Perdana Menteri China Li Keqiang menegaskan bahwa China tidak akan ikut serta dalam persaingan devaluasi mata uang. Pernyataan tersebut diutarakan Li beberapa jam setelah pengumuman rincian kebijakan impor balasan dari China, yang lebih kalem daripada kebijakan impor AS.
Dalam pidatonya di ajang World Economic Forum di pesisir Tianjin Rabu (19/Sep) hari ini, Li memang tidak secara langsung menyebutkan konflik perdagangan dengan AS. Namun, ia mengatakan bahwa dugaan yang menyebut pemerintahan di Beijing sedang melemahkan mata uang, adalah hal yang tidak ada dasarnya.

"Depresiasi Yuan satu arah hanya akan memberikan lebih banyak kerugian daripada manfaat bagi China," kata Li. "China tidak akan pernah 'turun ke jalan' dengan mengandalkan depresiasi Yuan sebagai stimulasi ekspor."Artinya, China tidak akan membuang-buang energi untuk mengejar sesuatu yang hanya akan memberikan keuntungan kecil dan uang yang sedikit. Pernyataan tersebut terkesan sebagai sebuah respon tak langsung akan tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa China sedang sengaja mendevaluasi mata uangnya.
Li kemudian melanjutkan pidatonya dengan mengatakan bahwa sistem perdagangan multilateral dunia harus didukung, dan sistem perdagangan unilateral bukanlah cara untuk memecahkan masalah.
Yuan Menguat Terhadap Dolar AS
Menyusul pidato Li Keqiang tersebut, nilai tukar Yuan menguat terhadap Dollar AS, terbukti dari turunnya grafik USD/CNY dari 6.864 ke 6.851.Menurut catatan analisa Bank of America Merrill Lynch, kemungkinan menurunnya eskalasi perang dagang akan membesar seiring waktu. Terutama, karena peningkatan dampak ekonomi di AS akan membuat tim Trump mengendurkan agresivitas mereka. Selain itu, China pun juga akan menyadari bahwa sulit untuk berintegrasi ke ekonomi global tanpa adanya pengakuan atas model ekonomi spesifik China.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar