Senin, 24 Juli 2017

Yen dan Dolar Australia Bertahan Dari Gempuran Greenback

 
Pada perdagangan pasar uang hingga jelang pasar Eropa dibuka siang ini, secara umum dolar AS berusaha bertahan dari gempuran mata uang utama Asia pasca goyangnya pemerintahan Trump di akhir pekan lalu.
 
USDJPY untuk sementara berada di level 111,11 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 111,12. Untuk mata uang Australia, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7920, dibanding penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 0,7913. Untuk mata uang China, yuan, atau USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,7551 setelah tadi pagi ditutup di level 6,7563.

Mundurnya juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, menambah deretan ketidakstabilan politik atau pemerintahan Presiden Donald Trump untuk kesekian kalinya sejak menjadi presiden AS di Januari lalu.
RUU sanksi terhadap Rusia, Korea Utara dan Iran diikuti pula belum berhasilnya RUU kesehatan yang telah terkatung-katung cukup lama membuat jalan panjang retorika politik di AS membuat mata uangnya terkoyak-koyak. Tentu belum tuntasnya agenda-agenda Trump yang diikuti skandal-skandalnya yang muncul, memberikan ruang bagi yen untuk dijadikan tempat pengaman sesaat atau safe haven bagi perdagangan mata uang dunia.

Hal ini sebagai bentuk lanjutan bagi penguatan yen yang di sepanjang pekan lalu mata uang yen ini mengalami penguatan yang signifikan setelah BoJ masih mempertahankan negative interest policy-nya dalam jangka waktu yang akan panjang karena dalam meeting suku bunga kemarin BoJ memperkirakan bahwa 2020 adalah waktu untuk mengevaluasi suku bunga tersebut.
Aksi beli yen juga diikuti pada mata uang utama Asia lainnya seperti dolar Australia dan China yuan siang ini terkait juga dengan situasi di AS yang belum kondusif dimana sejenak investor melihat kembali melunturnya kredibilitas Trump sehingga investor untuk sementara semakin khawatir terhadap masa depan agenda ekonomi Trump lainnya.

Situasi safe haven yen yang tetap berlanjut diperlihatkan setelah Bank of Japan pekan lalu tidak merubah kebijakan suku bunga negatifnya dan tetap melaksanakan pembelian aset-asetnya kembali atau paket stimulus senilai kurang lebih ¥80 trilyun atau setara dengan $714 milyar.
BoJ memang sedang menyoroti lemahnya inflasi tahunan di Jepang dan masih jauh dari target bank sentral, namun hal ini memang tidak perlu dirisaukan banyak investor dimana fenomena inflasi yang rendah sedang melanda di seluruh bagian didunia ini.

Perihal suku bunga dunia sedikit dikesampingkan dolar Australia yang hari ini mengalami penguatannya meski tipis. Semua terkait dengan wacana RBA yang akan menaikkan suku bunganya pasca penjelasan hasil rapat suku bunga minggu ini serasa bernada hawkish alias investor sangat yakin dengan penjelasan yang menyatakan ekonomi Australia akan nyaman dengan kondisi sekarang.
Namun deputi gubernur RBA Guy Debelle akhir pekan lalu menyatakan bahwa pasar jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa kenaikan suku bunga beberapa bank sentral dunia, seperti the Fed dan BoC serta akan ECB, lalu akan diikuti RBA. Debelle mengingatkan pasar bahwa hal tersebut bisa membuat dolar Australia bisa menguat namun terbatas.

Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg, ForexSignal88.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar