi Eropa. Namun sebagian pengamat dan pelaku pasar melihat penguatan greenback diperkirakan akan tetap terbatas di tengah berkembangnya ekspektasi untuk kebijakan moneter yang lebih ketat oleh beberapa bank sentral utama.
 
Dalam komentar mereka di minggu lalu, pimpinan puncak Bank Sentral Eropa, Bank of England dan Bank of Canada mengadopsi pandangan yang lebih hawkish mengenai kebijakan moneter mereka, mengindikasikan bahwa mereka sedang bersiap untuk bergabung dengan Federal Reserve dalam langkah pengetatan kebijakan moneter.

Sinyal hawkish dari bank-bank sentral di luar AS tampak kontras dengan keraguan pasar tentang apakah Fed akan dapat menaikkan suku bunga lagi tahun ini mengingat data ekonomi AS yang lemah yang terlihat baru-baru ini dan skeptisisme yang berkembang bahwa administrasi Trump akan menemui rintangan hebat saat berusaha untuk mengejawantahkan agenda pro-pertumbuhannya.

EURUSD turun 0,45% menjadi 1,1362, dari puncak 13 bulannya di 1,1446 pada Jum’at.
GBPUSD merosot 0,60% menjadi 1,2944, menarik diri dari titik tertinggi enam minggu pada pekan lalu di 1,3032.

Pada pagi hari waktu London, kelompok riset IHS Markit melaporkan bahwa indeks pembelian manajer manufaktur Inggris turun menjadi 54,3 bulan lalu dari pembacaan akhir 56,3 di bulan Mei. Para analis memperkirakan PMI tersebut akan turun menjadi 56,5.
Di tempat lain, USDJPY melanjutkan perjalanan ke atas, naik sekitar 0,60% menjadi 113,06, sementara USDCHF naik 0,42% diperdagangkan pada 0,9627.
Sebelumnya yen sempat menguat setelah Partai Liberal Demokrat (LDP) Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengalami kekalahan bersejarah dalam sebuah pemilihan di Tokyo pada hari Minggu, dalam sebuah pemungutan suara yang bisa menjadi indikasi kuat pada saat pemilihan nasional.
Dolar Australia dan dolar Selandia Baru melemah, dengan AUDUSD turun sekitar 0,40% pada 0,7649 dan dengan NZDUSD meluncur turun 0,44% menjadi 0,7291.

Sebelumnya juga di hari Senin, data menunjukkan bahwa PMI manufaktur Caixin China naik menjadi 50,4 di bulan Juni dari 49,6 di bulan sebelumnya. Para analis memperkirakan indeks ini akan turun hingga 49,5 bulan lalu. China merupakan mitra ekspor Australia terbesar.
Sementara itu, USDCAD bergerak naik 0,25% diperdagangkan di 1,2994.
Indeks Dolar AS, indeks yang menunjukkan kekuatan greenback terhadap perdagangan tertimbang enam mata uang utama, naik sekitar 0,45% ke 96,14, semakin menjauh dari titik terendah dalam delapan bulan 95,52.

UK Cari Jalan Pintas Perdagangan Pasca Brexit



UK sedang memikirkan jalan pintas potensial untuk mengamankan serangkaian transaksi perdagangan bebas yang dalam situasi kritis agar dapat memberikan ruang bernapas potensial untuk menegosiasikan kesepakatannya sendiri setelah meninggalkan UE.
 
Proposal tersebut, yang melibatkan keanggotaan pada Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (European Free Trade Association/ Efta), dapat memungkinkan para menteri untuk menandatangani perjanjian perdagangan bebas Efta untuk negara-negara yang berada di luar UE, dan bukan menegosiasikan mereka dari nol atau kembali pada persyaratan WTO.

Efta, didirikan pada tahun 1960, terdiri dari Swiss, Norwegia, Lichtenstein dan Islandia.
Sebuah laporan dari Foraus, lembaga think tank di Swiss, yang diterbitkan minggu ini berpendapat bahwa dengan bergabung dengan Efta sebagai anggota asosiasi seperti yang dilakukan Finlandia, UK akan memiliki akses ke kesepakatan perdagangan bebas yang berharga namun dapat menghindari peraturan UE mengenai pergerakan yang bebas (free movement).

"Ini akan memungkinkan UK untuk mempertahankan status quo dalam perdagangan non-UE, bukan dimulai dari awal," kata Cenni Najy, seorang peneliti di Foraus.
Menurutnya, "Rumah alami UK adalah Efta."
Beberapa kelompok pengusaha, seperti Institute of Directors dalam sebuah laporannya pada bulan Februari, juga menyarankan agar UK melihat manfaat penerapannya untuk bergabung dengan Efta, sehingga dapat memperoleh akses cepat ke 27 kesepakatan perdagangan bebasnya yang mencakup 37 negara dan 900 juta konsumen.

Foraus berpendapat bahwa post-Brexit, UK akan kehilangan akses terhadap 45 perjanjian perdagangan preferensial UE dengan negara-negara dan kelompok regional di seluruh dunia. Lima kesepakatan lainnya, termasuk dengan Kanada, akan segera ditandatangani oleh UE.
UE telah memperjelas bahwa UK tidak boleh mempersiapkan atau menegosiasikan perjanjian perdagangan pihak ketiga dengan rincian yang berarti sampai setelah meninggalkan Uni Eropa dan serikat bea cukai tersebut.
Foraus berargumen bahwa dengan terdaftar sebagai anggota Efta, setidaknya UK akan memiliki akses cepat ke kesepakatan perdagangan bebas yang ditandatangani Efta. Sebagai contoh Efta telah menandatangani kesepakatan dagang dengan negara-negara dan kelompok-kelompok yang belum atau tidak masuk ke UE, seperti Gulf Cooperation Council (GCC) dan Hong Kong.

Keunggulan Efta lainnya termasuk birokrasi perdagangan yang relatif kecil yang tidak memiliki pretensi politik. Keanggotaan Efta juga menjamin perdagangan bebas antar anggotanya. Keempat negara anggotanya bebas untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan yang dipesan lebih dahulu dengan negara-negara yang juga memiliki perjanjian dengan Efta, sesuatu yang dapat menarik UK. Efta sebagai blok, misalnya, memiliki kesepakatan perdagangan dengan Hong Kong, namun Swiss, anggota Efta, memiliki kesepakatan tambahan dengan China.

Sumber berita: The Guardian UK

Negosiasi Brexit Dapat Diperpanjang Satu Tahun untuk Hindari 'No Deal'



Pembicaraan atau perundingan Brexit dapat diperpanjang setidaknya satu tahun lagi untuk menghindari kemungkinan UK keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan, kata seorang narasumber yang berhubungan dengan kekuasaan tingkat tinggi di Brussels hari ini.
 
Siegfried Muresan dari Rumania, yang merupakan juru bicara kelompok haluan sentris-kanan European People's Party (EPP) yang berpengaruh, mengatakan perundingan yang kompleks mungkin perlu ditunda dengan 12 bulan tambahan untuk menghindari "konsekuensi negatif" yang dihadapi kedua belah pihak.
Namun, pejabat-pejabat UE memperingatkan bahwa meskipun perpanjangan semacam itu dimungkinkan, UK harus membayar harga yang selangit.

Perpanjangan perundingan secara hukum memang mungkin untuk dilakukan namun memerlukan persetujuan bulat dari 27 negara anggota, yang berarti masing-masing menggunakan veto yang sangat kuat yang dapat mereka gunakan sebagai pengungkit daya tawar mereka.

Para pemimpin pun Eropa sangat yakin bahwa, meskipun Brexit yang tanpa kesepakatan akan memiliki dampak buruk pada ekonomi UE, konsekuensinya akan jauh lebih buruk bagi UK.
Perdana Menteri UK Theresa May sebelumnya telah mengulangi mantra kontroversialnya yang membuat marah negara-negara Eropa lainnya yaitu "tidak ada kesepakatan yang lebih baik daripada yang buruk", walaupun sikap PM May tersebut tampaknya telah melunak secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Muresan, yang kelompok EPP-nya adalah yang terbesar di benua Eropa dan termasuk beberapa tokoh seperti Kanselir Jerman Angela Merkel dan Kepala Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, menegaskan bahwa sebuah perpanjangan seharusnya tidak dikesampingkan.

Dia mengatakan kepada Euractiv, "Jika perundingan berjalan dengan baik dan ada keinginan bersama dari kedua belah pihak untuk menyimpulkannya, kami mungkin tidak dapat menyimpulkannya pada waktunya karena kompleksitasnya dan kemudian kami harus siap untuk memperpanjang negosiasi.”
"Mungkin [dalam] satu tahun dengan kebulatan suara dari 27 negara anggota. Kebulatan [suara] tetap selalu sulit dicapai di Dewan namun mengingat pentingnya masalah ini dan konsekuensi negatif kita mungkin perlu bertindak untuk mengatasinya (menghasilkan kesepakatan 27 negara tersebut)."
Namun, dia menambahkan bahwa blok tersebut seharusnya tidak "memberikan perpanjangan dengan apa adanya" dan seharusnya menganggapnya sebagai sebuah kemunduran, dan harus berupaya untuk menyelesaikan pembicaraan Brexit pada musim semi 2019 secara tuntas.

Sumber berita: Express UK