Tingkat inflasi inti Australia diperkirakan berada di bawah target untuk kuartal keenam berurutan hingga periode April-Juni, sebuah penjelasan mengapa suku bunga negara ini berada pada posisi terendah dan akan bertahan di sana selama berbulan-bulan yang akan datang.
Para
analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks harga konsumen
(CPI) naik sekitar 0,4 persen pada kuartal kedua, yang akan mendorong
tingkat tahunan naik menjadi 2,2 persen.
Biro
Statistik Australia (ABS) dijadwalkan untuk merilis laporan tersebut
untuk periode tiga bulan sampai Juni pada tanggal 26 Juli.
Kenaikan
biaya mungkin terlihat pada perumahan dan kesehatan, sementara harga
bensin dan mobil turun di kuartal tersebut. Kenaikan terbesar terjadi
karena kerusakan pada tanaman buah dan sayuran oleh badai Debbie, yang
para analis ANZ perkirakan akan menambahkan 0,2 persen poin ke CPI di
kuartal tersebut.
Namun
mereka juga mencatat bahwa ahli statistik pemerintah (ABS) lebih banyak
memanfaatkan data pemindai di pasar swalayan untuk mengukur volume
barang yang dijual dan bukan hanya harganya. Jika konsumen mengganti
barang lebih murah dengan harga yang melonjak, hal itu bisa membatasi
dampak ke atas pada CPI.
Untuk menghapus pengaruh tersebut, Reserve Bank of Australia (RBA) melihat berbagai ukuran harga pokok.
Para
analis memperkirakan inflasi yang mendasari naik sekitar 0,5 persen di
kuartal ini, yang akan membuat laju tahunan terjebak di sekitar 1,75
persen.
Hasil
seperti itu berarti inflasi yang mendasari berada di bawah kisaran
target RBA yaitu 2-3 persen sejak awal 2016, dan belum pernah berada di
atas kisaran itu dalam tujuh tahun.
“Kami
memperkirakan CPI kuartal 2 akan memastikan bahwa tekanan inflasi telah
stabil, meskipun kami terus melihat kenaikan yang sangat bertahap dari
sini,” kata ekonom senior ANZ Jo Masters.
Masters menambahkan, “Memang, pada perkiraan kami, inflasi inti ditetapkan untuk tetap di bawah 2 persen sampai akhir 2018.”
Kenaikan
tajam harga listrik dan gas diperkirakan akan menambah CPI kuartal ini,
namun semua itu juga menjadi faktor pada perhitungan pajak atas
pendapatan rumah tangga dan daya beli.
Banyak hambatan bagi inflasi Australia termasuk pertumbuhan upah yang rendah dan kenaikan dolar Australia belakangan ini.
RBA
sendiri meragukan inflasi akan kembali ke 2 persen untuk satu tahun lagi
atau lebih, namun telah memutuskan untuk memotong suku bunga lagi
karena takut menimbulkan gelembung berbasis hutang di pasar perumahan
Sydney dan Melbourne.
Tidak ada
pembuat kebijakan yang terburu-buru untuk mulai menaikkan tingkat bunga
1,5 persen. Berbicara pada minggu lalu, Deputi Gubernur RBA Guy Debelle
berpendapat tidak ada alasan otomatis bagi Australia untuk mengikuti
beberapa rekannya (bank sentral utama lainnya) dalam pengetatan moneter.
Kekuatan
global yang mempertahankan suku bunga rendah akan “terus melakukannya
untuk masa yang akan datang,” kata Debelle, yang menghempaskan
desas-desus di pasar tentang kenaikan suku bunga Australia menjelang
akhir tahun.
Sumber berita: Reuters
Tidak ada komentar:
Posting Komentar