Kamis, 03 Januari 2019

Fokus Risiko Pindah ke AS dan Euro, Pounds Meroket

Poundsterling melesat kuat versus Dolar AS dan Euro dalam perdagangan sesi Eropa hari Senin ini (31/12), karena sorotan pelaku pasar beralih dari Brexit ke peningkatan risiko di Amerika Serikat dan Zona Euro. Pasangan mata uang GBP/USD meroket 0.60 persen ke level 1.2774, sementara EUR/GBP anjlok 0.43 persen ke kisaran 0.8969. Pemicu penguatan Poundsterling dalam tiga hari perdagangan terakhir ini adalah rilis data Mortgage Approval yang lebih baik dari ekspektasi pada minggu lalu. Namun, belum ada perkembangan positif baru dari negosiasi Brexit yang sebenarnya lebih krusial bagi pergerakan nilai tukar Poundsterling. Alih-alih makin jelas, arah perkembangan terakhir sebelum masa reses parlemen Inggris justru meningkatkan probabilitas “No-Deal Brexit” atau digelarnya referendum Brexit kedua. Dari perspektif fundamental, penguatan Poundsterling kali ini lebih disebabkan oleh masa reses parlemen yang mengakibatkan absensi kabar negatif seputar Brexit, serta pelemahan dua rival terbesarnya, Dolar AS dan Euro. Euro mulai dilanda kekhawatiran kembali, karena rilis data GDP Spanyol untuk kuartal III/2018 hanya mencapai 2.4 persen (versus ekspektasi 2.5 persen). Data inflasi Jerman yang dirilis hari Jumat lebih mengecewakan lagi, karena hanya mencapai 0.1 persen (Month-over-Month), di bawah ekspektasi kenaikan 0.3 persen. Secara terpisah data-data tersebut tidaklah signifikan. Namun, karena muncul beriringan, maka imbasnya membesar. Padahal, buletin ekonomi bank sentral Eropa sebelumnya mengungkapkan keyakinan para pengambil kebijakan bahwa outlook ekonomi dan inflasi masih baik-baik saja dan akan terus meningkat. Di belahan dunia berbeda, Dolar AS bergumul dengan imbas US Government Shutdown yang memasuki pekan kedua. Masalah Government Shutdown yang dipicu oleh perbedaan pendapat mengenai anggaran bagi pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko, masih belum menemui titik terang. Presiden AS Donald Trump bersikeras menuntut anggaran sebesar USD5.7 Miliar, sementara parlemen yang dikuasai oleh partai Demokrat terus menerus menolak memberikan anggaran lebih dari 1.3 Miliar. Selain itu, rendahnya ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve dalam tahun 2019 mendatang juga turut berkontribusi pada rendahnya minat beli Greenback di kalangan investor dan trader. Walaupun Fed telah memproyeksikan akan menaikkan suku bunga dua kali lagi, tetapi pelaku pasar meragukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar