Pilpres Perancis Dapat Mengguncang Pasar
Pemilihan umum presiden Perancis akan
dilaksanakan pada beberapa bulan kedepan. Pemimpin ekstrem kanan,
Marine Le Pen, menyatakan dirinya akan menempatkan Perancis sebagai
prioritas dalam peluncuran resmi kampanye menuju kursi presiden, Minggu
(5/2), seiring dengan janji-janji yang senada dengan pandangan Donald
Trump.
Kepala Partai Front Nasional (FN) ini
menyerang isu “imigrasi massal,” globalisasi dan “fundamentalisme
Islam.” Dia juga menginginkan negara “yang tidak berutang kepada
siapapun.” Sejauh ini, sejumlah polling menempatkannya di puncak
perburuan jabatan nomor satu di negara tersebut, tiga bulan yang akan
datang.
Dalam pidato yang disampaukan di Lyon,
Le Pen memuji Inggris yang memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa dan
mendorong Perancis untuk menirukan pemilih Presiden AS Donald Trump
“yang menempatkan kepentingan nasionalnya di depan.”
Dia membandingkan globalisasi dengan
perbudakan. Hal ini, menurutnya, berarti “memproduksi menggunakan budak
untuk menjual kepada pengangguran.” Sebagaimana dikutip AFP, di depan
3.000 orang yang bersorak, Le Pen mengatakan Partai FN, “akan
mengedepankan kepentingan lokal, bukan global.”
“Hal yang tak mungkin kini menjadi
memungkinkan,” ujarnya, “memungkinkan para presiden seperti Donald Trump
tidak hanya memenangkan pemilu dalam sistem yang dipersiapkan untuk
mencegah orang-orang sepertinya untuk terpilih, tapi juga memegang
janji-janjinya.”
Isu Pemilu Muncul Tiba-tiba, Pound Sterling Turun Cepat
May Pastikan Jaga Kondisi BREXIT
Dengan cepat pound sterling pulih dari pukulan cepat yang terjadi
sekitar satu setengah jam lalu setelah Perdana Menteri Theresa May
menyerukan pemilihan cepat pada 8 Juni. Pengumuman tersebut tak terduga
karena May berulang kali mengatakan bahwa dia tidak ingin melakukan
tindakan semacam itu meskipun partainya memimpin dalam pemilihan
tersebut. Tapi tampaknya pemerintah UK yakin kemenangan di bulan Juni
nanti akan memperkuat tangan UK dalam negosiasi Brexit. Pasar tampaknya
menikmati prospek pemilihan umum tersebut dan melihat May akan terus
memperkuat kekuasaannya.
Dollar Stabil Karena Pernyataan Menkeu AS
Dollar stabil hari ini, mencoba bangkit
dari kejatuhan, berkat pernyataan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin.
Tapi belum mendapat pijakan kuat di tengah minimnya katalis dari masih
adanya isu geopolitik.
Dalam wawancara dengan Financial Times, Mnuchin mencoba meluruskan pernyataan Presiden Trump. Pada dasarnya, ia sepakat dengan pandangan Trump bahwa apresiasi dollar dalam jangka pendek dapat menekan ekspor. Tapi ia juga melihat penguatan dalam jangka panjang sebagai hal yang positif. Ia menegaskan bahwa AS tidak mengintervensi pasar mata uang. Menurutnya, Presiden Trump hanya membuat komentar faktual mengenai apresiasi dollar dalam jangka pendek.
Namun dollar masih rentan akan kejatuhan di tengah ketidakjelasan arah kebijakan fiskal AS. Mnuchin mengakui rencana reformasi pajak ambisius tertunda karena kandasnya RUU kesehatan pengganti Obamacare. Selain itu, data inflasi AS yang lebih rendah pada Maret mempengaruhi ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed. Probabilitas kenaikan rate pada Juni atau Juli sebesar 50%.
Dalam wawancara dengan Financial Times, Mnuchin mencoba meluruskan pernyataan Presiden Trump. Pada dasarnya, ia sepakat dengan pandangan Trump bahwa apresiasi dollar dalam jangka pendek dapat menekan ekspor. Tapi ia juga melihat penguatan dalam jangka panjang sebagai hal yang positif. Ia menegaskan bahwa AS tidak mengintervensi pasar mata uang. Menurutnya, Presiden Trump hanya membuat komentar faktual mengenai apresiasi dollar dalam jangka pendek.
Namun dollar masih rentan akan kejatuhan di tengah ketidakjelasan arah kebijakan fiskal AS. Mnuchin mengakui rencana reformasi pajak ambisius tertunda karena kandasnya RUU kesehatan pengganti Obamacare. Selain itu, data inflasi AS yang lebih rendah pada Maret mempengaruhi ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed. Probabilitas kenaikan rate pada Juni atau Juli sebesar 50%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar