Senin, 24 Juli 2017

Inflasi Inti Australia Diperkirakan Tetap di Bawah Target


Tingkat inflasi inti Australia diperkirakan berada di bawah target untuk kuartal keenam berurutan hingga periode April-Juni, sebuah penjelasan mengapa suku bunga negara ini berada pada posisi terendah dan akan bertahan di sana selama berbulan-bulan yang akan datang.
 
Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks harga konsumen (CPI) naik sekitar 0,4 persen pada kuartal kedua, yang akan mendorong tingkat tahunan naik menjadi 2,2 persen.
Biro Statistik Australia (ABS) dijadwalkan untuk merilis laporan tersebut untuk periode tiga bulan sampai Juni pada tanggal 26 Juli.

Kenaikan biaya mungkin terlihat pada perumahan dan kesehatan, sementara harga bensin dan mobil turun di kuartal tersebut. Kenaikan terbesar terjadi karena kerusakan pada tanaman buah dan sayuran oleh badai Debbie, yang para analis ANZ perkirakan akan menambahkan 0,2 persen poin ke CPI di kuartal tersebut.
Namun mereka juga mencatat bahwa ahli statistik pemerintah (ABS) lebih banyak memanfaatkan data pemindai di pasar swalayan untuk mengukur volume barang yang dijual dan bukan hanya harganya. Jika konsumen mengganti barang lebih murah dengan harga yang melonjak, hal itu bisa membatasi dampak ke atas pada CPI.
Untuk menghapus pengaruh tersebut, Reserve Bank of Australia (RBA) melihat berbagai ukuran harga pokok.
Para analis memperkirakan inflasi yang mendasari naik sekitar 0,5 persen di kuartal ini, yang akan membuat laju tahunan terjebak di sekitar 1,75 persen.
Hasil seperti itu berarti inflasi yang mendasari berada di bawah kisaran target RBA yaitu 2-3 persen sejak awal 2016, dan belum pernah berada di atas kisaran itu dalam tujuh tahun.
“Kami memperkirakan CPI kuartal 2 akan memastikan bahwa tekanan inflasi telah stabil, meskipun kami terus melihat kenaikan yang sangat bertahap dari sini,” kata ekonom senior ANZ Jo Masters.
Masters menambahkan, “Memang, pada perkiraan kami, inflasi inti ditetapkan untuk tetap di bawah 2 persen sampai akhir 2018.”

Kenaikan tajam harga listrik dan gas diperkirakan akan menambah CPI kuartal ini, namun semua itu juga menjadi faktor pada perhitungan pajak atas pendapatan rumah tangga dan daya beli.
Banyak hambatan bagi inflasi Australia termasuk pertumbuhan upah yang rendah dan kenaikan dolar Australia belakangan ini.

RBA sendiri meragukan inflasi akan kembali ke 2 persen untuk satu tahun lagi atau lebih, namun telah memutuskan untuk memotong suku bunga lagi karena takut menimbulkan gelembung berbasis hutang di pasar perumahan Sydney dan Melbourne.

Tidak ada pembuat kebijakan yang terburu-buru untuk mulai menaikkan tingkat bunga 1,5 persen. Berbicara pada minggu lalu, Deputi Gubernur RBA Guy Debelle berpendapat tidak ada alasan otomatis bagi Australia untuk mengikuti beberapa rekannya (bank sentral utama lainnya) dalam pengetatan moneter.
Kekuatan global yang mempertahankan suku bunga rendah akan “terus melakukannya untuk masa yang akan datang,” kata Debelle, yang menghempaskan desas-desus di pasar tentang kenaikan suku bunga Australia menjelang akhir tahun.

Sumber berita: Reuters

Tidak ada komentar:

Posting Komentar