Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak akhirnya takluk juga untuk ditutup dengan mengalami pelemahan setelah sebelumnya harga minyak Brent dan WTI berada di area yang tidak pernah terjadi sejak Juni 2015 atau 2 tahun lebih dengan friksi-friksi kecil yang terjadi antara Arab Saudi dengan Iran yang membuat investor minyak kuatir dengan sisi geopolitik tersebut.
Alhasil
membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Desember di
bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah
$0,38 atau 0,66% di level $56,98 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent
kontrak Januari di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah
$0,71 atau 1,10% di harga $63,56 per barel.
Putra
Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman atau MBS, yang sangat mendukung
pembatasan pasokan minyak dunia agar harga minyak tetap naik, telah
melakukan bersih-bersih kabinet Arab Saudi, namun tampaknya Iran tidak
berkenan dengan pergerakan MBS ini sehingga sedikit mengirim peringatan
kecilnya kepada MBS, dan pasar memberi respon aksi ambil untungnya
kuatir dengan program pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph yang bisa
terganggu.
Agenda di
pertemuan evaluasi komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph di
30 November, dapat dipastikan akan membahas perpanjangan waktu komitmen
tersebut hingga akhir 2018, demikian ungkap Sekjen OPEC Mohammad
Barkindo. Selain itu, Barkindo menyatakan bahwa akan mengundang
negara-negara lain yang sebelumnya tidak ikut komitmen tersebut untuk
diundang ke Wina juga.
Namun
usaha Arab Saudi untuk membujuk Brasil sebagai produsen minyak terbesar
di Amerika Latin telah gagal guna ikut serta dalam komitmen tersebut
sehingga pasar menanggapinya dengan sisi jual minyak.
Meski
Baker Hughes pekan lalu mengumumkan bahwa jumlah kilang minyak AS
mengalami pengurangan jumlah yang aktif sebanyak 8 buah rig sehingga
menjadi 729, jumlah terkecil sejak Mei lalu, namun menurut EIA bahwa
produksi minyak AS masih akan mengalami kenaikan dalam waktu ke depan
ini.
EIA
memperkirakan produksi minyaknya akan naik 720 ribu bph menjadi 9,95
juta bph di 2018, atau meningkat dari produksi 668 ribu bph menjadi 9,92
juta bph di minggu lalu, serta memperkirakan harga WTI rata-rata naik
0,9% menjadi $51,04 per barel. Sedangkan API tadi pagi menyatakan bahwa
persediaan minyak AS turun 1,562 juta barel di pekan lalu, sedang
persediaan bensin naik 520 ribu barel, persediaan solar dan minyak bakar
mengalami penurunan 3,133 juta barel.
Menurut
laporan World Oil Outlook hingga tahun 2040, permintaan minyak akan
mengalami kenaikan rata-rata tahunan 1,2 juta bph dari 95,4 juta bph
menjadi 102,3 juta bph.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters, CNBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar