Rabu, 05 Juli 2017

Ekonomi Jepang Tampak Membaik


Ekonomi terbesar ketiga di dunia tampak membaik dengan inflasi inti Jepang (tidak termasuk makanan) meningkat untuk bulan kelima berturut-turut di bulan Mei, 2017. Inflasi inti tumbuh 0,4% di bulan Mei dibandingkan dengan 0,3% pada bulan April, kenaikan tercepat dalam lebih dari dua tahun, namun masih jauh dari target 2% Bank of Japan.
 
PDB Jepang tumbuh 0,3% secara berurutan pada kuartal pertama 2017, pada tingkat yang sama seperti kuartal sebelumnya. Kepercayaan konsumen meningkat sedikit ke 43,6 di bulan Mei dibandingkan dengan 43,2 di bulan April, sementara indeks keyakinan bisnis meningkat menjadi 12 pada kuartal pertama 2017 dibandingkan dengan 10 pada kuartal keempat tahun 2016, demikian menurut Zages Equity Research Chicago.

Produk domestik bruto Jepang tumbuh 1% tahunan pada kuartal pertama 2017. Meskipun ini di bawah ekspektasi pasar di 2,2%, Jepang masih menyaksikan pertumbuhan terpanjang dalam satu dekade. Hal ini terutama disebabkan oleh lonjakan ekspor.
Namun, Jepang mengalami defisit perdagangan yang tak terduga di bulan Mei. Impor melonjak 17,8% di bulan ini dibandingkan dengan perkiraan pasar 14,5%. Defisit perdagangan mencapai sekitar 203,4 miliar yen ($ 1,8 miliar). Namun, kementerian keuangan Jepang menganggap defisit ini bersifat musiman karena adanya beberapa hari libur nasional di bulan tersebut.

Apalagi dalam pertemuan penetapan kebijakan terakhirnya pada 16 Juni 2017, Bank of Japan memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan stabil di -0,1%. Untuk mempertahankan target tingkat suku bunga ini, bank sentral Jepang berjanji untuk terus membeli aset hingga mencapai 80 triliun yen atau setara $ 727 miliar.
Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) pada awal bulan ini menaikkan perkiraan pertumbuhan PDB Jepang menjadi 1,4% untuk tahun 2017, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,2%. OECD menyebutkan ekspor yang kuat sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jepang.

Meskipun tingkat pengangguran di negara tersebut meningkat menjadi 3,1% di bulan Mei dibandingkan dengan kenaikan 2,8% pada bulan April, tingkat partisipasi mencatatkan tingkat tertinggi dalam sembilan tahun karena melonjak menjadi 60,8% di bulan Mei dibandingkan dengan 60,3% di bulan April. Selain itu, rasio pelamar pekerjaan menyentuh tingkat tertinggi dalam 43 tahun, tercatat di 1,49 pada bulan Mei dibandingkan dengan 1,48 pada bulan April.

Namun, produksi industri negara itu turun 3,3% di bulan Mei dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang ditengarai berpotensi untuk mengacaukan prospek pertumbuhan negara. Selain itu, jalur pergerakan harga minyak yang tidak pasti dapat menambah beban.
Selain itu, pengeluaran rumah tangga Jepang turun 0,1% dari tahun ke tahun di bulan Mei, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan upah yang rendah.

Sumber berita: Financial Tribune

Tidak ada komentar:

Posting Komentar