Kurs euro kembali menguat terhadap pound sterling pada hari Jum’at, mendekati level tertinggi dalam delapan bulan dan menjaga pekan terbaik sejak Oktober.
Euro tetap
terjaga di jalur penguatannya bukan hanya terhadap sterling setelah
para investor semakin meyakini bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) bergeser
ke jalur untuk memperketat kebijakan moneter pada tahun depan.
Pada akhir
hari Jum’at, euro terus bergerak naik terhadap mata uang UK sehingga
EURGBP berakhir positif di 0,8978. Pada basis mingguan EURGBP berakhir
lebih tinggi dari penutupan pekan sebelumnya.
Nilai
tukar tersebut tertinggi sejak awal November karena pound sterling
ketika Presiden ECB Mario Draghi menyampaikan potensi perubahan pada
program stimulus ekspansif bank sentral tersebut yang akan dibahas pada
musim gugur.
Meskipun Draghi membuka pintu untuk pelonggaran lebih lanjut, para investor menafsirkan komentar Draghi tersebut kurang dovish
daripada yang disampaikannya di pertemuan ECB sebelumnya, sehingga euro
melonjak hingga mencapai tingkat tertinggi dalam hampir dua tahun
terhadap dolar. Sementara terhadap sterling, euro meningkat 2,5 persen
terhadap sterling di minggu lalu.
Sterling
terus mendapat tekanan selama beberapa hari di pekan lalu. Menurut Derek
Halpenny , kepala riset pasar global MUFG di Eropa, mengatakan bahwa
pound sterling membukukan performa terburuk di antara mata uang G10
selama lima hari perdagangan terakhir dan telah turun 0,85 persen versus
dolar AS, satu-satunya mata uang G10 yang jatuh terhadap dolar AS
selama periode tersebut.
Tapi
Halpenny mengatakan bahwa dia optimis mengenai mata uang UK karena ia
melihat risiko politik berkurang. Dia mencontohkan sebuah laporan
penting bahwa kabinet UK dipersatukan atas kebutuhan terhadap masa
transisi ketika UK meninggalkan Uni Eropa.
Perdana
Menteri UK Theresa May bergerak untuk meredakan kekhawatiran Brexit di
kalangan pebisnis UK pada hari Kamis, dengan mengatakan bahwa dia
menginginkan “jalan keluar (Brexit) yang lancar dan teratur” dari UE
termasuk “periode pelaksanaan untuk menghindari tepi tebing (jurang
kehancuran)”.
MUFG
adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki perkiraan yang paling
bullish di pasar, melihat kurs mata uang UK terhadap greenback bakal
mencapai $1,40 pada kuartal kedua tahun depan.
Lembaga keuangan dan investasi lainnya mengambil pandangan yang lebih pesimistis terhadap pound sterling.
Viraj
Patel, ahli strategi mata uang ING, berpendapat bahwa pelemahan sterling
tidak boleh diremehkan meskipun terjadi penjualan terhadap dolar AS
saat ini.
Menurut Patel tanda-tanda peringatan stagflasi ekonomi UK terlihat setelah data-data minggu lalu, sementara euforia soft Brexit yang muncul tak lama memudar karena anggapan bahwa negosiasi Brexit bakal sulit mulai meresapi pasar.
Sumber berita: Reuters
Tidak ada komentar:
Posting Komentar