Rabu, 18 Mei 2022

Dolar AS Makin Bergerak Naik, Inflasi Inggris Melambung ke Level Tertinggi 40 Tahun

Oleh Peter Nurse Investing.com - Dolar Amerika Serikat makin bergerak naik di awal perdagangan Eropa pada Rabu (18/05) petang, rebound setelah menjalani kerugian semalam, sementara sterling melemah pasca angka inflasi Inggris alami lonjakan pada bulan April. Pada pukul 14.50 WIB, Indeks Dolar AS, yang mengukur greenback terhadap mata uang lainnya, naik 0,1% di 103,550, setelah jatuh serendah 103,18 di sesi Asia, level terendah dalam hampir dua minggu. EUR/USD turun 0,2% ke 1,0522, turun kembali dari 1,0564 setelah naik 1,1% semalam, persentase kenaikan hari terbesar sejak Maret, sementara AUD/USD turun tipis ke 0,7023, setelah kenaikan 0,8% pada hari Selasa. USD/JPY turun 0,1% menjadi 129,25, dengan yen safe haven juga mengalami peningkatan, sementara USD/CNY naik 0,1% di 6,7450. Yuan mengembalikan sebagian keuntungan setelah Shanghai mencapai situasi yang telah lama ditunggu-tunggu selama tiga hari berturut-turut tanpa adanya laporan kasus COVID-19 baru di luar zona karantina. Keyakinan telah kembali ke pasar keuangan, dibantu oleh kenaikan di pasar saham pasca penjualan ritel AS naik kuat di bulan April, dan ini menunjukkan konsumen berhasil melewati kenaikan harga yang tajam sejauh ini. “Pasar FX sedikit tenang setelah menjalani bulan yang kacau balau. Namun, ketika masalah mereda, kita masih memiliki Fed di jalur untuk memperketat suku bunga di atas 3% hingga tahun depan dan kejutan harga komoditas dari perang di Ukraina,” sebut analis di ING dalam catatan. "Mata uang komoditas sekarang dapat menikmati sesuatu dari rebound, tetapi mengharapkan dolar akan mempertahankan sebagian besar kenaikannya." Sementara, GBP/USD turun 0,3% di 1,2448, turun kembali dari level di atas 1,25 setelah reli 1,4% semalam, hari terbaik sejak akhir 2020. Inflasi Inggris naik ke level tertinggi dalam 40 tahun lalu, usai data yang dirilis Rabu menunjukkan harga konsumen melonjak sebesar 9% di tahun ini hingga April, menambah tekanan bagi Bank of England untuk bertindak. Bank sentral tersebut menaikkan suku bunga menjadi 1% pada pertemuan penetapan kebijakan terakhirnya, kenaikan keempat kali berturut-turut, dan lonjakan inflasi ini mengindikasikan bahwa bank itu harus melanjutkan pengetatan kebijakan moneter meskipun risiko resesi meningkat. Data inflasi dari Zona Euro dijadwalkan rilis di akhir sesi dan diharapkan menunjukkan inflasi konsumen tahunan sebesar 7,5% pada bulan April, dengan angka bulanan naik sebesar 0,6%. European Central Bank relatif lambat dalam memulai pengetatan kebijakan moneter, tetapi ekspektasi tumbuh bahwa bank ini akan dipaksa untuk menaikkan suku bunga di musim panas mengingat adanya ancaman inflasi. Anggota Dewan Gubernur European Central Bank Klaas Knot, pada hari Selasa, menjadi pejabat zona euro pertama yang menyarankan kemungkinan kenaikan suku bunga 50bps jika risiko inflasi memburuk, meskipun saat ini ia mendukung kenaikan 25 bps pada Juli. Gubernur Belanda adalah salah satu pengambil kebijakan ECB yang paling hawkish, tetapi komentarnya menunjukkan bahwa petinggi berpandangan hawkish tengah memenangkan debat pengetatan kebijakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar